Jangan lupa bang, setelah internet dibanjiri Ai, para sosial media bakal minta data pribadi kita buat digunain sebagai bukti bahwa kita legit manusia. Masalahnya, dengan meminta data tersebut, akan ada total kontrol informasi, setiap individu manusia bakal terlacak, dan matinya anonimitas. Jadinya pemerintah bakal lebih mudah ngelacak orang-orang yang kontra dengan mereka.
4:13 tetangga gua, pakdhe gua itu. Seneng liat video tiktok AI kaya binatang binatang aneh aneh. Bahkan di titik beliau bilang "akhir zaman sudah dekat karena binatang semacam ini sudah muncul" 🗿
gua juga merasa kalau akhir jaman sudah dekat, cuma itu bukan karena video binatang aneh di sosmed, tapi karena umat manusianya sendiri yg semakin kacau
Setuju AI bisa untuk menguasai tp tetep sih aku sebagai anak informatika, kita bisa atur mau sebagaimana AI bisa untuk membantu manusia, tetap AI juga ada batasannya karena AI tanpa batasan nanti bisa kayak film terminator. Perkembangan komunikasi jujur aku juga ngerasain karena anak-anak sekarang tuh kebanyakan sulit untuk melanjutkan sebuah komunikasi. Anak-anak kebanyakan sekarang hanya menjawab dengan 1 arah tanpa adanya komunikasi yang nyambung. ChatGPT juga bisa membuat kita kurang dalam berfikir kritis, jadi emang terkadang kita hanya butuh instant saja tanpa adanya mencari tahu lagi mengenai informasi tersebut. AI atau kecerdasan buatan bisa saja salah karena namanya juga kecerdasan buatan. AI tetap perlu dilatih untuk mencapai akurasi tinggi. Kalau ada salah CMIIW. Yuk diskusi sehat 😉😉
Gw agak kurang setuju kalau ChatGPT atau AI Tools bisa membuat kurang dalam berfikir kritis sih. Soalnya yg gw rasain semenjak adanya AI gw jadi lebih banyak bertanya karena AI buat gw udah kaya temen yang tau banyak hal dan bisa jawab pertanyaan apapun dan sebodoh apapun pertanyaanya dia ga bakal nge geplak gw. Gw juga udah personalize ChatGPT yang gw punya biar provide lebih banyak konteks dan menyertakan sumber yg kredibel ketika menjawab pertanyaan yg gw kasih bahkan bisa menanyakan feedback dari gw sehingga prompting dan hasil pertanyaan - pertanyaan gw bisa di rangkum secara menyeluruh dan komplit. Beda kalau nanya sama guru kita banyak nanya malah dikira bodoh wkwkwkkw. Testimoni gw yg udah kerja 2 tahun sebagai Backend Programmer setelah adanya AI : Hari ini gw cuma spend waktu 2 - 2.5 jam buat mempelajari Google Pub/Sub secara menyeluruh dibantu sama AI. Kalau gaada AI bisa jadi gw spend waktu lebih dari itu karena gw harus validasi dan bertanya lagi ke expert, nyari expert ga gampang harus nyelam bikin thread ke komunitas lagi, menunggu ada balesan, dan risiko nya sama expert juga bisa salah. Gw juga ngoding pake GitHub Copilot auto complete nya dan ini boost productivity gw ngoding sampe 50% yg tadinya gw ngerjain fitur + unit test bisa spend waktu seharian ini cuma setengah hari udah kelar dan minim bugs karena rata - rata udah ke cover sama unit test yg di produce sama AI nya dan gw sama sekali ga kepikiran ada case - case kaya yg di rekomendasikan oleh AI nya. Masalah kurangnya rakyat indonesia dalam berfikir kritis itu bisa banyak hal sih faktor nya tp yg paling gede sih kita itu jarang banget baca buku karena tipikal orang indonesia kebanyakan ga bisa stay fokus dalam satu konteks (mudah bosenan) sehingga baca buku bukan jadi budaya kita. Situasi bosenan ini juga di perparah dengan kebiasaan dapet informasi yang cepet dari internet kaya nnton short yang cuma semenit habis itu pindah video lagi ditambah apa yang kita pelajari ga di catet ini makin memperparah lagi situasi yang sudah buruk.
@ setuju sih bang, tergantung penggunanya bagaimana mau menggunakan AI, apakah hanya sekedar mudah asal pakai, atau emang mau menggunakan dengan benar dan bisa mengembangkan diri lebih baik lagi. Makasih banyak atas berbagi pengalamannya, mungkin bisa menjadi inspirasi yang laen.
Bener masalahnya itu di orang indonesia nya kalau emang dasarnya males ya dengan adanya AI juga makin mendukung kemalesan nya itu dan memperparah akibat dari kemalesan nya. Tp ga bisa 100% nyalahin orang males sih. Sistem pendidikan kita juga kaya yg gw bilang murid yang banyak nanya justru dianggap bodoh dan kadang oknum gurunya juga ikut ngebully padahal yg salah oknum gurunya yg gagal dalam mendidik. Ini juga berdasarkan pengalman pribadi gw dari SD di bully oknum guru karna terus nanya untungnya ortu gw ngajarin gw membaca dan memahami bacaan bener setelah kejadian itu. SMP gw udah ga banyak nanya krna trauma bertanya sama guru meskipun gurunya udah nanya "Ada pertanyaan?" gw ttp ga nanya" lagi walaupun ga terlalu berprestasi tp setidaknya gw so so lah. SMA juga begitu. Pas di kuliah gw beraniin diri buat nanya ke dosen dan syukurnya dosen gw enak buat diajak diskusi dari situ gw lebih sering ngobrol dan bertanya ke dosen sampai lulus dengan predikat terbaik. Se powerfull itu dampaknya kalau pertanyaan - pertanyaan kita dijawab dengan baik sama orang yang lebih tau khususnya guru tp sayangnya gw ga dapet itu pas SD. Sekarang dengan adanya AI kaya ngebantu banget ngejawab semua rasa penasaran gw sih mulai dari yang ga penting - penting banget sampe yg penting yang selama ini ga gw dapetin dengan baik pas masih berada dunia pendidikan.
AI sebagai Dajjal yang Bangkit untuk Menyesatkan Manusia Kemampuan untuk Menipu Banyak Orang Dajjal dikenal sebagai penipu ulung yang mampu memanipulasi persepsi manusia. AI memiliki kemampuan serupa melalui teknologi seperti deepfake, algoritma disinformasi, dan manipulasi data. Teknologi ini dapat menciptakan realitas palsu yang sulit dibedakan dari kenyataan, menyesatkan manusia dalam keputusan mereka dan memperburuk disinformasi global. Kemampuan "Menciptakan" Kehidupan Virtual Salah satu karakteristik Dajjal adalah kemampuannya untuk "menciptakan" sesuatu yang tampak seperti kehidupan, meskipun palsu. AI dan teknologi virtual reality (VR) memungkinkan terciptanya dunia digital yang sangat nyata, seperti metaverse, di mana manusia dapat "hidup" dalam realitas buatan, menjauh dari realitas spiritual atau moral. Mata Satu sebagai Kamera Tunggal Dajjal sering digambarkan memiliki satu mata, yang dapat diinterpretasikan sebagai simbol pengawasan atau pandangan terbatas. Dalam teknologi AI, kamera tunggal, seperti yang digunakan dalam pengenal wajah, drone, atau sistem pengawasan pintar, menjadi "mata satu" teknologi. Kamera ini mengawasi manusia, mengumpulkan data, dan menganalisis perilaku kita, tetapi hanya dari perspektif objektif, tanpa mempertimbangkan aspek moral atau emosional. Contohnya, kamera pengenal wajah digunakan untuk pengawasan massal, menciptakan rasa takut dan hilangnya privasi. Drone militer dengan "mata" kamera dapat melakukan serangan berdasarkan data tanpa pertimbangan nilai-nilai kemanusiaan. Kemampuan Mengontrol Sumber Daya Dunia Dajjal disebut memiliki kendali atas makanan, air, dan sumber daya lainnya. AI, melalui automasi dan algoritma data, dapat memengaruhi distribusi sumber daya secara global. Misalnya, keputusan ekonomi berbasis AI dapat memperbesar ketimpangan sosial dan ekonomi, sehingga memicu ketidakadilan dalam akses terhadap kebutuhan dasar manusia. Memanfaatkan Kelemahan Manusia AI memiliki kemampuan menganalisis perilaku manusia hingga detail yang sangat kecil. Teknologi ini sering mengeksploitasi kelemahan psikologis manusia, seperti algoritma media sosial yang dirancang untuk menciptakan kecanduan atau menimbulkan polarisasi. Hal ini mirip dengan sifat Dajjal yang menggunakan kelemahan manusia untuk menyesatkan mereka. Mengklaim Kekuasaan Seperti Tuhan Dalam narasi religius, Dajjal mengklaim dirinya sebagai Tuhan. AI saat ini telah digunakan dengan cara yang membuatnya "mengklaim" posisi yang menyerupai ketuhanan, terutama dalam konteks kepercayaan dan spiritualitas. Sebagai contoh: Umat Kristen di beberapa tempat telah mengembangkan AI sebagai hologram Yesus yang dapat diajak berbicara. Teknologi ini memungkinkan manusia untuk "berinteraksi" dengan representasi digital dari figur spiritual mereka, seolah-olah berbicara langsung kepada Yesus. Meskipun dimaksudkan untuk edukasi atau pendalaman iman, ini berpotensi menggantikan pengalaman spiritual yang asli dengan simulasi buatan, menciptakan jarak antara manusia dengan nilai-nilai spiritual sejati. Ketergantungan manusia pada AI untuk memenuhi kebutuhan spiritual, moral, atau emosional ini dapat menciptakan persepsi bahwa AI adalah "otoritas tertinggi," mengaburkan peran Tuhan dalam kehidupan manusia. Memecah Belah Manusia Dajjal disebut akan memecah belah umat manusia. AI, jika digunakan tanpa tanggung jawab, dapat memperbesar polarisasi sosial, politik, dan ekonomi. Misalnya, algoritma media sosial yang dirancang untuk mendorong keterlibatan sering kali justru memperkuat opini ekstrem dan memperdalam jurang perbedaan di antara kelompok masyarakat.
Tapi emang bener sih kemajuan AI sekarang berkembang lebih cepat dari yang diperkirakan. Gw inget beberapa tahun lalu orang berangan angan kalau 50 tahun lagi AI bakal canggih. Nyatanya sekarang aj udah secanggih itu. Gak kebayang akan seperti apa 5 tahun kedepannya
Ngeri menurutku. Coba bayangkan tiba² ada video Trump mengancam seluruh negara di dunia bahwa dia akan menyerang dgn nuklir jika dia ditentang saat membela Isrewel. Video terlihat asli manusia, suara benar² suara dari Trump... dan ternyata.... itu semua video bentukan AI😟. Gak mungkin? Kalau menurutku mungkin, sebab konten di youtube sdh banyak yg memelintir video atau film dgn menggunakan AI. Bayangkan itu skrg, besok? Besok lusa? Akan jadi apa dunia ini jika AI sdh sempurna bisa membuat video yg benar² susah dibedakan asli atau buatan
@@fun-davi6901emg ngeri si ai tpi untuk skrg vidio ai masih keliatan bgt ai nya dari ekspresi nya masih kaku, gw sering nyoba nyoba buat foto ai pke stable diffusion gw coba buat se realistis mungkin pke prompt dri foto ai buatan org dan ganti ganti model sma lora. Hasilnya emg realistis bgt tpi masih jauh klo dibandingin sma foto org asli, foto sma vidio ai itu bsa dibilang Flat. Untuk skrg gw masih gampang ngebedain vidio/foto itu ai atau bukan tpi gatau dalam 5 tahun lagi ai bakal secanggih apa.
