Hukum Mengirim Al-Fatihah Untuk Orang Yang Sudah Meninggal | Ustadz Dr. Musyaffa Ad-Dariny, Lc., MA

แชร์
ฝัง
  • เผยแพร่เมื่อ 11 ก.ย. 2024
  • Fatwa Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan
    Adapun mengirimkan Al Fatihah untuk arwah orang mati, ini termasuk amalan bid’ah. Arwah orang mati tidak perlu dikirimkan Al Fatihah ataupun bacaan Qur’an lainnya, karena amalan demikian tidak ada tuntunannya dari sunnah Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam ataupun dari praktek orang-orang shalih generasi salaf dari umat ini. Dan ini adalah amalan yang tertolak. Jadi tidak diperlu mengirimkan Al Fatihah baik dari masjid, dari kuburan, dari rumah, atau dari tempat lain.
    Kepada orang yang sudah meninggal, yang kita kirimkan adalah doa, jika ia orang Muslim. Kita mohonkan rahmah dan maghfirah baginya. Juga bersedekah atas nama mereka. Juga berhaji atas nama mereka. Inilah amalan-amalan yang ada dalilnya. Adapun mengirim Al Fatihah atau ayat Qur’an lain untuk orang yang sudah mati, ini adalah amalan yang diada-adakan dan bid’ah.
    Syaikh Muhammad Nashiruddin dalam Ahkamul Janaiz menyebutkan,
    “Perkataan yang masyhur di tengah-tengah masyarakat di berbagai negeri, “(Kirim pahala) Al Fatihah pada ruh ‘fulan’ ” adalah menyelisihi ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, itu termasuk amalan yang tiada tuntunan tanpa diragukan lagi. Lebih-lebih pahala bacaan Qur’an tidak sampai pada orang yang telah mati menurut pendapat yang lebih tepat.
    Dalam Ahkamul Janaiz disebutkan pula,
    “Adapun membaca Al Qur’an ketika ziarah kubur, maka tidak ada landasan dalil sama sekali. Bahkan hadits yang membicarakan hal tersebut yang telah disebutkan sebelumnya menunjukkan amalan tersebut tidak disyari’atkan. Dan seandainya hal tersebut disyari’atkan, tentu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam akan melakukannya, begitu pula para sahabat. Ketika ‘Aisyah -istri yang paling dicintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam - bertanya pada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai apa yang dibaca ketika ziarah kubur, maka yang dianjarkan pada ‘Aisyah adalah ucapan salam dan do’a. Dan tidak dianjarkan membaca Al Fatihah atau bacaan Qur’an lainnya. Seandainya membaca Al Qur’an tatkala ziarah kubur itu disyari’atkan, maka tentu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak diam. Bagaimana beliau bisa mengakhirkan penjelasan dari waktu yang dibutuhkan? Tentu tidak boleh, sebagaimana telah diketahui dalam ilmu ‘ushul. Mana mungkin bisa diam dalam kondisi semacam itu? Seandainya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan pada para sahabat akan hal itu, tentu akan sampai pada kita. Jika tidak ada riwayat sanad dalam perkara ini, maka itu menunjukkan amalan tersebut tidak ada.”
    -----------------------------------------------------------------------
    Judul full video: Tidak Boleh Ada Bahaya
    Link full video: • Tidak Boleh Ada Bahaya...
    Sumber artikel: muslim.or.id/1...
    rumaysho.com/3...
    Ikuti Media Sosial Kami
    Facebook : / dakwah.vidgram
    Twitter : / dakwah_vidgram
    Instagram : / dakwah.vidgram

ความคิดเห็น • 17

  • @RosidMpd
    @RosidMpd 29 วันที่ผ่านมา

    Istigfar mas dan saya sarankan mas banyak baca lagi kitab kitab ..atau mas ikut kajian Gus Baha ,Uah.Uas atau Buya Yahya tentang yg sekarang mas sampai kan k jemaah mas

