Apakah Kamu Benar-Benar Ada? - Eksistensialisme René Descartes || Sporadiz Eps-02

แชร์
ฝัง
  • เผยแพร่เมื่อ 28 ก.ย. 2024
  • Apakah Kamu Benar-Benar Ada?
    Pertanyaan tentang eksistensi sering kali mengeksplorasi aspek fisik dan kesadaran seseorang. Secara sederhana, keberadaan fisik dapat dibuktikan melalui pengamatan indrawi seperti melihat dan merasakan. Namun, filsuf René Descartes memperkenalkan konsep "Cogito, ergo sum" (Aku berpikir, maka aku ada), yang menekankan bahwa kemampuan kita untuk berpikir adalah bukti dasar dari eksistensi kita. Dengan kata lain, kesadaran diri sendiri adalah bukti eksistensi yang tidak dapat diragukan.
    Selain aspek fisik dan kesadaran, eksistensi juga berkaitan dengan identitas dan persepsi kita terhadap realitas. Identitas dibentuk oleh pengalaman, ingatan, dan interaksi sosial, sementara realitas dipengaruhi oleh persepsi kita. Filsuf George Berkeley berargumen bahwa keberadaan sesuatu bergantung pada apakah itu dapat dipersepsikan. Dalam konteks sosial dan budaya, eksistensi seseorang juga dipengaruhi oleh pengakuan dan interaksi dengan orang lain. Dengan demikian, pertanyaan tentang eksistensi membawa kita pada refleksi mendalam tentang berbagai dimensi keberadaan manusia.

ความคิดเห็น • 8

  • @akhidnuursuwito6198
    @akhidnuursuwito6198 3 วันที่ผ่านมา

    maaf bg,tpi klo ngomong jangan di patah"

  • @ariefhdytllhr
    @ariefhdytllhr 2 หลายเดือนก่อน

    Mantap ni, pembukaan awalnya yang mengatakan sebenarnya manusia tidak selalu benar2 melakukan sesuatu secara sadar bisa menguatkan dugaan bahwasannya tubuh manusia ini terdiri dari bermiliaran2 kesadaran, bahkan diduga setiap sel kita memiliki kesadaran karena mereka tumbuh, berkembang, membutuhkan makan dan mati layaknya makhluk hidup, jangan2 kehendak dari kesadaran2 kecil dalam tubuh manusia itu yang menggerakkan kita, lanjutkan terus gan🙏

    • @Sporadiz
      @Sporadiz  2 หลายเดือนก่อน

      atau jangan - jangan, ada kehendak dari kesadaran2 yang lebih besar yang mengendalikan kita?

    • @rizkiamstrong7935
      @rizkiamstrong7935 หลายเดือนก่อน

      ​@@Sporadiz hal seperti ini sudah di bahas oleh guru gembul 😅 ternyata dunia ilmu pengetahuan seru juga ya

  • @abimanyu8597
    @abimanyu8597 หลายเดือนก่อน

    Biasa gw ngk percaya kalo kehidupan ini nyata gw berfikir mungkin kita hanya program. tapi karna hari ini gigi gw lagi sakit gw percaya semua ini nyata 😂.

  • @ahmadatho-im8ph
    @ahmadatho-im8ph หลายเดือนก่อน

    SUBHAANALLAAH

  • @Maswalker002
    @Maswalker002 หลายเดือนก่อน

    Tubuh kita adalah natural. Sebuah organisme biologis yg sudah melampaui byk seleksi alam & evolusi. Setiap organisme biologis memiliki kapabilitas & sifat natural masing2. Jangan bilang kita ini adalah tuhan, jika itu maksud anda. Atau sesuatu yg memiliki keistimewaan, memang mungkin memiliki ego tingkat dewa/pemikiran bisa mengatur/menguasai dunia. Tapi kita sebenarnya tak lebih adalah tubuh yg berjalan.
    Merasakan lapar, haus, bahkan ingin bercinta, itu adalah tuntutan kita. Bukan hal yg kita ingini. Lebihnya. Tapi lebih kpd tuntutan kita sbg entitas fisik berbentuk organisme biologis. Segala sifat & kemampuan kita adalah karena memang bentuk kita seperti itu. Tapi pertanyaannya, apakah kita berdaya? Apakah kita benar2 "eksis"? Kita adalah sebentuk raga yg hidup & memerlukan kehidupan yg akan selalu memangil dirinya "aku".
    Rene Descartez benar, kita adalah kesadaran tubuh kita, meskipun jika cuma otak kita saja, tak ada anggota tubuh yg lain, kita bukan diri kita. Atau jika kita cuma perut yg lapar saja, atau cuma organ seksual kita saja.
    Dalam ranah alam semesta materialistik 3 dimensi fisik, keberadaan kita dikonfirmasikan. Secara kita semua memiliki impact/turut serta/memiliki andil dalam pemanasan global yg sdg terjadi. Menciptakan polusi & carbon footprint, bahkan t*i.
    & jangan lupa sakit hati kpd orang lain.