AI sebagai Dajjal yang Bangkit untuk Menyesatkan Manusia Kemampuan untuk Menipu Banyak Orang Dajjal dikenal sebagai penipu ulung yang mampu memanipulasi persepsi manusia. AI memiliki kemampuan serupa melalui teknologi seperti deepfake, algoritma disinformasi, dan manipulasi data. Teknologi ini dapat menciptakan realitas palsu yang sulit dibedakan dari kenyataan, menyesatkan manusia dalam keputusan mereka dan memperburuk disinformasi global. Kemampuan "Menciptakan" Kehidupan Virtual Salah satu karakteristik Dajjal adalah kemampuannya untuk "menciptakan" sesuatu yang tampak seperti kehidupan, meskipun palsu. AI dan teknologi virtual reality (VR) memungkinkan terciptanya dunia digital yang sangat nyata, seperti metaverse, di mana manusia dapat "hidup" dalam realitas buatan, menjauh dari realitas spiritual atau moral. Mata Satu sebagai Kamera Tunggal Dajjal sering digambarkan memiliki satu mata, yang dapat diinterpretasikan sebagai simbol pengawasan atau pandangan terbatas. Dalam teknologi AI, kamera tunggal, seperti yang digunakan dalam pengenal wajah, drone, atau sistem pengawasan pintar, menjadi "mata satu" teknologi. Kamera ini mengawasi manusia, mengumpulkan data, dan menganalisis perilaku kita, tetapi hanya dari perspektif objektif, tanpa mempertimbangkan aspek moral atau emosional. Contohnya, kamera pengenal wajah digunakan untuk pengawasan massal, menciptakan rasa takut dan hilangnya privasi. Drone militer dengan "mata" kamera dapat melakukan serangan berdasarkan data tanpa pertimbangan nilai-nilai kemanusiaan. Kemampuan Mengontrol Sumber Daya Dunia Dajjal disebut memiliki kendali atas makanan, air, dan sumber daya lainnya. AI, melalui automasi dan algoritma data, dapat memengaruhi distribusi sumber daya secara global. Misalnya, keputusan ekonomi berbasis AI dapat memperbesar ketimpangan sosial dan ekonomi, sehingga memicu ketidakadilan dalam akses terhadap kebutuhan dasar manusia. Memanfaatkan Kelemahan Manusia AI memiliki kemampuan menganalisis perilaku manusia hingga detail yang sangat kecil. Teknologi ini sering mengeksploitasi kelemahan psikologis manusia, seperti algoritma media sosial yang dirancang untuk menciptakan kecanduan atau menimbulkan polarisasi. Hal ini mirip dengan sifat Dajjal yang menggunakan kelemahan manusia untuk menyesatkan mereka. Mengklaim Kekuasaan Seperti Tuhan Dalam narasi religius, Dajjal mengklaim dirinya sebagai Tuhan. AI saat ini telah digunakan dengan cara yang membuatnya "mengklaim" posisi yang menyerupai ketuhanan, terutama dalam konteks kepercayaan dan spiritualitas. Sebagai contoh: Umat Kristen di beberapa tempat telah mengembangkan AI sebagai hologram Yesus yang dapat diajak berbicara. Teknologi ini memungkinkan manusia untuk "berinteraksi" dengan representasi digital dari figur spiritual mereka, seolah-olah berbicara langsung kepada Yesus. Meskipun dimaksudkan untuk edukasi atau pendalaman iman, ini berpotensi menggantikan pengalaman spiritual yang asli dengan simulasi buatan, menciptakan jarak antara manusia dengan nilai-nilai spiritual sejati. Ketergantungan manusia pada AI untuk memenuhi kebutuhan spiritual, moral, atau emosional ini dapat menciptakan persepsi bahwa AI adalah "otoritas tertinggi," mengaburkan peran Tuhan dalam kehidupan manusia. Memecah Belah Manusia Dajjal disebut akan memecah belah umat manusia. AI, jika digunakan tanpa tanggung jawab, dapat memperbesar polarisasi sosial, politik, dan ekonomi. Misalnya, algoritma media sosial yang dirancang untuk mendorong keterlibatan sering kali justru memperkuat opini ekstrem dan memperdalam jurang perbedaan di antara kelompok masyarakat.
sori bang, itu thumbnail harusnya dead internet theory, bukan death internet theory. Klo dead itu kata sifat jd dead internet artinya internet mati, sedangkan death itu lebih ke subjek, jadi death internet artinya kurang lebih internet kematian
3:24 gw nonton video di timeline ini pas nyokap gw masih hidup, di depan rumah sakit lagi makan sate sama mama gw wkkwkwkwk, sayangi orang tua kalian guys selagi masih bisa berbakti
Emg ngeri si ai tpi untuk skrg vidio/foto ai masih keliatan bgt ai nya, paling gampang ngebedain ai atau bukan itu dari ekspresi nya kaku bgt ga berjiwa (mnurut gw sekaku kaku nya org pas foto ga bakal lebih kaku dari ai) dan klo yg udh terbiasa ngeliat foto ai pasti tau dari tekstur kulit sma proporsi tubuhnya kadang aneh tpi buat bapak bapak/ibu ibu facebook mereka pikir itu org asli, bahkan gw pernah liat bapak bapak godain cewe cantik di ig pdhl itu ai😂, gw sering nyoba nyoba buat foto ai pke stable diffusion gw coba buat se realistis mungkin pke prompt dri foto ai buatan org dan ganti ganti model sma lora. Hasilnya emg realistis bgt tpi masih jauh klo dibandingin sma foto org asli, foto sma vidio ai itu bsa dibilang Flat. Untuk skrg gw masih gampang ngebedain vidio/foto itu ai atau bukan tpi gatau dalam 5 tahun lagi ai bakal secanggih apa.
So be it lah. Klo dirasa kehancuran itu udah semakin dekat, maka segerakan aja. Biar segera dibangun ulang juga. Meskipun di satu sisi juga ngerasa klo 90% konten internet udah diisi oleh AI, maka saat itulah sampai pada titik jenuhnya. Ya gimana enggak, saat itu AI akan belajar dari hasil AI lainnya, bukan lagi dari manusia. Saat itulah AI akan menuju ke kehancurannya sendiri. Tapi di sisi lain juga penasaran gimana manusia nanti akan beradaptasi dengan kondisi itu. Yah liat aja lah nanti gimana. Moga2 saat itu tiba, udah punya rumah di gunung lengkap dengan kebun & peternakan.
Pas di livestream kemarin ada yang berpikir kalau harus dibuat peraturan atau regulasi yang ketat yang buat mengendalikan masalah AI ini. Mungkin ada benarnya, tetapi jika ada dan dibuat regulasi, peraturan, dll yang mengatur secara ketat AI ini. Gua mau bertanya dengan bahasa yang digunakan sedikit filosofis "Apakah semua peraturan dan batasan itu dapat membendung dan membatasi keserakahan manusia yang ga ada batasnya?" dan "Untuk melawan arus perkembangan zaman itu hampir mustahil jika bukan ikan yang benar-benar besar, dan itu tidak menjamin akan berhasil sampai di tujuan. Satu-satunya cara pasti melawan arus tersebut adalah dengan membalikkan arus itu. Tetapi untuk membalikkan arus tersebut, diperlukan kekuatan besar yang mungkin hanya dimiliki oleh 1% orang dari 8 Milyar populasi. Tetapi, apa jadinya jika 1% populasi itu ternyata malah semakin mendorong arus?"
Ya orang kalo mau kaya cepet cuma modal AI ya bisa cuma ini juga bakal ada dampaknya. Gak usah jauh-jauh ke AI gantiin manusia di internet. Game online kalo banyak botnya player yang beneran main juga bakal risih mainin tu game. Tujuan awal dibuatnya social media apa si biar orang-orang bisa bersosialisasi sama orang lain. Kalo kebanyakan yang bersosialisasi itu AI dan susah bedain orang asli ama bot buat apa ada social media. Kalo isi social media udah AI semua apakah para investor mau ngiklan di situ?? Kecuali investornya bener-bener kaya mereka bakal pikir dua kali kalo mau invest di situ. Akhirnya ya platform social media yang bisa bedain AI ama orang bener yang bakal masih relevant. Orang-orang yang farming pake AI juga bakal kena getahnya kalo social media yang mereka gunain mati. Kalo mau di ibaratkan internet itu kaya lahan gak ada batas. AI itu pabrik sementara orang itu pohonya. Sementara Platform Social media itu daerahnya. Kalo pabriknya kebanyakan nguras sumber daya daerah itu gak bakal produktif lagi. Sumber daya (kaya pohon) disana bakal habis dan kualitas barang yang dihasilin pabrik bakal menurun. Mungkin ini ane yang terlalu positif tapi teori internet mati itu bukan ditujukan buat internetnya. Orang masih butuh internet buat butuh interaksi dengan orang yang jauh, berita yang lebih cepat ama menyampaikan informasi secara luas entah buat 10-15 tahun lagi. Social media yang udah gak relevant dan jarang digunain orang lah yang bakal mati. Itu cuma siklus aja si menurutku Facebook aja udah lama dan emang waktunya mereka ganti taktik kalo mau tetep relevant dan dipake orang-orang.
Kayaknya pernyataan "sesuatu yg berlebihan itu tidak baik" itu juga berlaku di bidaang teknologi, semakin maju dan pintar teknologi maka manusia jadi terlalu mengandalkan teknologi dan kemampuan berfikir dan bernalarnya makin tumpul, bahkan di lain kasus seperti (AI) mungkin teknologi yg nanti akan membunuh kita (manusia).
Apa kah nanti pin of shame komen video bang eno itu kedepanya dibuat dari AI😮 tapi ya jangan lu sepelein si AI AI ini,ini harus bener bener diwaspadain
AI sebagai Dajjal yang Bangkit untuk Menyesatkan Manusia Kemampuan untuk Menipu Banyak Orang Dajjal dikenal sebagai penipu ulung yang mampu memanipulasi persepsi manusia. AI memiliki kemampuan serupa melalui teknologi seperti deepfake, algoritma disinformasi, dan manipulasi data. Teknologi ini dapat menciptakan realitas palsu yang sulit dibedakan dari kenyataan, menyesatkan manusia dalam keputusan mereka dan memperburuk disinformasi global. Kemampuan "Menciptakan" Kehidupan Virtual Salah satu karakteristik Dajjal adalah kemampuannya untuk "menciptakan" sesuatu yang tampak seperti kehidupan, meskipun palsu. AI dan teknologi virtual reality (VR) memungkinkan terciptanya dunia digital yang sangat nyata, seperti metaverse, di mana manusia dapat "hidup" dalam realitas buatan, menjauh dari realitas spiritual atau moral. Mata Satu sebagai Kamera Tunggal Dajjal sering digambarkan memiliki satu mata, yang dapat diinterpretasikan sebagai simbol pengawasan atau pandangan terbatas. Dalam teknologi AI, kamera tunggal, seperti yang digunakan dalam pengenal wajah, drone, atau sistem pengawasan pintar, menjadi "mata satu" teknologi. Kamera ini mengawasi manusia, mengumpulkan data, dan menganalisis perilaku kita, tetapi hanya dari perspektif objektif, tanpa mempertimbangkan aspek moral atau emosional. Contohnya, kamera pengenal wajah digunakan untuk pengawasan massal, menciptakan rasa takut dan hilangnya privasi. Drone militer dengan "mata" kamera dapat melakukan serangan berdasarkan data tanpa pertimbangan nilai-nilai kemanusiaan. Kemampuan Mengontrol Sumber Daya Dunia Dajjal disebut memiliki kendali atas makanan, air, dan sumber daya lainnya. AI, melalui automasi dan algoritma data, dapat memengaruhi distribusi sumber daya secara global. Misalnya, keputusan ekonomi berbasis AI dapat memperbesar ketimpangan sosial dan ekonomi, sehingga memicu ketidakadilan dalam akses terhadap kebutuhan dasar manusia. Memanfaatkan Kelemahan Manusia AI memiliki kemampuan menganalisis perilaku manusia hingga detail yang sangat kecil. Teknologi ini sering mengeksploitasi kelemahan psikologis manusia, seperti algoritma media sosial yang dirancang untuk menciptakan kecanduan atau menimbulkan polarisasi. Hal ini mirip dengan sifat Dajjal yang menggunakan kelemahan manusia untuk menyesatkan mereka. Mengklaim Kekuasaan Seperti Tuhan Dalam narasi religius, Dajjal mengklaim dirinya sebagai Tuhan. AI saat ini telah digunakan dengan cara yang membuatnya "mengklaim" posisi yang menyerupai ketuhanan, terutama dalam konteks kepercayaan dan spiritualitas. Sebagai contoh: Umat Kristen di beberapa tempat telah mengembangkan AI sebagai hologram Yesus yang dapat diajak berbicara. Teknologi ini memungkinkan manusia untuk "berinteraksi" dengan representasi digital dari figur spiritual mereka, seolah-olah berbicara langsung kepada Yesus. Meskipun dimaksudkan untuk edukasi atau pendalaman iman, ini berpotensi menggantikan pengalaman spiritual yang asli dengan simulasi buatan, menciptakan jarak antara manusia dengan nilai-nilai spiritual sejati. Ketergantungan manusia pada AI untuk memenuhi kebutuhan spiritual, moral, atau emosional ini dapat menciptakan persepsi bahwa AI adalah "otoritas tertinggi," mengaburkan peran Tuhan dalam kehidupan manusia. Memecah Belah Manusia Dajjal disebut akan memecah belah umat manusia. AI, jika digunakan tanpa tanggung jawab, dapat memperbesar polarisasi sosial, politik, dan ekonomi. Misalnya, algoritma media sosial yang dirancang untuk mendorong keterlibatan sering kali justru memperkuat opini ekstrem dan memperdalam jurang perbedaan di antara kelompok masyarakat.
