Base Matters - Presentasi Tunggal Arin Dwihartanto Sunaryo
ฝัง
- เผยแพร่เมื่อ 26 ก.พ. 2024
- Sudah kah kamu mengunjungi presentasi tunggal Arin Dwihartanto Sunaryo bertajuk “Base Matters” di Bale Tonggoh?
Simak video panduan singkat pameran bersama kurator Krishnamurti Suparka dan perupa Arin Dwihartanto Sunaryo.
---
Presentasi tunggal Arin Dwihartanto Sunaryo Material Dasar (Base Matters) menghadirkan eksplorasi wilayah-wilayah yang telah menjadi fokus utamanya dalam beberapa tahun terakhir: Abu vulkanik, sampel tanah dan mineral, serta bahan alam lain yang digabungkan dengan resin, dan berbagai senyawa sintetis sebagai bahan dasar lukisan dan proses pembentukannya. Pameran ini juga menampilkan pendekatan 'studio terbuka', dengan cara mengkonversi ruang pamer menyerupai suasana tempat di mana sang seniman biasa bekerja.
Seperti halnya perpaduan berbagai material dalam penciptaan karya-karya dan eksperimentasi artistik Dwihartanto, Base Matters juga menggabungkan berbagai sudut pandang tematik dan konseptual. Pertama, pameran ini merujuk pada gagasan alkimia tentang prima materia, substansi kunci dalam prosedur transmutasi untuk menemukan 'batu filsuf' (philosopher's stone), yang sejalan dengan upaya-upaya seorang seniman dalam mengkonsolidasikan karyanya.
Kedua, judul pameran ini mengadopsi gagasan materialisme dasar (Base Materialism), yang dirumuskan oleh Georges Bataille pada tahun 1920-an, yang dalam konteksnya mencoba memberdayakan yang "rendah", sebagai lawan dari "tinggi" yang idealis. Logika yang diterapkan dalam pameran ini kurang lebih serupa: Mengganggu konvensi sebuah presentasi seni dan harapan-harapan pemirsa terhadapnya, di mana sirkularitas antara produksi dan presentasi dibuat konkret, menyatu di ruang yang sama. Melalui prosedur simulatif dan teatrikal ini, Base Matters menghilangkan batasan antara sebuah pameran dengan kenyataan artistik yang biasanya tak terjangkau oleh penonton.
Karya-karya di sini juga bertujuan untuk menunjukkan kimia alternatif Dwihartanto: Mulai dari alat dan mesin yang disesuaikan, bahan tanah dari lokasi tertentu yang dikonversi menjadi pigmen dan pewarna yang bermuatan naratif, hingga mode presentasi yang tidak konvensional, yang mendorong cara-cara lain untuk melihat dan merasakan suatu proyek artistik. Ikatan sang seniman dengan berbagai interpretasi ide terlihat jelas, saat ia bereksperimen dengan format-format patung dan lukisan, benda-jadi dan objek-objek, karya suara kolaboratif, serta berbagai perangkat lainnya untuk merangsang segenap panca indera.
Krishnamurti Suparka