  • @hermanstarmovie8974
    @hermanstarmovie8974 3 ปีที่แล้ว +3

    Al Fatehah atau surah apapun yang dibaca dan dikirim untuk dihadiahkan kepada orang yang sudah meninggal boleh dan sampai pahalanya buat orang yang sudah meninggal hal ini diperkuat dengan hadis Nabi Ketika anak cucu Adam meninggal dunia maka putuslah amalnya dengan dunia kecuali 3 perkara yaitu Amal jariah,ilmu yang berguna serta anak Soleh yang mendoakannya.....jelas doa anak yang Soleh yang diterima dan terserah anak Soleh itu berdoa dengan Al Fatehah atau Surah Yasin tidak masalah karena keduanya adalah ayat suci Al Quran, walaupun tak di contohkan Nabi tetapi masih bersesuaian dengan syariat Islam boleh dan bagus dan Nabi pernah melintas dikuburan dan berhenti sejenak dan mengambil pelepah daun Kurma yang masih basah dan menancapkannya di pusara sebuah makam dan Nabi bersabda selama pelepah daun Kurma ini masih basah maka siksa ahli kubur ini diringankan oleh ALLAH SWT.....jelas disini pelepah daun Kurma saja bisa meringankan siksa kubur apalagi kalo yang dibaca ayat suci Al Quran

    • @achmaddavi231
      @achmaddavi231 2 ปีที่แล้ว

      Anda ini keras kepala Walau Rasul tidak lakukan Anda Bilang Boleh..!!!
      Hati2 Rasul mu itu Menyuruh Berdoa.. AL-quran itu ayat Suci.. DOA ITU DIPINTA.. Contoh ALLAHUMA.
      Anda meminta keselamatan pada Allah untuk Orang yg Meninggal.. PINTA.. BERDOA.. !!
      Buka kirim Alfatihah.. !!
      Anda itu Kebalik... yg ada Beginii
      Mustajab sebuah Doa di lakukan setelah Shalat & Baca Al-quran... itu Baru Benerrr.... Tapi Alfatihah Bukan untuk si mayitt..
      Apalagi anda Mengatakan Terserah Si anak yh Sholeh mau baca Alfatihah.. mau baca Doa.
      Jangan Sotoy..

  • @aansky
    @aansky 2 ปีที่แล้ว +1

    Menurut pendapat saya, mari kita hentikan polemik Kirim Al Fatihah bagi mayit sampai atau tidak?. Mari kita ganti pertanyaannya menjadi:
    Apa yg dilakukan Rasulullah SAW apabila ada yg meninggal? Apa yg dibaca oleh beliau? Doa apa yg dipanjatkan oleh Rasulullah SAW bagi orang yg baru meninggal yg belum dikubur maupun yg telah lama meninggal sama atau beda?
    Lalu kalau sdh mendptkan jawabannya dari dalil yg shohih, jgn pakai dalil yg lemah apalagi palsu atau jgn pakai dalil akal akalan, mari kita ikuti sunnah Rasulullah SAW. Simpel.