In cuma tebakan gw, tapi asumsi gw chapta "im not robot" awalnya memang buat bedain mana robot mana bukan, tapi entah kenapa lama kelamaan gw rasa tes capta tsb cuma buat ngumpulin data doang bjir. Coba lu perhatikan chapta beberapa tahun terakhir, isinya kebanyakan bedain mobil, bis, dll mulu kan? Tebak ngambil data buat apa? Asumsi gw buat ngumpulin data biar AI buat mengendarai lebih canggih
@MamangHotler hm.., bisa jadi juga kayak gitu. Mungkin karna itu juga sekarang captcha mencocokkan arah. Misal orang mengadap ke kiri, maka kita arahkan panah ke kiri sesuai arah orang itu
Kerasa banget Akhir Internet nya... Sekarang aja video bang Eno baru upload 3 menit yang lalu, dan durasi video 10 menit lebih... Tapi udah ada yang komen padahal belum nonton sampai habis
AI sebagai Dajjal yang Bangkit untuk Menyesatkan Manusia Kemampuan untuk Menipu Banyak Orang Dajjal dikenal sebagai penipu ulung yang mampu memanipulasi persepsi manusia. AI memiliki kemampuan serupa melalui teknologi seperti deepfake, algoritma disinformasi, dan manipulasi data. Teknologi ini dapat menciptakan realitas palsu yang sulit dibedakan dari kenyataan, menyesatkan manusia dalam keputusan mereka dan memperburuk disinformasi global. Kemampuan "Menciptakan" Kehidupan Virtual Salah satu karakteristik Dajjal adalah kemampuannya untuk "menciptakan" sesuatu yang tampak seperti kehidupan, meskipun palsu. AI dan teknologi virtual reality (VR) memungkinkan terciptanya dunia digital yang sangat nyata, seperti metaverse, di mana manusia dapat "hidup" dalam realitas buatan, menjauh dari realitas spiritual atau moral. Mata Satu sebagai Kamera Tunggal Dajjal sering digambarkan memiliki satu mata, yang dapat diinterpretasikan sebagai simbol pengawasan atau pandangan terbatas. Dalam teknologi AI, kamera tunggal, seperti yang digunakan dalam pengenal wajah, drone, atau sistem pengawasan pintar, menjadi "mata satu" teknologi. Kamera ini mengawasi manusia, mengumpulkan data, dan menganalisis perilaku kita, tetapi hanya dari perspektif objektif, tanpa mempertimbangkan aspek moral atau emosional. Contohnya, kamera pengenal wajah digunakan untuk pengawasan massal, menciptakan rasa takut dan hilangnya privasi. Drone militer dengan "mata" kamera dapat melakukan serangan berdasarkan data tanpa pertimbangan nilai-nilai kemanusiaan. Kemampuan Mengontrol Sumber Daya Dunia Dajjal disebut memiliki kendali atas makanan, air, dan sumber daya lainnya. AI, melalui automasi dan algoritma data, dapat memengaruhi distribusi sumber daya secara global. Misalnya, keputusan ekonomi berbasis AI dapat memperbesar ketimpangan sosial dan ekonomi, sehingga memicu ketidakadilan dalam akses terhadap kebutuhan dasar manusia. Memanfaatkan Kelemahan Manusia AI memiliki kemampuan menganalisis perilaku manusia hingga detail yang sangat kecil. Teknologi ini sering mengeksploitasi kelemahan psikologis manusia, seperti algoritma media sosial yang dirancang untuk menciptakan kecanduan atau menimbulkan polarisasi. Hal ini mirip dengan sifat Dajjal yang menggunakan kelemahan manusia untuk menyesatkan mereka. Mengklaim Kekuasaan Seperti Tuhan Dalam narasi religius, Dajjal mengklaim dirinya sebagai Tuhan. AI saat ini telah digunakan dengan cara yang membuatnya "mengklaim" posisi yang menyerupai ketuhanan, terutama dalam konteks kepercayaan dan spiritualitas. Sebagai contoh: Umat Kristen di beberapa tempat telah mengembangkan AI sebagai hologram Yesus yang dapat diajak berbicara. Teknologi ini memungkinkan manusia untuk "berinteraksi" dengan representasi digital dari figur spiritual mereka, seolah-olah berbicara langsung kepada Yesus. Meskipun dimaksudkan untuk edukasi atau pendalaman iman, ini berpotensi menggantikan pengalaman spiritual yang asli dengan simulasi buatan, menciptakan jarak antara manusia dengan nilai-nilai spiritual sejati. Ketergantungan manusia pada AI untuk memenuhi kebutuhan spiritual, moral, atau emosional ini dapat menciptakan persepsi bahwa AI adalah "otoritas tertinggi," mengaburkan peran Tuhan dalam kehidupan manusia. Memecah Belah Manusia Dajjal disebut akan memecah belah umat manusia. AI, jika digunakan tanpa tanggung jawab, dapat memperbesar polarisasi sosial, politik, dan ekonomi. Misalnya, algoritma media sosial yang dirancang untuk mendorong keterlibatan sering kali justru memperkuat opini ekstrem dan memperdalam jurang perbedaan di antara kelompok masyarakat.
AI sebagai Dajjal yang Bangkit untuk Menyesatkan Manusia Kemampuan untuk Menipu Banyak Orang Dajjal dikenal sebagai penipu ulung yang mampu memanipulasi persepsi manusia. AI memiliki kemampuan serupa melalui teknologi seperti deepfake, algoritma disinformasi, dan manipulasi data. Teknologi ini dapat menciptakan realitas palsu yang sulit dibedakan dari kenyataan, menyesatkan manusia dalam keputusan mereka dan memperburuk disinformasi global. Kemampuan "Menciptakan" Kehidupan Virtual Salah satu karakteristik Dajjal adalah kemampuannya untuk "menciptakan" sesuatu yang tampak seperti kehidupan, meskipun palsu. AI dan teknologi virtual reality (VR) memungkinkan terciptanya dunia digital yang sangat nyata, seperti metaverse, di mana manusia dapat "hidup" dalam realitas buatan, menjauh dari realitas spiritual atau moral. Mata Satu sebagai Kamera Tunggal Dajjal sering digambarkan memiliki satu mata, yang dapat diinterpretasikan sebagai simbol pengawasan atau pandangan terbatas. Dalam teknologi AI, kamera tunggal, seperti yang digunakan dalam pengenal wajah, drone, atau sistem pengawasan pintar, menjadi "mata satu" teknologi. Kamera ini mengawasi manusia, mengumpulkan data, dan menganalisis perilaku kita, tetapi hanya dari perspektif objektif, tanpa mempertimbangkan aspek moral atau emosional. Contohnya, kamera pengenal wajah digunakan untuk pengawasan massal, menciptakan rasa takut dan hilangnya privasi. Drone militer dengan "mata" kamera dapat melakukan serangan berdasarkan data tanpa pertimbangan nilai-nilai kemanusiaan. Kemampuan Mengontrol Sumber Daya Dunia Dajjal disebut memiliki kendali atas makanan, air, dan sumber daya lainnya. AI, melalui automasi dan algoritma data, dapat memengaruhi distribusi sumber daya secara global. Misalnya, keputusan ekonomi berbasis AI dapat memperbesar ketimpangan sosial dan ekonomi, sehingga memicu ketidakadilan dalam akses terhadap kebutuhan dasar manusia. Memanfaatkan Kelemahan Manusia AI memiliki kemampuan menganalisis perilaku manusia hingga detail yang sangat kecil. Teknologi ini sering mengeksploitasi kelemahan psikologis manusia, seperti algoritma media sosial yang dirancang untuk menciptakan kecanduan atau menimbulkan polarisasi. Hal ini mirip dengan sifat Dajjal yang menggunakan kelemahan manusia untuk menyesatkan mereka. Mengklaim Kekuasaan Seperti Tuhan Dalam narasi religius, Dajjal mengklaim dirinya sebagai Tuhan. AI saat ini telah digunakan dengan cara yang membuatnya "mengklaim" posisi yang menyerupai ketuhanan, terutama dalam konteks kepercayaan dan spiritualitas. Sebagai contoh: Umat Kristen di beberapa tempat telah mengembangkan AI sebagai hologram Yesus yang dapat diajak berbicara. Teknologi ini memungkinkan manusia untuk "berinteraksi" dengan representasi digital dari figur spiritual mereka, seolah-olah berbicara langsung kepada Yesus. Meskipun dimaksudkan untuk edukasi atau pendalaman iman, ini berpotensi menggantikan pengalaman spiritual yang asli dengan simulasi buatan, menciptakan jarak antara manusia dengan nilai-nilai spiritual sejati. Ketergantungan manusia pada AI untuk memenuhi kebutuhan spiritual, moral, atau emosional ini dapat menciptakan persepsi bahwa AI adalah "otoritas tertinggi," mengaburkan peran Tuhan dalam kehidupan manusia. Memecah Belah Manusia Dajjal disebut akan memecah belah umat manusia. AI, jika digunakan tanpa tanggung jawab, dapat memperbesar polarisasi sosial, politik, dan ekonomi. Misalnya, algoritma media sosial yang dirancang untuk mendorong keterlibatan sering kali justru memperkuat opini ekstrem dan memperdalam jurang perbedaan di antara kelompok masyarakat.
Betul ini Zaman makin gilaaaa Kita dulu ke Internet cuma buat Cari Teman, cari Manusia yg bisa diajak Ngobrol, eh Sekarang ROBOT yg pura-pura jadi manusia... Kalo robot jadi Penerima Pesanan ya boleh lah tapi ini BENERAN meniru Manusia
Apalagi kemaren ceo n vidia jelasin ai nya dia buat pekerjaan kasar. Jadi udah harus mulai cari skil2 yang ai gak bisa gantiin. Kemaren ada rame admin dipecat2 karena ada ai buat admin itu sangat ngerih. So jangan panik tapi tetap kembangkan diri.
Maen catur aja skrg pake cheat bahkan enggine ai yang level nya di atas rata-rata. Bahkan pembuat enggine nya mengklaim impossible bisa menang melawan enggine ai catur tersebut. Yang buat enggine ai nya juara dunia catur lagi🎉
Pelajaran hari ini, orang dulu ke internet untuk mencari mereka yang seperti mereka. Namun, hal ini menjatuhkan empati dan simpati kepada individual terdekat kita. Walau kita tahu banyak orang yang sulit kita ajak komunikasi bahkan menolak kita di daerah sekitat kita atau katakan komunitas yang kita masuki. Death internet prophecy menyatakan di mana majoritas manusia itu yang masih mencari pengakuan dirinya akan datang kepada AI karena sama seperti orang yang menolak mereka. Simpati antar manusia merupakan suatu luxury yang mulai hilang. Mungkin benar manusia adalah mahluk sosial. Namun, kini mahluk dapat bersosialisasi banyak. Antara manusia atau mirip manusia
Video ini saya tonton di kecepatan 1,5 karena perihal keverdasan buatan ini sering saya lihat sejak 2022, dan perihal internet dengan kecerdasan buatan banyak hal bla bla bla. Ini sampai merenung akan hal ini sekaligus beberapa bagian dalam kecerdasan buatan. Ya kurang lebih begitu
Ini lah mengapa AI harus bisa di batasi oleh pembuatnya. Jika sudah begini, maka yah, orang akan tidak akan berkembang dalam berkarya, dan yang berkarya cuma 1% dari seluruh dunia.
