Dulunya Sampah, Setelah Jadi Minyak Atsiri, Daun Cengkeh Jadi Barang Menguntungkan - NET JATENG

แชร์
ฝัง
  • เผยแพร่เมื่อ 27 ส.ค. 2024
  • Di tengah perkebunan cengkeh warga Di Dusun Ngaglik, Desa Nyatnyono, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Asro’i Abdul Majid, membangun penyulingan minyak atsiri. Selain agar tak dekat dengan permukiman, bahan baku berupa daun cengkih, mudah didapatkan dari sekitar lokasi penyulingan.
    Asro’i memulai usaha penyulingan atsiri sejak tujuh tahun yang lalu. Ia tertarik dengan peluang bisnis minyak, setelah melihat kesuksesan temannya yang juga menyuling minyak atsiri.
    Ia pun jeli melihat nilai ekonomis dari banyaknya daun cengkih yang berserakan di sekitar perkebunan cengkih warga. Jika sebelumnya ia menjadi pengepul cengkeh panenan warga, kini ia justru membeli daun cengkih kering dari mereka untuk ia olah.
    “Saya nebas dari warga, setelah itu ada teman saya yang membuat minyak, saya jadi pengepul daun, setelah itu kok saya jual daun ada untungnya, saya mencoba ada gagasan, itu bahwa kalau saya buat minyak mungkin lebih banyak untungnya dari pada saya pengepul daun, Ujar ASRO’I ABDUL MAJID-Pengusaha Minya Atsiri.
    Dusun Ngaglik memang dikenal sebagai salah satu penghasil cengkih di Kabupaten Semarang. Luas lahan perkebunan cengkih mencapai seratus lima puluh hektar, dengan mayoritas penduduknya menjadi petani cengkih.
    Keberadaan penyulingan minyak atsiri di dusun ngaglik membuat warga memiliki penghasilan sampingan dari daun cengkih. Hal ini cukup membantu para petani, karena komoditas cengkih hanya dapat dipanen sekali dalam setahun.
    “Yang dulunya daun cengkih itu nggak bisa jadi uang terus sekarang jadi uang, meskipun itu buat sampingan, …(per kilo berapa??)., kalau pas musim panas kayak begini perkilo sampai dua setengah, tiga ribu, tapi kalau pas musim penghujan paling ya seribu sampai seribu lima ratus.” Ujar SHOLIKUN-Petani Cengkih.
    Daun kering yang dibeli dari petani ini dimasukkan ke dalam tungku pengukus berkapasitas tiga puluh kilogram. Tungku kemudian ditutup rapat agar uap minyak cengkih dapat mengalir menuju bak pendingin. Setelah dipanaskan selama lima jam didapatkan minyak cengkih sebanyak satu kilogram.
    Limbah daun sisa penyulingan ini tak kemudian dibuang begitu saja// daun ini menjadi bahan bakar untuk penyulingan selanjutnya/ sehingga tak ada limbah terbuang selain abu sisa pembakaran// dalam sehari asro’i bisa menghasilkan tiga hingga lima kilogram minyak cengkih , yang dijual duaratus ribu rupiah per kilogram.
    “Saya benyak membantu warga masyarakat saya pak, iya kalau sudah usia empat puluh tahun ke atas, misalkan itu lansia kan sudah nggak laku kerja di pabrik pak, nah dia cari daun cengkih/ saya koordinir, saya buat kelompok/ terus saya kumpulkan, saya timbang, tergantung dia satu orangnya dapat berapa kilo.” Ujar ASRO’I ABDUL MAJID-Pengusaha Minya Atsiri.
    Tak hanya memberi manfaat ekonomis bagi sang pemilik, keberadaan penyulingan minyak cengkih di dusun ngaglik, ternyata menjadi berkah bagi para petani cengkih dan warga sekitar. Ia pun berencana mengembangkan usahanya dengan menambah tungku penyulingan, agar dapat menampung daun cengkih kering, dari perkebunan warga di sekitarnya.
    Subscribe NET JATENG Official TH-cam Channel:
    / netjateng
    Twitter :
    NetJateng
    Instagram:
    @netjateng
    Saksikan informasi seputar Jawa Tengah di:
    NET Jawa Tengah Setiap Senin - Jumat pukul 5.00 - 6.00 WIB
    Live Streaming:
    th-cam.com/users/netjateng...
    NetJateng
    NET. JAWA TENGAH
    CH 54 UHF Semarang | CH 22 UHF Tegal | CH 22 UHF Purwokerto

ความคิดเห็น • 38