  • @anton_7748
    @anton_7748 3 ปีที่แล้ว

    *Sifat mulia para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, termaktub dalam ayat berikut setelah Allah memuji Rasul-Nya yang mulia Allah Ta’ala berfirman*
    *مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآَزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا*
    *“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar”*
    *( QS : Al Fath : Ayat : 29 )*
    *Mula-mula ayat ini berisi pujian Allah Ta’ala kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau tidak disangsikan lagi adalah benar. Lalu beliau dipuji sebagai utusan Allah, di mana pujian ini mencakup semua sifat yang mulia. Kemudian setelah itu, barulah datang pujian kepada sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Apa saja pujian bagi para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam?*
    *Pertama: Mereka keras terhadap orang kafir namun begitu penyayang terhadap sesama mereka yang beriman sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas*
    *وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ*
    *“Dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka”*
    *Pujian seperti itu terdapat pula dalam ayat lainnya*
    *فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ*
    *“Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir” (QS. Al Maidah: 54)*
    *Inilah sifat yang semestinya dimiliki oleh orang beriman. Mereka keras dan berlepas diri dari orang kafir dan mereka berbuat baik terhadap orang-orang beriman. Mereka bermuka masam di depan orang kafir dan bermuka ceria di hadapan saudara mereka yang beriman. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman*
    *يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قَاتِلُوا الَّذِينَ يَلُونَكُمْ مِنَ الْكُفَّارِ وَلْيَجِدُوا فِيكُمْ غِلْظَةً*
    *“Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa” (QS. At Taubah: 123)*
    *Dari An Nu’man bin Basyir, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda*
    *مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِى تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى*
    *“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal kasih sayang bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota badan merintih kesakitan maka sekujur badan akan merasakan panas dan demam” (HR. Muslim no. 2586)*
    *Dari Abu Musa, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda*
    *الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ ، يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا*
    *“Seorang mukmin dengan mukmin yang lain seperti sebuah bangunan yang bagian-bagiannya saling menguatkan satu dan lainnya” (HR. Bukhari no. 6026 dan Muslim no. 2585).*

  • @unnamedjf
    @unnamedjf 3 ปีที่แล้ว

    Judulnya admin di ig hastagnya?