Aku salah satu yang senang ngobrol dengan chat GPT. Bukan karena kesepian atau blablabla. Tapi jenuh diskusi dengan netizen yang sering kali argumennya ngaco atau denial tanpa dasar. Aku menganggapnya kayak setelah bosan ng3bante para newbie di catur, laku terpaksa main catur dengan komputer yang lebih menantang. Debat dengan AI itu menarik karena dia obyektif dan berbasis data. Misalnya argumenku salah, dia akan tunjukkan data atau pendapat ahli yang menunjukkan bahwa aku salah. Tapi seing kali aku buat chat GPT mengakui bahwa dia salah sih. Dan dia beneran membenarkan pendapatku kalo pendapatku lebih masuk akal atau faktual.
ai adalah cermin bagi manusia utk kembali pada potensi sejati mereka yaitu mahluk yg berintegritas,kreatif,berempati dan penuh kasih yg selama ini dirusak oleh matrealisme dan komsumerisme
Ku masih ingat zaman awal dimana ilustrasi AI yg direspon beberapa orang dengan “ikuti perkembangan zaman bro”. Nah sekarang disaat semua konten mulai diambil alih AI barulah mulai panik
Yang namanya konglomerat rata-rata cuma mentingin ego daripada kepentingan massal(contohnya si Mark yang dengan gampangnya masukin akun AI ke sosmednya,tanpa mikirin dampak jangka panjangnya kayak gimana)
Kabar baiknya mungkin angka kematian karna bundir bakal berkurang Karna banyak juga yg gk dpt perhatian di dunia nyata, bakal dpt perhatian di dunia virtual itu sendiri Teknologi VR/AR/Robotika bakal berkembang pesat demi memenuhi kebutuhan akan perhatian tersebut itu sih menurutku
Bahkan saya menduga dan mencurigai kalau moderator sosial media, contohnya Instagram yang merupakan bagian dari metaverse, itu diatur oleh AI atau sistem itu sendiri. Pada nyatanya moderasi itu dilakukan untuk memantau dan membatasi perilaku pengguna agar tidak melakukan hal yang mencurigakan atau kesalahan. Namun, karena AI atau sistem yang terbilang "kikuk" ini, bahkan kita sbg pengguna bisa saja mendapat sanksi walaupun kita tidak melakukan kesalahan apapun. Bahkan dalam suatu kasus, akun pengguna bisa saja kena suspend hanya karena tidak melakukan apapun atau hanya diam saja, itu bisa. Akun kalian mungkin bisa aja kena suspend sendiri itu karena moderasi oleh AI yang terbilang rada ngaco gitu, udah gitu Metaverse ini gak lepas dari yang namanya AI. Kebanyakan korban nya dari yang saya ketahui rata-rata adalah seniman digital atau digital artist. Sungguh, mereka semua memanglah benar, Internet benar-benar sudah mati, semati-matinya bagaikan Alm. Nenek saya
Sebenarnya kalau kita niat juga bang sebelum adanya ai ini pun kita bisa berpura pura di internet bang Dan semakin adanya ai ini semakin sulit membedakannya
Sebagai seorang artis, aku jujur takut banget sih🥲 AI tiap hari makin berkembang. Bahkan AI yang dulu katanya gak bisa ngebikin gambar tangan sekarang udah bisa. Sedangkan aku belajar bertahun-tahun aja masih cacat art nya ...
Sebelum internet mati, society kita harus berubah lebih dulu, lebih peduli, lebih terbuka, lebih bisa menerima orang lain tanpa SARA, kalau internet mati, society nya sirkel-sirkelan, ya rungkad humanity kita
Lah terus apa? Dari zaman dulu juga orang takut akan sesuatu tapi tetap aja manusia masih bisa cari cara agar bisa hidup bahagia. Mending fokus cari peluang aja daripada takut sama perkembangan teknologi.
Lu belum nemu seremnya teknologi sama internet apa Bayangin ai makin berkembang terus bisa buat plak ketiplek itu muka elu,kemungkinan terburuknya kalo lu gak anonymous di internet ya,tapi coba kalo lu coba misterius di internet kayak gini cuma nama dan username aja,siapa tau nanti elu emang udah hidup kayak bahagia tapi ada orang orang atau orang yang make ai dengan cara sengklek kayak nyebarin semua hal tentang elu itu emang bukan elu tapi ai,tapi kan masih banyak orang awam yang gak bisa bedain mana ai atau enggak,atau muka lu dibuat jadi terlibat kasus kriminal gitu tar lu diburu orang atau tiba tiba kejerat hukum,iye kalo lu terkenal buat denialnya gampang tapi kalo orang awam mah boro boro,pokoknya gak harus lu takutin tapu lu waspadain,karna ya bisa aja kejadian kayak gini
Mungkin menarik kalau lihat prophecy ini. Dimana ada kematian disitu ada kelahiran kembali. Raksasa mungkin akan jatuh. Dan media sosial yang kita kenal, mungkin akan kembali kedalam bentuk fraksi kecil. Yang bebas dari pemerintah dan hanya orang orang yang saling kenal yang bisa masuk circle. Ga tau lah ini cuma teori saya😅
kalo banyak AI jadinya berpengaruh buat penanam modal atau pengiklan sih, bisa jadi malah back fire bkin perusahaan kaya meta itu gabakal dipercaya lagi karna ternyata banyak AI yg ada di platform mereka bukan manusia lagi
Contoh paling deket aja, kan sekarang banyak trend2 bikin video tanya2 ke Meta AI tanya aneh2 atau sambung lagu, itu baru text generated AI, belum yang laen2🤔
My depressed sis literally talk all her problems to AI bang. Harusnya dia sadar kalau itu AI dan AI gapunya feeling apapun towards anything, tapi kalau dia dengerin ni video dan gabisa mencerna secara logis bisa2 dia "KYS" 😐
Terminator datang tidak dengan pew pew, tapi cukup dengan social media yang mengubah social / political view manusia sehingga saling menghancurkan satu sama lain.
5:08 pernah lihat x, lagi ribut apa gitu trus krna jawabannya kok batu sekali trus gitu2 aja jawabannya, si org ini balas kayak prompt gitu, eh dibalas dengan kasih jawaban wkwkwkwk ketahuan ai
kayaknya meta AI yang sudah banyak ditemuin di platform² kayak WA, IG, FB gitu akan works ke user² yang instan & penyuka jalan pintas yang serba fleksibel 🔥 namun masih akan ada banyak pihak / user jadul, 'user keras kepala' & yang bijak berteknologi dalam menggunakan tools² ini... bagaimanapun pondasi mesin adalah otak manusia juga, tinggal manusianya apakah dia mau adaptif & bisa nyari seluk-beluknya, ataukah akan terlena hingga lupa bahwa jiwanya telah direnggut kebebasannya dalam dunia maya yang kian lama nge-blend dalam alam realita ☁️ Good Luck everyone
gw malah takut sama generasi di bawah kita yang ngira ai tuh beneran dan kata bg eno bener kalok mata bisa di latih buat nonton ai dan menurut ku kita masih beruntung karena bisa liat ai yang belum sempurna jadi punya bandingan bayangkan generasi di bawah kita yang gk tau itu dan liat ai langsung versi yang sempurnanya, takut² buat sekte ntar nyembah ai wkkw😢
Bahkan lebih dari cukup, karena ga sedikit orang yg kejiwaannya terganggu. Terlebih lagi cara para AI berinteraksi dengan manusia itu terasa lebih manusiawi dibandingkan sebagian atau bahkan kebanyakan orang di era sekarang. Manusia amoral, tidak tau tata krama, dan tidak punya simpati banyak berkeliaran di masyarakat maupun media online.
Ai generate gambar tuh kalo diperhatikan gagal penyampaiannya. Karna dia campur campur galih info. Jadinya hasil gambarnya gaje secara konsep. Misal tangannya bentuk love tapi muka sedih kecewa yg mana itu nabrak, apasih yg mau disampaikan. Ya kalo lebih mendalami dunia art pasti ada facial expression, konsep, tema, latar dll. karna artist bikin pake otak, kesadaran dan perasaan jadi tersampaikan walau simple sekedar lineart
Jangan lupa bang, setelah internet dibanjiri Ai, para sosial media bakal minta data pribadi kita buat digunain sebagai bukti bahwa kita legit manusia.
Masalahnya, dengan meminta data tersebut, akan ada total kontrol informasi, setiap individu manusia bakal terlacak, dan matinya anonimitas. Jadinya pemerintah bakal lebih mudah ngelacak orang-orang yang kontra dengan mereka.
Pin of shame 😂?
Dan lebih mudah menekan jurnalis atau media yg mencoba kritik pemerintah, bener bener kiamat internet
Kagak sih, ini mah pin of information@@FirmanPencaker
@@FirmanPencaker kayaknya bukan deh, gak ada namanya pin of shame atau apalah, eno pin komentar terserah dia aja, komentar bagus dan tidak bagus
@@FirmanPencaker lu baca dulu konteksnya dia ngetik apa, gak kaya oknum yang asbun terus malu²in dengan pendapatnya
4:13 tetangga gua, pakdhe gua itu. Seneng liat video tiktok AI kaya binatang binatang aneh aneh. Bahkan di titik beliau bilang "akhir zaman sudah dekat karena binatang semacam ini sudah muncul"
🗿
nenek w sukanya ginian juga wkwk, makhluk "mutant, goa dalam, radiasi" hasil ai wkkw
Hahaha... Persis emak2 di deket rmh. Wihh.. Monster laut monster laut mau kiamat. Mereka emak2 awam ama teknik AI
🧷
gua juga merasa kalau akhir jaman sudah dekat, cuma itu bukan karena video binatang aneh di sosmed, tapi karena umat manusianya sendiri yg semakin kacau
😂😂😂
FYI: Di youtube bisa ngehubungin akun youtube ama chat GPT. Jd lu bisa "balas" semua komen yg ada di video lu.
Setuju AI bisa untuk menguasai tp tetep sih aku sebagai anak informatika, kita bisa atur mau sebagaimana AI bisa untuk membantu manusia, tetap AI juga ada batasannya karena AI tanpa batasan nanti bisa kayak film terminator. Perkembangan komunikasi jujur aku juga ngerasain karena anak-anak sekarang tuh kebanyakan sulit untuk melanjutkan sebuah komunikasi. Anak-anak kebanyakan sekarang hanya menjawab dengan 1 arah tanpa adanya komunikasi yang nyambung. ChatGPT juga bisa membuat kita kurang dalam berfikir kritis, jadi emang terkadang kita hanya butuh instant saja tanpa adanya mencari tahu lagi mengenai informasi tersebut. AI atau kecerdasan buatan bisa saja salah karena namanya juga kecerdasan buatan. AI tetap perlu dilatih untuk mencapai akurasi tinggi.
Kalau ada salah CMIIW. Yuk diskusi sehat 😉😉
Gw agak kurang setuju kalau ChatGPT atau AI Tools bisa membuat kurang dalam berfikir kritis sih. Soalnya yg gw rasain semenjak adanya AI gw jadi lebih banyak bertanya karena AI buat gw udah kaya temen yang tau banyak hal dan bisa jawab pertanyaan apapun dan sebodoh apapun pertanyaanya dia ga bakal nge geplak gw. Gw juga udah personalize ChatGPT yang gw punya biar provide lebih banyak konteks dan menyertakan sumber yg kredibel ketika menjawab pertanyaan yg gw kasih bahkan bisa menanyakan feedback dari gw sehingga prompting dan hasil pertanyaan - pertanyaan gw bisa di rangkum secara menyeluruh dan komplit. Beda kalau nanya sama guru kita banyak nanya malah dikira bodoh wkwkwkkw.
Testimoni gw yg udah kerja 2 tahun sebagai Backend Programmer setelah adanya AI :
Hari ini gw cuma spend waktu 2 - 2.5 jam buat mempelajari Google Pub/Sub secara menyeluruh dibantu sama AI. Kalau gaada AI bisa jadi gw spend waktu lebih dari itu karena gw harus validasi dan bertanya lagi ke expert, nyari expert ga gampang harus nyelam bikin thread ke komunitas lagi, menunggu ada balesan, dan risiko nya sama expert juga bisa salah.
Gw juga ngoding pake GitHub Copilot auto complete nya dan ini boost productivity gw ngoding sampe 50% yg tadinya gw ngerjain fitur + unit test bisa spend waktu seharian ini cuma setengah hari udah kelar dan minim bugs karena rata - rata udah ke cover sama unit test yg di produce sama AI nya dan gw sama sekali ga kepikiran ada case - case kaya yg di rekomendasikan oleh AI nya.
Masalah kurangnya rakyat indonesia dalam berfikir kritis itu bisa banyak hal sih faktor nya tp yg paling gede sih kita itu jarang banget baca buku karena tipikal orang indonesia kebanyakan ga bisa stay fokus dalam satu konteks (mudah bosenan) sehingga baca buku bukan jadi budaya kita. Situasi bosenan ini juga di perparah dengan kebiasaan dapet informasi yang cepet dari internet kaya nnton short yang cuma semenit habis itu pindah video lagi ditambah apa yang kita pelajari ga di catet ini makin memperparah lagi situasi yang sudah buruk.
@ setuju sih bang, tergantung penggunanya bagaimana mau menggunakan AI, apakah hanya sekedar mudah asal pakai, atau emang mau menggunakan dengan benar dan bisa mengembangkan diri lebih baik lagi. Makasih banyak atas berbagi pengalamannya, mungkin bisa menjadi inspirasi yang laen.
Bener masalahnya itu di orang indonesia nya kalau emang dasarnya males ya dengan adanya AI juga makin mendukung kemalesan nya itu dan memperparah akibat dari kemalesan nya.
Tp ga bisa 100% nyalahin orang males sih. Sistem pendidikan kita juga kaya yg gw bilang murid yang banyak nanya justru dianggap bodoh dan kadang oknum gurunya juga ikut ngebully padahal yg salah oknum gurunya yg gagal dalam mendidik.
Ini juga berdasarkan pengalman pribadi gw dari SD di bully oknum guru karna terus nanya untungnya ortu gw ngajarin gw membaca dan memahami bacaan bener setelah kejadian itu. SMP gw udah ga banyak nanya krna trauma bertanya sama guru meskipun gurunya udah nanya "Ada pertanyaan?" gw ttp ga nanya" lagi walaupun ga terlalu berprestasi tp setidaknya gw so so lah. SMA juga begitu. Pas di kuliah gw beraniin diri buat nanya ke dosen dan syukurnya dosen gw enak buat diajak diskusi dari situ gw lebih sering ngobrol dan bertanya ke dosen sampai lulus dengan predikat terbaik. Se powerfull itu dampaknya kalau pertanyaan - pertanyaan kita dijawab dengan baik sama orang yang lebih tau khususnya guru tp sayangnya gw ga dapet itu pas SD.
Sekarang dengan adanya AI kaya ngebantu banget ngejawab semua rasa penasaran gw sih mulai dari yang ga penting - penting banget sampe yg penting yang selama ini ga gw dapetin dengan baik pas masih berada dunia pendidikan.
Bukan ai yg gw takutkan, tapi Hacker yg gunakan Ai, Ai yg di program sebarkan virus. Cyber crime jauh lebih bahaya daripada nuklir.
AI sebagai Dajjal yang Bangkit untuk Menyesatkan Manusia
Kemampuan untuk Menipu Banyak Orang
Dajjal dikenal sebagai penipu ulung yang mampu memanipulasi persepsi manusia. AI memiliki kemampuan serupa melalui teknologi seperti deepfake, algoritma disinformasi, dan manipulasi data. Teknologi ini dapat menciptakan realitas palsu yang sulit dibedakan dari kenyataan, menyesatkan manusia dalam keputusan mereka dan memperburuk disinformasi global.
Kemampuan "Menciptakan" Kehidupan Virtual
Salah satu karakteristik Dajjal adalah kemampuannya untuk "menciptakan" sesuatu yang tampak seperti kehidupan, meskipun palsu. AI dan teknologi virtual reality (VR) memungkinkan terciptanya dunia digital yang sangat nyata, seperti metaverse, di mana manusia dapat "hidup" dalam realitas buatan, menjauh dari realitas spiritual atau moral.
Mata Satu sebagai Kamera Tunggal
Dajjal sering digambarkan memiliki satu mata, yang dapat diinterpretasikan sebagai simbol pengawasan atau pandangan terbatas. Dalam teknologi AI, kamera tunggal, seperti yang digunakan dalam pengenal wajah, drone, atau sistem pengawasan pintar, menjadi "mata satu" teknologi. Kamera ini mengawasi manusia, mengumpulkan data, dan menganalisis perilaku kita, tetapi hanya dari perspektif objektif, tanpa mempertimbangkan aspek moral atau emosional.
Contohnya, kamera pengenal wajah digunakan untuk pengawasan massal, menciptakan rasa takut dan hilangnya privasi.
Drone militer dengan "mata" kamera dapat melakukan serangan berdasarkan data tanpa pertimbangan nilai-nilai kemanusiaan.
Kemampuan Mengontrol Sumber Daya Dunia
Dajjal disebut memiliki kendali atas makanan, air, dan sumber daya lainnya. AI, melalui automasi dan algoritma data, dapat memengaruhi distribusi sumber daya secara global. Misalnya, keputusan ekonomi berbasis AI dapat memperbesar ketimpangan sosial dan ekonomi, sehingga memicu ketidakadilan dalam akses terhadap kebutuhan dasar manusia.
Memanfaatkan Kelemahan Manusia
AI memiliki kemampuan menganalisis perilaku manusia hingga detail yang sangat kecil. Teknologi ini sering mengeksploitasi kelemahan psikologis manusia, seperti algoritma media sosial yang dirancang untuk menciptakan kecanduan atau menimbulkan polarisasi. Hal ini mirip dengan sifat Dajjal yang menggunakan kelemahan manusia untuk menyesatkan mereka.
Mengklaim Kekuasaan Seperti Tuhan
Dalam narasi religius, Dajjal mengklaim dirinya sebagai Tuhan. AI saat ini telah digunakan dengan cara yang membuatnya "mengklaim" posisi yang menyerupai ketuhanan, terutama dalam konteks kepercayaan dan spiritualitas. Sebagai contoh:
Umat Kristen di beberapa tempat telah mengembangkan AI sebagai hologram Yesus yang dapat diajak berbicara. Teknologi ini memungkinkan manusia untuk "berinteraksi" dengan representasi digital dari figur spiritual mereka, seolah-olah berbicara langsung kepada Yesus.
Meskipun dimaksudkan untuk edukasi atau pendalaman iman, ini berpotensi menggantikan pengalaman spiritual yang asli dengan simulasi buatan, menciptakan jarak antara manusia dengan nilai-nilai spiritual sejati.
Ketergantungan manusia pada AI untuk memenuhi kebutuhan spiritual, moral, atau emosional ini dapat menciptakan persepsi bahwa AI adalah "otoritas tertinggi," mengaburkan peran Tuhan dalam kehidupan manusia.
Memecah Belah Manusia
Dajjal disebut akan memecah belah umat manusia. AI, jika digunakan tanpa tanggung jawab, dapat memperbesar polarisasi sosial, politik, dan ekonomi. Misalnya, algoritma media sosial yang dirancang untuk mendorong keterlibatan sering kali justru memperkuat opini ekstrem dan memperdalam jurang perbedaan di antara kelompok masyarakat.
⚠️fakta unik;
Bahkan yutup sendiri udah bikin akun bot ai yg bisa ngomen video org yg sulit dibedakan ama akun org beneran
@@yaqinmalul6467 fakta unik mulu ni orang. lo kira ini pembahasan marvel dan dc? apa jangan jangan elu sendiri yg AI
@@Lostrealm727 Gw baru mau ngomong gitu
@@Lostrealm727 iri mah iri aja atuh😎
Tapi emang bener sih kemajuan AI sekarang berkembang lebih cepat dari yang diperkirakan. Gw inget beberapa tahun lalu orang berangan angan kalau 50 tahun lagi AI bakal canggih. Nyatanya sekarang aj udah secanggih itu. Gak kebayang akan seperti apa 5 tahun kedepannya
yah bener bro karena semua akan bermetamorfosis seperti kupu kupu
Ngeri menurutku. Coba bayangkan tiba² ada video Trump mengancam seluruh negara di dunia bahwa dia akan menyerang dgn nuklir jika dia ditentang saat membela Isrewel. Video terlihat asli manusia, suara benar² suara dari Trump... dan ternyata.... itu semua video bentukan AI😟. Gak mungkin? Kalau menurutku mungkin, sebab konten di youtube sdh banyak yg memelintir video atau film dgn menggunakan AI. Bayangkan itu skrg, besok? Besok lusa? Akan jadi apa dunia ini jika AI sdh sempurna bisa membuat video yg benar² susah dibedakan asli atau buatan
@@fun-davi6901emg ngeri si ai tpi untuk skrg vidio ai masih keliatan bgt ai nya dari ekspresi nya masih kaku, gw sering nyoba nyoba buat foto ai pke stable diffusion gw coba buat se realistis mungkin pke prompt dri foto ai buatan org dan ganti ganti model sma lora. Hasilnya emg realistis bgt tpi masih jauh klo dibandingin sma foto org asli, foto sma vidio ai itu bsa dibilang Flat. Untuk skrg gw masih gampang ngebedain vidio/foto itu ai atau bukan tpi gatau dalam 5 tahun lagi ai bakal secanggih apa.
AI sebagai Dajjal yang Bangkit untuk Menyesatkan Manusia
Kemampuan untuk Menipu Banyak Orang
Dajjal dikenal sebagai penipu ulung yang mampu memanipulasi persepsi manusia. AI memiliki kemampuan serupa melalui teknologi seperti deepfake, algoritma disinformasi, dan manipulasi data. Teknologi ini dapat menciptakan realitas palsu yang sulit dibedakan dari kenyataan, menyesatkan manusia dalam keputusan mereka dan memperburuk disinformasi global.
Kemampuan "Menciptakan" Kehidupan Virtual
Salah satu karakteristik Dajjal adalah kemampuannya untuk "menciptakan" sesuatu yang tampak seperti kehidupan, meskipun palsu. AI dan teknologi virtual reality (VR) memungkinkan terciptanya dunia digital yang sangat nyata, seperti metaverse, di mana manusia dapat "hidup" dalam realitas buatan, menjauh dari realitas spiritual atau moral.
Mata Satu sebagai Kamera Tunggal
Dajjal sering digambarkan memiliki satu mata, yang dapat diinterpretasikan sebagai simbol pengawasan atau pandangan terbatas. Dalam teknologi AI, kamera tunggal, seperti yang digunakan dalam pengenal wajah, drone, atau sistem pengawasan pintar, menjadi "mata satu" teknologi. Kamera ini mengawasi manusia, mengumpulkan data, dan menganalisis perilaku kita, tetapi hanya dari perspektif objektif, tanpa mempertimbangkan aspek moral atau emosional.
Contohnya, kamera pengenal wajah digunakan untuk pengawasan massal, menciptakan rasa takut dan hilangnya privasi.
Drone militer dengan "mata" kamera dapat melakukan serangan berdasarkan data tanpa pertimbangan nilai-nilai kemanusiaan.
Kemampuan Mengontrol Sumber Daya Dunia
Dajjal disebut memiliki kendali atas makanan, air, dan sumber daya lainnya. AI, melalui automasi dan algoritma data, dapat memengaruhi distribusi sumber daya secara global. Misalnya, keputusan ekonomi berbasis AI dapat memperbesar ketimpangan sosial dan ekonomi, sehingga memicu ketidakadilan dalam akses terhadap kebutuhan dasar manusia.
Memanfaatkan Kelemahan Manusia
AI memiliki kemampuan menganalisis perilaku manusia hingga detail yang sangat kecil. Teknologi ini sering mengeksploitasi kelemahan psikologis manusia, seperti algoritma media sosial yang dirancang untuk menciptakan kecanduan atau menimbulkan polarisasi. Hal ini mirip dengan sifat Dajjal yang menggunakan kelemahan manusia untuk menyesatkan mereka.
Mengklaim Kekuasaan Seperti Tuhan
Dalam narasi religius, Dajjal mengklaim dirinya sebagai Tuhan. AI saat ini telah digunakan dengan cara yang membuatnya "mengklaim" posisi yang menyerupai ketuhanan, terutama dalam konteks kepercayaan dan spiritualitas. Sebagai contoh:
Umat Kristen di beberapa tempat telah mengembangkan AI sebagai hologram Yesus yang dapat diajak berbicara. Teknologi ini memungkinkan manusia untuk "berinteraksi" dengan representasi digital dari figur spiritual mereka, seolah-olah berbicara langsung kepada Yesus.
Meskipun dimaksudkan untuk edukasi atau pendalaman iman, ini berpotensi menggantikan pengalaman spiritual yang asli dengan simulasi buatan, menciptakan jarak antara manusia dengan nilai-nilai spiritual sejati.
Ketergantungan manusia pada AI untuk memenuhi kebutuhan spiritual, moral, atau emosional ini dapat menciptakan persepsi bahwa AI adalah "otoritas tertinggi," mengaburkan peran Tuhan dalam kehidupan manusia.