  • @kakekmahirkarmo8507
    @kakekmahirkarmo8507 2 ปีที่แล้ว

    Kelompok yang menolak (membid’ahkan) menghadiahkan pahala kepada ahli kubur, kerap berdalil dengan Firman Allah Swt:
    ( وَاَنْ لَيْسَ لِلْاِنْسَانِ اِلَّا مَا سَعَى (النجم: ٣٩
    “Dan bahwa seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.”(QS. an-Najm:39)
    a. Syekh Sulaiman bin Umar Al-‘Ajili dalam Al-Futuhat Al-Ilahiyyah, Juz IV, hal 236 menjelaskan:
    قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ هَذَا مَنْسُوْخُ الْحُكْمِ فِي هَذِهِ الشَّرِيْعَةِ أَيْ وَإِنَّمَا هُوَ فِي صُحُفِ مُوْسَى وَاِبْرَاهِيْمَ عَلَيْهِمَا السَّلاَمِ بِقَوْلِهِ “وَأَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِيَّتَهُمْ” فَأُدْخِلَ اْلأَبْنَاءُ فِي اْلجَنَّةِ بِصَلَاحِ اْللأَبَاءِ. وَقَالَ عِكْرِمَةُ إِنَّ ذَلِكَ لِقَوْمِ إِبْرَاهِيْمَ وَمُوْسَى عَلَيْهِمَا السَّلَامُ وَأَمَّا هَذِهِ اْلأُمَّةُ فَلَهُمْ مَا سَعَوْا وَمَا سَعَى لَهُمُ غَيْرُهُمْ (الفتوحات الإلهية,٤.٢٣٦)
    “Ibnu Abbas berkata bahwa hukum ayat tersebut An-Najm 39) telah dimansukh atau diganti dalam syari’at Nabi Muhammad SAW. Hukumnya hanya berlaku dalam syari’at Nabi Ibrahim AS dan Nabi Musa AS, kemudian untuk umat Nabi Muhammad SAW kandungan QS. Al-Najm 39 tersebut dihapus dengan firman Allah SWT… أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِيَّتَهُم (Ath-Thur 21). Ayat ini menyatakan bahwa seorang anak dapat masuk surga karena amal baik ayahnya. Ikrimah mengatakan bahwa tidak sampainya pahala (yang dihadiahkan) hanya berlaku dalam syari’at Nabi Ibrahim AS dan Nabi Musa AS. Sedangkan untuk umat Nabi Muhammad SAW mereka dapat menerima pahala amal kebaikannya sendiri atau amal kebaikannya sendiri atau amal kebaikan orang lain”
    b. Dalam Tafsir Khazin (4/213):
    قال ابن عباس هذا منسوخ الحكم في هذه الشريعة بقوله تعالى: أَلْحَقْنا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ .وقيل كان ذلك لقوم إبراهيم وموسى فأما هذه الأمة فلها ما سعوا وما سعى لهم غيرهم.
    “Berkata Ibnu Abbas : (ayat) ini mansukh hukumnya dalam syariat agama ini, yakni dinasakh dengan firman Allah ta’ala ‘kami hubungkan anak cucu mereka itu dengan mereka’. Dan dikatakan juga, ini berlaku untuk umat Ibrahim dan Musa, adapun untuk umat ini, baginya yang mereka usahakan dan yang diusahakan oleh orang lain”.
    c. Dalam tafsir At Thabari (22/546):
    وذُكر عن ابن عباس أنه قال: هذه الآية منسوخة.
    “Dan disebutkan dari Ibnu Abbas, beliau berkata : sesungguhnya ayat ini mansukh.”
    d. Menurut Mufti Mesir Syekh Hasanain Muhammad Makhluf :
    وَأَمَّا قَوْلُهُ تَعَلَى وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ اِلاً مَاسَعَى فَهُوَ مُقَيًدٌ بِمَا إِذَالَمْ يَهَبِ الْعَامِلُ ثَوَابَ عَمَلِهِ لِغَيْرِهِ وَمَعْنىَ ألْاَيَةِ أَنًهُ لَيْسَ يَنْفَعُ الْإِنْسَانَ فِي الْأَخِرَةِ إِلًا مَا عَمِلَهُ فِي الدُّنْيَا مَالَمْ يَعْمَلْ لَهُ غَيْرُهُ عَمَلًا وَيَهَبَهُ لَه فَاِّنَهُ يَنْفَعُهُ كَذَلِكَ حكم الشريعة الإسلامية في مأتم الأربعين : ٢٣-٢٤
    “Firman Allah SWT وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ اِلاً مَاسَعَى perlu diberi batasan, yaitu jika orang yang melakukan perbuatan baik itu tidak menghadiahkan pahalanya kepada orang lain. Maksud ayat tersebut adalah, bahwa amal seseorang tidak akan bermanfaat di akhirat kecuali pekerjaan yang telah dilakukan di dunia bila tidak ada orang lain yang menghadiahkan amalnya kepada si mayit. Apabila ada orang yang mengirimkan ibadah kepadanya, maka pahala amal itu akan sampai kepada orang yang meninggal dunia tersebut” (Hukmu Al-Syari’ah Al-Islamiyah fi Ma’tam Al-Arbai’n, 23-24)
    g. Ibnu Taimiyah. Ia berkata:
    وَمَنِ احْتَجَّ عَلَى ذَلِكَ بِقَوْلِهِ تَعَالَى وَأَنْ لَيْسَ لِلإِنْسَانِ إِلاَّ مَا سَعَى فَحُجَّتُهُ دَاحِضَةٌ (اَيْ بَاطِلَةٌ) فَإِنَّهُ قَدْ ثَبَتَ بِالنَّصِّ وَاْلإِجْمَاعِ أَنَّهُ يَنْتَفِعُ بِالدُّعَاءِ لَهُ وَاْلاِسْتِغْفَارِ وَالصَّدَقَةِ وَالْعِتْقِ وَغَيْرِ ذَلِكَ (المسائل والأجوبة لابن تيمية 1 / 132)