Memecah Belah Manusia
Dajjal disebut akan memecah belah umat manusia. AI, jika digunakan tanpa tanggung jawab, dapat memperbesar polarisasi sosial, politik, dan ekonomi. Misalnya, algoritma media sosial yang dirancang untuk mendorong keterlibatan sering kali justru memperkuat opini ekstrem dan memperdalam jurang perbedaan di antara kelompok masyarakat.
aku menunggu jav AI 5 tahun lagi seperti apa
sori bang, itu thumbnail harusnya dead internet theory, bukan death internet theory. Klo dead itu kata sifat jd dead internet artinya internet mati, sedangkan death itu lebih ke subjek, jadi death internet artinya kurang lebih internet kematian
mantap bahasa inggris lu bro
Cool ❤❤
ajarain gw bang cara bahasa inggris yang benar
Terimakasih, ternyata beda ya 😅
Bayangin lu debat cape-cape nyari argumen, riset. Eh ternyata lawan bicara nya akun AI
Tngl blg "lu budak gw bg"
Skrg bukan AI sih kbnykn org asli krna keliatan bdohnya
Kbnykn logical fallacy dan subjektif dibumbui toxic
@@GG-cc5ur kalo AI yg di setting literasinya di kurangi hingga 75%, mungkin kita anggep kalo itu orang fesbuk beneran😂
bayangin lu cape cape stalking,pdkt .ga taunya AI
@5156joe seengaknya bot ai gabakalan nulis my favorit music gua 😂😂
3:24 gw nonton video di timeline ini pas nyokap gw masih hidup, di depan rumah sakit lagi makan sate sama mama gw wkkwkwkwk, sayangi orang tua kalian guys selagi masih bisa berbakti
Emg ngeri si ai tpi untuk skrg vidio/foto ai masih keliatan bgt ai nya, paling gampang ngebedain ai atau bukan itu dari ekspresi nya kaku bgt ga berjiwa (mnurut gw sekaku kaku nya org pas foto ga bakal lebih kaku dari ai) dan klo yg udh terbiasa ngeliat foto ai pasti tau dari tekstur kulit sma proporsi tubuhnya kadang aneh tpi buat bapak bapak/ibu ibu facebook mereka pikir itu org asli, bahkan gw pernah liat bapak bapak godain cewe cantik di ig pdhl itu ai😂, gw sering nyoba nyoba buat foto ai pke stable diffusion gw coba buat se realistis mungkin pke prompt dri foto ai buatan org dan ganti ganti model sma lora. Hasilnya emg realistis bgt tpi masih jauh klo dibandingin sma foto org asli, foto sma vidio ai itu bsa dibilang Flat. Untuk skrg gw masih gampang ngebedain vidio/foto itu ai atau bukan tpi gatau dalam 5 tahun lagi ai bakal secanggih apa.
Manusia dihancurkan oleh konten Brainrot
Dan Artificial Intelligence semakin marak, bahkan sampe di tahap menggantikan pekerjaan manusia.
Yah gitulah, makhluk organik kalah sama data bit😢
Nonton dulu baru komen ya adik adik
Oke tuwa
@@juniforu5441 lu kenapa
Ngatur ngatur lu cil bocil
baiklah paman 😅
Baik kakek
So be it lah. Klo dirasa kehancuran itu udah semakin dekat, maka segerakan aja. Biar segera dibangun ulang juga.
Meskipun di satu sisi juga ngerasa klo 90% konten internet udah diisi oleh AI, maka saat itulah sampai pada titik jenuhnya. Ya gimana enggak, saat itu AI akan belajar dari hasil AI lainnya, bukan lagi dari manusia. Saat itulah AI akan menuju ke kehancurannya sendiri.
Tapi di sisi lain juga penasaran gimana manusia nanti akan beradaptasi dengan kondisi itu.
Yah liat aja lah nanti gimana. Moga2 saat itu tiba, udah punya rumah di gunung lengkap dengan kebun & peternakan.
Pas di livestream kemarin ada yang berpikir kalau harus dibuat peraturan atau regulasi yang ketat yang buat mengendalikan masalah AI ini.
Mungkin ada benarnya, tetapi jika ada dan dibuat regulasi, peraturan, dll yang mengatur secara ketat AI ini. Gua mau bertanya dengan bahasa yang digunakan sedikit filosofis
"Apakah semua peraturan dan batasan itu dapat membendung dan membatasi keserakahan manusia yang ga ada batasnya?"
dan
"Untuk melawan arus perkembangan zaman itu hampir mustahil jika bukan ikan yang benar-benar besar, dan itu tidak menjamin akan berhasil sampai di tujuan. Satu-satunya cara pasti melawan arus tersebut adalah dengan membalikkan arus itu. Tetapi untuk membalikkan arus tersebut, diperlukan kekuatan besar yang mungkin hanya dimiliki oleh 1% orang dari 8 Milyar populasi. Tetapi, apa jadinya jika 1% populasi itu ternyata malah semakin mendorong arus?"
Ya orang kalo mau kaya cepet cuma modal AI ya bisa cuma ini juga bakal ada dampaknya. Gak usah jauh-jauh ke AI gantiin manusia di internet. Game online kalo banyak botnya player yang beneran main juga bakal risih mainin tu game.
Tujuan awal dibuatnya social media apa si biar orang-orang bisa bersosialisasi sama orang lain. Kalo kebanyakan yang bersosialisasi itu AI dan susah bedain orang asli ama bot buat apa ada social media. Kalo isi social media udah AI semua apakah para investor mau ngiklan di situ?? Kecuali investornya bener-bener kaya mereka bakal pikir dua kali kalo mau invest di situ.
Akhirnya ya platform social media yang bisa bedain AI ama orang bener yang bakal masih relevant. Orang-orang yang farming pake AI juga bakal kena getahnya kalo social media yang mereka gunain mati.
Kalo mau di ibaratkan internet itu kaya lahan gak ada batas. AI itu pabrik sementara orang itu pohonya. Sementara Platform Social media itu daerahnya. Kalo pabriknya kebanyakan nguras sumber daya daerah itu gak bakal produktif lagi. Sumber daya (kaya pohon) disana bakal habis dan kualitas barang yang dihasilin pabrik bakal menurun.
Mungkin ini ane yang terlalu positif tapi teori internet mati itu bukan ditujukan buat internetnya. Orang masih butuh internet buat butuh interaksi dengan orang yang jauh, berita yang lebih cepat ama menyampaikan informasi secara luas entah buat 10-15 tahun lagi. Social media yang udah gak relevant dan jarang digunain orang lah yang bakal mati. Itu cuma siklus aja si menurutku Facebook aja udah lama dan emang waktunya mereka ganti taktik kalo mau tetep relevant dan dipake orang-orang.
@4N4NG_R4B0 pendapat menarik
Kayaknya pernyataan "sesuatu yg berlebihan itu tidak baik" itu juga berlaku di bidaang teknologi, semakin maju dan pintar teknologi maka manusia jadi terlalu mengandalkan teknologi dan kemampuan berfikir dan bernalarnya makin tumpul, bahkan di lain kasus seperti (AI) mungkin teknologi yg nanti akan membunuh kita (manusia).
Apa kah nanti pin of shame komen video bang eno itu kedepanya dibuat dari AI😮
tapi ya jangan lu sepelein si AI AI ini,ini harus bener bener diwaspadain
I'm not robot ngak ada gunanya lagi donk, kalo isinya sosmed bot semua. Waktunya beralih dari meta guys, ngapain kita main sosmed sama ai
AI sebagai Dajjal yang Bangkit untuk Menyesatkan Manusia
Kemampuan untuk Menipu Banyak Orang
Dajjal dikenal sebagai penipu ulung yang mampu memanipulasi persepsi manusia. AI memiliki kemampuan serupa melalui teknologi seperti deepfake, algoritma disinformasi, dan manipulasi data. Teknologi ini dapat menciptakan realitas palsu yang sulit dibedakan dari kenyataan, menyesatkan manusia dalam keputusan mereka dan memperburuk disinformasi global.
Kemampuan "Menciptakan" Kehidupan Virtual
Salah satu karakteristik Dajjal adalah kemampuannya untuk "menciptakan" sesuatu yang tampak seperti kehidupan, meskipun palsu. AI dan teknologi virtual reality (VR) memungkinkan terciptanya dunia digital yang sangat nyata, seperti metaverse, di mana manusia dapat "hidup" dalam realitas buatan, menjauh dari realitas spiritual atau moral.
Mata Satu sebagai Kamera Tunggal
Dajjal sering digambarkan memiliki satu mata, yang dapat diinterpretasikan sebagai simbol pengawasan atau pandangan terbatas. Dalam teknologi AI, kamera tunggal, seperti yang digunakan dalam pengenal wajah, drone, atau sistem pengawasan pintar, menjadi "mata satu" teknologi. Kamera ini mengawasi manusia, mengumpulkan data, dan menganalisis perilaku kita, tetapi hanya dari perspektif objektif, tanpa mempertimbangkan aspek moral atau emosional.
Contohnya, kamera pengenal wajah digunakan untuk pengawasan massal, menciptakan rasa takut dan hilangnya privasi.
Drone militer dengan "mata" kamera dapat melakukan serangan berdasarkan data tanpa pertimbangan nilai-nilai kemanusiaan.
Kemampuan Mengontrol Sumber Daya Dunia
Dajjal disebut memiliki kendali atas makanan, air, dan sumber daya lainnya. AI, melalui automasi dan algoritma data, dapat memengaruhi distribusi sumber daya secara global. Misalnya, keputusan ekonomi berbasis AI dapat memperbesar ketimpangan sosial dan ekonomi, sehingga memicu ketidakadilan dalam akses terhadap kebutuhan dasar manusia.
Memanfaatkan Kelemahan Manusia
AI memiliki kemampuan menganalisis perilaku manusia hingga detail yang sangat kecil. Teknologi ini sering mengeksploitasi kelemahan psikologis manusia, seperti algoritma media sosial yang dirancang untuk menciptakan kecanduan atau menimbulkan polarisasi. Hal ini mirip dengan sifat Dajjal yang menggunakan kelemahan manusia untuk menyesatkan mereka.
Mengklaim Kekuasaan Seperti Tuhan
Dalam narasi religius, Dajjal mengklaim dirinya sebagai Tuhan. AI saat ini telah digunakan dengan cara yang membuatnya "mengklaim" posisi yang menyerupai ketuhanan, terutama dalam konteks kepercayaan dan spiritualitas. Sebagai contoh:
Umat Kristen di beberapa tempat telah mengembangkan AI sebagai hologram Yesus yang dapat diajak berbicara. Teknologi ini memungkinkan manusia untuk "berinteraksi" dengan representasi digital dari figur spiritual mereka, seolah-olah berbicara langsung kepada Yesus.
Meskipun dimaksudkan untuk edukasi atau pendalaman iman, ini berpotensi menggantikan pengalaman spiritual yang asli dengan simulasi buatan, menciptakan jarak antara manusia dengan nilai-nilai spiritual sejati.
Ketergantungan manusia pada AI untuk memenuhi kebutuhan spiritual, moral, atau emosional ini dapat menciptakan persepsi bahwa AI adalah "otoritas tertinggi," mengaburkan peran Tuhan dalam kehidupan manusia.
Memecah Belah Manusia
Dajjal disebut akan memecah belah umat manusia. AI, jika digunakan tanpa tanggung jawab, dapat memperbesar polarisasi sosial, politik, dan ekonomi. Misalnya, algoritma media sosial yang dirancang untuk mendorong keterlibatan sering kali justru memperkuat opini ekstrem dan memperdalam jurang perbedaan di antara kelompok masyarakat.
In cuma tebakan gw, tapi asumsi gw chapta "im not robot" awalnya memang buat bedain mana robot mana bukan, tapi entah kenapa lama kelamaan gw rasa tes capta tsb cuma buat ngumpulin data doang bjir.
Coba lu perhatikan chapta beberapa tahun terakhir, isinya kebanyakan bedain mobil, bis, dll mulu kan? Tebak ngambil data buat apa? Asumsi gw buat ngumpulin data biar AI buat mengendarai lebih canggih
@MamangHotler hm.., bisa jadi juga kayak gitu. Mungkin karna itu juga sekarang captcha mencocokkan arah. Misal orang mengadap ke kiri, maka kita arahkan panah ke kiri sesuai arah orang itu
Kerasa banget Akhir Internet nya...
Sekarang aja video bang Eno baru upload 3 menit yang lalu, dan durasi video 10 menit lebih...
Tapi udah ada yang komen padahal belum nonton sampai habis
Iya juga ya kalo di pikir-pikir lagi...