    “Orang yang berhujjah tidak sampainya pahala kepada orang yang telah wafat dengan firman Allah “Dan bahwasannya seorang manusia tiada mempero-leh selain apa yang telah diusahakannya” (al-Najm 39), maka hujjahnya salah fatal. Sebab telah dijelaskan dalam nash al-Quran-Hadis dan Ijma Ulama bahwa mayit menerima manfaat dengan doa kepadanya, memintakan ampunan, sedekah, memerdekakan budak dan sebagainya” (al-Masail wa al-Ajwibah I/132).
    h. Para ulama dan pendiri aliran Wahhabi sekalipun, telah mengutip riwayat hadits:
    وَأَخْرَجَ أَبُوْ الْقَاسِمِ سَعْدُ بْنُ عَلِيٍّ الزَّنْجَانِيُّ فِي فَوَائِدِهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ دَخَلَ الْمَقَابِرَ ثُمَّ قَرَأَ فَاتِحَةَ الْكِتَابِ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ وَأَلْهَاكُمْ التَّكَاثُرُ ثُمَّ قَالَ إِنِّي جَعَلْتُ ثَوَابَ مَا قَرَأْتُ مِنْ كَلاَمِكَ ِلأَهْلِ الْمَقَابِرِ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ كَانُوْا شُفَعَاءَ لَهُ إِلَى اللهِ تَعَالَى وَأَخْرَجَ صَاحِبُ الْخَلاَّلِ بِسَنَدِهِ عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ دَخَلَ الْمَقَابِرَ فَقَرَأَ سُوْرَةَ يس خَفَّفَ اللهُ عَنْهُمْ وَكَانَ لَهُ بِعَدَدِ مَنْ فِيْهَا حَسَنَاتٌ (عمدة القاري شرح صحيح البخاري لبدر الدين العيني 4 / 497 وشرح الصدور بشرح حال الموتى والقبور للحافظ جلال الدين السيوطي 1 / 303 وفي احكام تمني الموت لمحمد بن عبد الوهاب - مؤسس الفرقة الوهابية - 75)
    “Dan Abu Qasim Saad bin Ali al-Zanjani dalam kitab Fawaidnya meriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Saw bersabda: ‘Barangsiapa masuk ke kuburan kemudian membaca al-Fatihah, al-Ikhlas, al-Takatsur, lalu berdoa: Sesungguhnya saya jadikan bacaan saya dari firman-Mu untuk para ahli kubur, baik mukminin dan mukminat, maka mereka akan menjadi pemberi syafaat baginya di sisi Allah’. Al-Khallal juga meriwayatkan sebuah hadis dari Anas bin Malik: ‘Barangsiapa masuk ke kuburan, kemudian membaca Yasin, maka Allah akan meringankan kepada mereka pada hari itu dan dia mendapatkan kebaikan-kebaikan sesuai bilangan yang ada di kuburan tersebut” (Badruddin al-Aini dalam kitab Umdat al-Qari Syarah Sahih al-Bukhari IV/497, al-Hafidz al-Suyuthi dalam Syarh al-Shudur I/303 dan Muhammad bin Abdul Wahhab -Pendiri aliran Wahhabi- dalam Ahkam Tamanni al-Maut 75)
    i. Dalil membaca Fatihah untuk mayit
    عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ إِذَا مَاتَ أَحَدُكُمْ فَلاَ تَحْبِسُوْهُ وَأَسْرِعُوْا بِهِ إِلَى قَبْرِهِ وَلْيُقْرَأْ عِنْدَ رَأْسِهِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَعِنْدَ رِجْلَيْهِ بِخَاتِمَةِ سُوْرَةِ الْبَقَرَةِ فِي قَبْرِهِ
    "Diriwayatkan dari Ibnu Umar, Beliau berkata: Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Jika di antara kalian ada yang meninggal, maka janganlah diakhirkan, segera-lah dimakamkan. Dan bacakanlah di samping kuburnya, Surat al-Fatihah di dekat kepala dan ayat terakhir Surat al-Baqarah di dekat kakinya". (HR. at-Thabarani dalam al-Mu'jam alKabir No. 13613, al-Baihaqi dalam Syu'ab Al Iman No. 9294)
    al-Hafidz Ibnu Hajar al 'Asqalani, imam pakar hadits di zamannya menyatakan bahwa status hadis di atas adalah Hasan. (Fathul Bari, 3/184). Penghasanan ini juga diikuti oleh: Imam Badruddin al-'Ainiy. ('Umdatul Qari, 12/382). Imam Ash Shan'ani (Subulus-salam, 2/106). Syaikh az-Zarqani (Syarh az-Zarqaniy, 2/127).
    Hadis Hasan ini sah dijadikan hujah. Begitu jelas pula hadits ini menunjukkan perintah membaca al-Fatihah dan akhir al- Baqarah untuk jenazah yang sudah dikubur.
    Syekh Abdullah al-Bassam rahimahullah berkata (Beliau meringkas dari Imam Ibnul Qayyim):
    فمذهب الإمام أحمد و جمهور السلف وصولها
    Madzhab Imam Ahmad dan mayoritas ulama salaf berpendapat sampainya (pahala buat mayit). (Taudhihul Ahkam, 2/19)

    • @achmaddavi231
      @achmaddavi231 2 ปีที่แล้ว

      Anda ini Kurang akal.. jdi Hujjah gimana..!!!??
      sudah tahu Hadist nya HASAN (LEMAH) di tambah Rasulullah tidak pernah Melakukan nya. Hal tersebut..
      Di sandingkan lagi dengan Hadist Rasulullah yg lain Hadist yg Shahih..
      🍀Jangan jadikan Rumah2 kalian seperti Kuburan sesungguhnya Rumah yg di bacakan Ayat Al-quran setan lari padanya..
      🍀di seluruh muka Bumi ini adalah Mesjid (tempat ibadah shalat & baca Al-quran) TERKECUALI 2 TEMPAT
      1 KUBURAN
      2 PEMANDIAN (wc)
      Kalau diambil Hadist HASAN(LEMAH) di atas Malah Kontradiksi dengan Hadist yg itu.. Malah Bertentangan..!!
      pendapat Yg KUAT jangan di lakukan...

    • @kakekmahirkarmo8507
      @kakekmahirkarmo8507 2 ปีที่แล้ว

      @@achmaddavi231
      Ba ha ha ha ha....haiiiiih.
      Ga tahu bahasa Arab....ga tahu ilmu hadits, berani bilang hadits hasan= hadits lemah.
      Preeeee....t
      Sebaiknya ngaaaaaji duuuluuuu.
      Apa arti dari hadits hasan?
      Apa arti dari hadits dho'if?
      Taaaar bakal maaaluuu diriiiii

    • @kakekmahirkarmo8507
      @kakekmahirkarmo8507 2 ปีที่แล้ว

      @@achmaddavi231
      Malu ni yeeeeh.
      👉🙈🐢🐌🐐🐛🙈👈

    • @achmaddavi231
      @achmaddavi231 2 ปีที่แล้ว

      @@kakekmahirkarmo8507 dasar iblis ketawa duluan.. Naudzubillah imindzalik... Dhoif itu Palsu... Hasan itu Lemah... yg jdi sumber hadist Shahih... dasar iblis..!!

    • @kakekmahirkarmo8507
      @kakekmahirkarmo8507 2 ปีที่แล้ว

      @@achmaddavi231
      Benarkah, dhoif itu palsu ngaji dulu nak.
      Katanya kembali ke Al Qur'an dan Sunnah.
      Sementara iblis ga tahu pengertian hadits itu sendiri, baik hadits shohih, hasan, dho'if, dan palsu.
      *Ngacalah dulu, wahai orang yang ngaku iblis*
      *Ternyata malah lebih iblis dari iblia anda itu, nak*

  • @sadinadina2832
    @sadinadina2832 2 ปีที่แล้ว

    ILMU LU SAMPE MANA , ALFATIHAH ITU PANGKAL NYA AYAT AL QUR'AN

  • @kakekmahirkarmo8507
    @kakekmahirkarmo8507 2 ปีที่แล้ว

    Pak Ahmad Davi: Belajar lagi ya!
    Hadits hasan ko disebut hadits dho'if (palsu). Massa pak Ahmad Davi, ga tahu?
    Malu-maluin dakwah sunnah!

  • @hariyono6299
    @hariyono6299 3 ปีที่แล้ว

    Ngawuuuuuuur