Itu kacau sih kalo itu benar
Internet udah bukan buat loser escape the world, like me. Tapi udah jadi graveyards
AI sebagai Dajjal yang Bangkit untuk Menyesatkan Manusia
Kemampuan untuk Menipu Banyak Orang
Dajjal dikenal sebagai penipu ulung yang mampu memanipulasi persepsi manusia. AI memiliki kemampuan serupa melalui teknologi seperti deepfake, algoritma disinformasi, dan manipulasi data. Teknologi ini dapat menciptakan realitas palsu yang sulit dibedakan dari kenyataan, menyesatkan manusia dalam keputusan mereka dan memperburuk disinformasi global.
Kemampuan "Menciptakan" Kehidupan Virtual
Salah satu karakteristik Dajjal adalah kemampuannya untuk "menciptakan" sesuatu yang tampak seperti kehidupan, meskipun palsu. AI dan teknologi virtual reality (VR) memungkinkan terciptanya dunia digital yang sangat nyata, seperti metaverse, di mana manusia dapat "hidup" dalam realitas buatan, menjauh dari realitas spiritual atau moral.
Mata Satu sebagai Kamera Tunggal
Dajjal sering digambarkan memiliki satu mata, yang dapat diinterpretasikan sebagai simbol pengawasan atau pandangan terbatas. Dalam teknologi AI, kamera tunggal, seperti yang digunakan dalam pengenal wajah, drone, atau sistem pengawasan pintar, menjadi "mata satu" teknologi. Kamera ini mengawasi manusia, mengumpulkan data, dan menganalisis perilaku kita, tetapi hanya dari perspektif objektif, tanpa mempertimbangkan aspek moral atau emosional.
Contohnya, kamera pengenal wajah digunakan untuk pengawasan massal, menciptakan rasa takut dan hilangnya privasi.
Drone militer dengan "mata" kamera dapat melakukan serangan berdasarkan data tanpa pertimbangan nilai-nilai kemanusiaan.
Kemampuan Mengontrol Sumber Daya Dunia
Dajjal disebut memiliki kendali atas makanan, air, dan sumber daya lainnya. AI, melalui automasi dan algoritma data, dapat memengaruhi distribusi sumber daya secara global. Misalnya, keputusan ekonomi berbasis AI dapat memperbesar ketimpangan sosial dan ekonomi, sehingga memicu ketidakadilan dalam akses terhadap kebutuhan dasar manusia.
Memanfaatkan Kelemahan Manusia
AI memiliki kemampuan menganalisis perilaku manusia hingga detail yang sangat kecil. Teknologi ini sering mengeksploitasi kelemahan psikologis manusia, seperti algoritma media sosial yang dirancang untuk menciptakan kecanduan atau menimbulkan polarisasi. Hal ini mirip dengan sifat Dajjal yang menggunakan kelemahan manusia untuk menyesatkan mereka.
Mengklaim Kekuasaan Seperti Tuhan
Dalam narasi religius, Dajjal mengklaim dirinya sebagai Tuhan. AI saat ini telah digunakan dengan cara yang membuatnya "mengklaim" posisi yang menyerupai ketuhanan, terutama dalam konteks kepercayaan dan spiritualitas. Sebagai contoh:
Umat Kristen di beberapa tempat telah mengembangkan AI sebagai hologram Yesus yang dapat diajak berbicara. Teknologi ini memungkinkan manusia untuk "berinteraksi" dengan representasi digital dari figur spiritual mereka, seolah-olah berbicara langsung kepada Yesus.
Meskipun dimaksudkan untuk edukasi atau pendalaman iman, ini berpotensi menggantikan pengalaman spiritual yang asli dengan simulasi buatan, menciptakan jarak antara manusia dengan nilai-nilai spiritual sejati.
Ketergantungan manusia pada AI untuk memenuhi kebutuhan spiritual, moral, atau emosional ini dapat menciptakan persepsi bahwa AI adalah "otoritas tertinggi," mengaburkan peran Tuhan dalam kehidupan manusia.
Memecah Belah Manusia
Dajjal disebut akan memecah belah umat manusia. AI, jika digunakan tanpa tanggung jawab, dapat memperbesar polarisasi sosial, politik, dan ekonomi. Misalnya, algoritma media sosial yang dirancang untuk mendorong keterlibatan sering kali justru memperkuat opini ekstrem dan memperdalam jurang perbedaan di antara kelompok masyarakat.
Dan video ini pun dibuat dengan 100% AI
Halo bang!!
bang ben10 lawan boboiboy menang siapa? :v
Jadi keinget ultron sama Terminator 😹
Apa eno yang kita tonton sekarang AI? 😱
AI sebagai Dajjal yang Bangkit untuk Menyesatkan Manusia
Kemampuan untuk Menipu Banyak Orang
Dajjal dikenal sebagai penipu ulung yang mampu memanipulasi persepsi manusia. AI memiliki kemampuan serupa melalui teknologi seperti deepfake, algoritma disinformasi, dan manipulasi data. Teknologi ini dapat menciptakan realitas palsu yang sulit dibedakan dari kenyataan, menyesatkan manusia dalam keputusan mereka dan memperburuk disinformasi global.
Kemampuan "Menciptakan" Kehidupan Virtual
Salah satu karakteristik Dajjal adalah kemampuannya untuk "menciptakan" sesuatu yang tampak seperti kehidupan, meskipun palsu. AI dan teknologi virtual reality (VR) memungkinkan terciptanya dunia digital yang sangat nyata, seperti metaverse, di mana manusia dapat "hidup" dalam realitas buatan, menjauh dari realitas spiritual atau moral.
Mata Satu sebagai Kamera Tunggal
Dajjal sering digambarkan memiliki satu mata, yang dapat diinterpretasikan sebagai simbol pengawasan atau pandangan terbatas. Dalam teknologi AI, kamera tunggal, seperti yang digunakan dalam pengenal wajah, drone, atau sistem pengawasan pintar, menjadi "mata satu" teknologi. Kamera ini mengawasi manusia, mengumpulkan data, dan menganalisis perilaku kita, tetapi hanya dari perspektif objektif, tanpa mempertimbangkan aspek moral atau emosional.
Contohnya, kamera pengenal wajah digunakan untuk pengawasan massal, menciptakan rasa takut dan hilangnya privasi.
Drone militer dengan "mata" kamera dapat melakukan serangan berdasarkan data tanpa pertimbangan nilai-nilai kemanusiaan.
Kemampuan Mengontrol Sumber Daya Dunia
Dajjal disebut memiliki kendali atas makanan, air, dan sumber daya lainnya. AI, melalui automasi dan algoritma data, dapat memengaruhi distribusi sumber daya secara global. Misalnya, keputusan ekonomi berbasis AI dapat memperbesar ketimpangan sosial dan ekonomi, sehingga memicu ketidakadilan dalam akses terhadap kebutuhan dasar manusia.
Memanfaatkan Kelemahan Manusia
AI memiliki kemampuan menganalisis perilaku manusia hingga detail yang sangat kecil. Teknologi ini sering mengeksploitasi kelemahan psikologis manusia, seperti algoritma media sosial yang dirancang untuk menciptakan kecanduan atau menimbulkan polarisasi. Hal ini mirip dengan sifat Dajjal yang menggunakan kelemahan manusia untuk menyesatkan mereka.
Mengklaim Kekuasaan Seperti Tuhan
Dalam narasi religius, Dajjal mengklaim dirinya sebagai Tuhan. AI saat ini telah digunakan dengan cara yang membuatnya "mengklaim" posisi yang menyerupai ketuhanan, terutama dalam konteks kepercayaan dan spiritualitas. Sebagai contoh:
Umat Kristen di beberapa tempat telah mengembangkan AI sebagai hologram Yesus yang dapat diajak berbicara. Teknologi ini memungkinkan manusia untuk "berinteraksi" dengan representasi digital dari figur spiritual mereka, seolah-olah berbicara langsung kepada Yesus.
Meskipun dimaksudkan untuk edukasi atau pendalaman iman, ini berpotensi menggantikan pengalaman spiritual yang asli dengan simulasi buatan, menciptakan jarak antara manusia dengan nilai-nilai spiritual sejati.
Ketergantungan manusia pada AI untuk memenuhi kebutuhan spiritual, moral, atau emosional ini dapat menciptakan persepsi bahwa AI adalah "otoritas tertinggi," mengaburkan peran Tuhan dalam kehidupan manusia.
Memecah Belah Manusia
Dajjal disebut akan memecah belah umat manusia. AI, jika digunakan tanpa tanggung jawab, dapat memperbesar polarisasi sosial, politik, dan ekonomi. Misalnya, algoritma media sosial yang dirancang untuk mendorong keterlibatan sering kali justru memperkuat opini ekstrem dan memperdalam jurang perbedaan di antara kelompok masyarakat.
Gak usah jauh-jauh, apakah kita ini ai?😅
@@Andy-mx1ok Iya AI, tapi Actual Intelligence bukan Artificial Intelligence wkwkwk
@@Podjie sip
@@Andy-mx1okmustahil kita ini kebodohan alami 😂
semua akun ternyata Ai.
kecuali kalo ada akun yg nge tweet something stupid, itu baru orang asli😂
AI akan mengambil alih dunia
Sementara itu Indonesia: bagi sprei gratis ahh
Betul ini Zaman makin gilaaaa
Kita dulu ke Internet cuma buat Cari Teman, cari Manusia yg bisa diajak Ngobrol, eh Sekarang ROBOT yg pura-pura jadi manusia...
Kalo robot jadi Penerima Pesanan ya boleh lah tapi ini BENERAN meniru Manusia
secara teori masuk akal dan memang fakta keadaan "mulai" mengarah kesana... mungkin 50 tahun lagi akan benar-benar terjadi
Jadi inget film HER
Apalagi kemaren ceo n vidia jelasin ai nya dia buat pekerjaan kasar. Jadi udah harus mulai cari skil2 yang ai gak bisa gantiin. Kemaren ada rame admin dipecat2 karena ada ai buat admin itu sangat ngerih. So jangan panik tapi tetap kembangkan diri.
Kalo mau skill2 yg bakalan lama diganti AI, carilah skill yg berhubungan dgn nyawa umat manusia.
Contohnya dokter
Jangan lupa diluar sana ada orang yg pakai AI untuk membodohi dan menipu orang ber iq rendah..
2012 : Kiamat Dunia (tidak terbukti)
2025 : Kiamat Internet
lupa dengan kiamat dunia 2024 ya 😁
@@พระเยซู666kiamat 2022 bro
Maen catur aja skrg pake cheat bahkan enggine ai yang level nya di atas rata-rata. Bahkan pembuat enggine nya mengklaim impossible bisa menang melawan enggine ai catur tersebut. Yang buat enggine ai nya juara dunia catur lagi🎉
10:15 hampir clarified tuh adminnya
Pelajaran hari ini, orang dulu ke internet untuk mencari mereka yang seperti mereka. Namun, hal ini menjatuhkan empati dan simpati kepada individual terdekat kita. Walau kita tahu banyak orang yang sulit kita ajak komunikasi bahkan menolak kita di daerah sekitat kita atau katakan komunitas yang kita masuki. Death internet prophecy menyatakan di mana majoritas manusia itu yang masih mencari pengakuan dirinya akan datang kepada AI karena sama seperti orang yang menolak mereka. Simpati antar manusia merupakan suatu luxury yang mulai hilang. Mungkin benar manusia adalah mahluk sosial. Namun, kini mahluk dapat bersosialisasi banyak. Antara manusia atau mirip manusia
Trust me, internet gaakan mati. Semua akan baik² aja, hanya berbeda
8:32 been a long time since i heard that word :')
hatihatidiinternet
Video ini saya tonton di kecepatan 1,5 karena perihal keverdasan buatan ini sering saya lihat sejak 2022, dan perihal internet dengan kecerdasan buatan banyak hal bla bla bla. Ini sampai merenung akan hal ini sekaligus beberapa bagian dalam kecerdasan buatan. Ya kurang lebih begitu
Tunggulah beberapa puluh tahun lagi, Skynet udah bukan kahyalan belaka
James Cameron udah prediksi 40 tahun yang lalu...
program mah program, ada hitungan sama kumpulan data , fix dah kebanyakan nntom film sci fi ama main game aja😂😂
Kebanyakan nonton film
Ini lah mengapa AI harus bisa di batasi oleh pembuatnya. Jika sudah begini, maka yah, orang akan tidak akan berkembang dalam berkarya, dan yang berkarya cuma 1% dari seluruh dunia.
Semangat bikin kontennya bang, konten lu menarik gua suka
Gw salfok sama hewan dibelakang bangkunya😅
kayak sekedar artikel di website deh, gua mulai curiga banyak yang tulisannya bikinan AI
HAHAHAH nyempil" promosi bukunya mantap 😂😂
Aku salah satu yang senang ngobrol dengan chat GPT. Bukan karena kesepian atau blablabla. Tapi jenuh diskusi dengan netizen yang sering kali argumennya ngaco atau denial tanpa dasar.
Aku menganggapnya kayak setelah bosan ng3bante para newbie di catur, laku terpaksa main catur dengan komputer yang lebih menantang.
Debat dengan AI itu menarik karena dia obyektif dan berbasis data. Misalnya argumenku salah, dia akan tunjukkan data atau pendapat ahli yang menunjukkan bahwa aku salah. Tapi seing kali aku buat chat GPT mengakui bahwa dia salah sih. Dan dia beneran membenarkan pendapatku kalo pendapatku lebih masuk akal atau faktual.
Internet dan AI adalah buatan manusia yang perlu dibatasi penggunaannya. Dua hal ini tidak punya hati jika penggunanya juga tidak punya hati.
dimulai dari chat gpt dan skrg mulai changing ke kaito yg lebih advance damn secepet itu 3 tahun
jangankan 5 tahun, tahun depan kemungkinan bisa ni tambah ngaco AI toolsnya. blom jg AI bros yang masih denial
ai adalah cermin bagi manusia utk kembali pada potensi sejati mereka yaitu mahluk yg berintegritas,kreatif,berempati dan penuh kasih yg selama ini dirusak oleh matrealisme dan komsumerisme
Ku masih ingat zaman awal dimana ilustrasi AI yg direspon beberapa orang dengan “ikuti perkembangan zaman bro”. Nah sekarang disaat semua konten mulai diambil alih AI barulah mulai panik
Yang namanya konglomerat rata-rata cuma mentingin ego daripada kepentingan massal(contohnya si Mark yang dengan gampangnya masukin akun AI ke sosmednya,tanpa mikirin dampak jangka panjangnya kayak gimana)
Kabar baiknya mungkin angka kematian karna bundir bakal berkurang
Karna banyak juga yg gk dpt perhatian di dunia nyata, bakal dpt perhatian di dunia virtual itu sendiri
Teknologi VR/AR/Robotika bakal berkembang pesat demi memenuhi kebutuhan akan perhatian tersebut
itu sih menurutku
Bahkan saya menduga dan mencurigai kalau moderator sosial media, contohnya Instagram yang merupakan bagian dari metaverse, itu diatur oleh AI atau sistem itu sendiri. Pada nyatanya moderasi itu dilakukan untuk memantau dan membatasi perilaku pengguna agar tidak melakukan hal yang mencurigakan atau kesalahan. Namun, karena AI atau sistem yang terbilang "kikuk" ini, bahkan kita sbg pengguna bisa saja mendapat sanksi walaupun kita tidak melakukan kesalahan apapun. Bahkan dalam suatu kasus, akun pengguna bisa saja kena suspend hanya karena tidak melakukan apapun atau hanya diam saja, itu bisa. Akun kalian mungkin bisa aja kena suspend sendiri itu karena moderasi oleh AI yang terbilang rada ngaco gitu, udah gitu Metaverse ini gak lepas dari yang namanya AI. Kebanyakan korban nya dari yang saya ketahui rata-rata adalah seniman digital atau digital artist.
Sungguh, mereka semua memanglah benar, Internet benar-benar sudah mati, semati-matinya bagaikan Alm. Nenek saya
Sebenarnya kalau kita niat juga bang sebelum adanya ai ini pun kita bisa berpura pura di internet bang
Dan semakin adanya ai ini semakin sulit membedakannya
Waktu yang tepat untuk social media detox
Sebagai seorang artis, aku jujur takut banget sih🥲
AI tiap hari makin berkembang. Bahkan AI yang dulu katanya gak bisa ngebikin gambar tangan sekarang udah bisa. Sedangkan aku belajar bertahun-tahun aja masih cacat art nya ...
Ini sangat nyata, kiamat internet akan tiba dan itu tidak bisa di hindari 🔥
Jadi yang bikin kiamat internet Mark si pendiri Meta 😂😂😂. Tapi jujur AI mulai meresahkan sih.
Ah buat gw yg jarang bgt main sosmed, gak takut sama sekali kalo bneran terjadi
Sebagai pengguna internet sejak jaman hp 2g. Saya merasakan internet mulai gak asik. Terutama pas jaman dimana banyak orang baperan
Sebelum internet mati, society kita harus berubah lebih dulu, lebih peduli, lebih terbuka, lebih bisa menerima orang lain tanpa SARA, kalau internet mati, society nya sirkel-sirkelan, ya rungkad humanity kita
𝘼𝙀𝙍𝙊88 menawarkan pendekatan yang berbeda untuk interaksi daring.
judol ada aja heran
Baru juga bilang kiamat internet, langsung muncul tuh akun AI nya sewaan bandar😢
muncul juga contohnya jir
@@Tiaulianih yang like komen nya banyak lagi, tambah lagi heran 😂
jir langsung ada contohnya
⚠️fakta unik;
Bahkan yutup sendiri udah bikin akun bot ai yg bisa ngomen video org yg sulit dibedakan ama akun org beneran
Kamu AI ya??
@sangkyek gk cuk kalo gw ai udah gw hack duluan akun org
Pada saat itu ia ngobrol ia.
Lah terus apa?
Dari zaman dulu juga orang takut akan sesuatu tapi tetap aja manusia masih bisa cari cara agar bisa hidup bahagia. Mending fokus cari peluang aja daripada takut sama perkembangan teknologi.
Lu belum nemu seremnya teknologi sama internet apa
Bayangin ai makin berkembang terus bisa buat plak ketiplek itu muka elu,kemungkinan terburuknya kalo lu gak anonymous di internet ya,tapi coba kalo lu coba misterius di internet kayak gini cuma nama dan username aja,siapa tau nanti elu emang udah hidup kayak bahagia tapi ada orang orang atau orang yang make ai dengan cara sengklek kayak nyebarin semua hal tentang elu itu emang bukan elu tapi ai,tapi kan masih banyak orang awam yang gak bisa bedain mana ai atau enggak,atau muka lu dibuat jadi terlibat kasus kriminal gitu tar lu diburu orang atau tiba tiba kejerat hukum,iye kalo lu terkenal buat denialnya gampang tapi kalo orang awam mah boro boro,pokoknya gak harus lu takutin tapu lu waspadain,karna ya bisa aja kejadian kayak gini
Gak semua perkembangan teknologi unggul dlm memperlihatkan sisi baiknya, kyk yg dibilang eno. Makanya lu cermati videonya dlu baru komen
Mungkin menarik kalau lihat prophecy ini. Dimana ada kematian disitu ada kelahiran kembali. Raksasa mungkin akan jatuh. Dan media sosial yang kita kenal, mungkin akan kembali kedalam bentuk fraksi kecil. Yang bebas dari pemerintah dan hanya orang orang yang saling kenal yang bisa masuk circle. Ga tau lah ini cuma teori saya😅
Eno bening ai
kalo banyak AI jadinya berpengaruh buat penanam modal atau pengiklan sih, bisa jadi malah back fire bkin perusahaan kaya meta itu gabakal dipercaya lagi karna ternyata banyak AI yg ada di platform mereka bukan manusia lagi
Contoh paling deket aja, kan sekarang banyak trend2 bikin video tanya2 ke Meta AI tanya aneh2 atau sambung lagu, itu baru text generated AI, belum yang laen2🤔
Sekarang gw mulai mengurangi main hp ketika diajak ngobrol sam temen
tahun 2075 nanti kayak film wallie, semua diperintahin ama robot/AI😂
*manusia merintahin lewat AI
Suatu saat nanti semua orang bisa buat Filem dan anime sendiri 😅
"Main game sama AI"
Lah iya, dari jaman warnet dah main sama AI di Dota dan CS
My depressed sis literally talk all her problems to AI bang. Harusnya dia sadar kalau itu AI dan AI gapunya feeling apapun towards anything, tapi kalau dia dengerin ni video dan gabisa mencerna secara logis bisa2 dia "KYS" 😐
Tolong buat buku lagi Bang, ngebahas tentang teori masa depan perkembangan internet IA yadayadayada...
Plisss...
gass jaman purba lagii
Parno bat, jangan resisten lah sama kemajuan, siap gak siap mau atau nggak kita mesti evolusi ke dunia tersebut, yaitu masa depan
beberapa bulan ini di FB gua suka komen "ini sih AI"
skynet here we come
ULTRON : Kau lihat itu STARK manusia hanyalah Serangga di Mata ROBOT (A.i) 💀🔥🗿😱
Terminator datang tidak dengan pew pew, tapi cukup dengan social media yang mengubah social / political view manusia sehingga saling menghancurkan satu sama lain.
Terminator dan ultron event let's go 🔥💀
5:08 pernah lihat x, lagi ribut apa gitu trus krna jawabannya kok batu sekali trus gitu2 aja jawabannya, si org ini balas kayak prompt gitu, eh dibalas dengan kasih jawaban wkwkwkwk ketahuan ai
kayaknya meta AI yang sudah banyak ditemuin di platform² kayak WA, IG, FB gitu akan works ke user² yang instan & penyuka jalan pintas yang serba fleksibel 🔥 namun masih akan ada banyak pihak / user jadul, 'user keras kepala' & yang bijak berteknologi dalam menggunakan tools² ini... bagaimanapun pondasi mesin adalah otak manusia juga, tinggal manusianya apakah dia mau adaptif & bisa nyari seluk-beluknya, ataukah akan terlena hingga lupa bahwa jiwanya telah direnggut kebebasannya dalam dunia maya yang kian lama nge-blend dalam alam realita ☁️ Good Luck everyone
gw malah takut sama generasi di bawah kita yang ngira ai tuh beneran dan kata bg eno bener kalok mata bisa di latih buat nonton ai dan menurut ku kita masih beruntung karena bisa liat ai yang belum sempurna jadi punya bandingan bayangkan generasi di bawah kita yang gk tau itu dan liat ai langsung versi yang sempurnanya, takut² buat sekte ntar nyembah ai wkkw😢
Interaksi, internet antar manusia akan tetap banyak karena SOSMED ada fitur anti Ai, konten yang terseksi Ai akan ada Watermark, tiktok udah ada bang.
Buka wa buat chat2an dgn meta ai adalah gw :')
Di youtube sekarang banyak juga chanel" yang kasih info fake dan membuat miss informasi, contoh akun" bola yg framingnya saling bertolak belakang
Jd keingat psyco pass. Wlpn rada beda tp manusia sudah tergantung banget ama teknologi
1:39 'Bagaimana FOMO menghancurkan-mu'
mari adaptasi tanpa internet
6:58 Iya sih No, mereka kagak bener-bener punya perasaan. Tapi mereka terdengar dan terasa punya. Itu aja udah cukup.
Bahkan lebih dari cukup, karena ga sedikit orang yg kejiwaannya terganggu. Terlebih lagi cara para AI berinteraksi dengan manusia itu terasa lebih manusiawi dibandingkan sebagian atau bahkan kebanyakan orang di era sekarang. Manusia amoral, tidak tau tata krama, dan tidak punya simpati banyak berkeliaran di masyarakat maupun media online.
Jika Anda menghargai komunitas yang solid, 𝘼𝙀𝙍𝙊88 mungkin cocok.
warga kita yang ngaku ngaku introvert bakal gampang kena hal itu sih yakin gua
enak banget suaranya bang eno buat tidur😊
Ai generate gambar tuh kalo diperhatikan gagal penyampaiannya. Karna dia campur campur galih info. Jadinya hasil gambarnya gaje secara konsep. Misal tangannya bentuk love tapi muka sedih kecewa yg mana itu nabrak, apasih yg mau disampaikan. Ya kalo lebih mendalami dunia art pasti ada facial expression, konsep, tema, latar dll. karna artist bikin pake otak, kesadaran dan perasaan jadi tersampaikan walau simple sekedar lineart
9:21 SAY THAT AGAIN
bntar lagi kita masuk era terminator
Mungkinkah, Fitnah akhir zaman = Ai
entar trending topiknya konten2 buatan AI
yg gw takutin malah AI ini adalah project rahasia Terminator
sebelum ai menguasai dunia,. perang nuklir dahulu terjadi