JIKA SETIAP 1 HEKTAR DIKERJAKAN OLEH 2-3 ORANG, MAKA AKAN MENYERAP 234.000 tenaga kerja, d tambah lagi bahagia laboratorium pembibitan anak bisa menyerap 200 orang pekerja. Belum lagi di bahagian pemasaran dll.
NILA, LELE, GURAMI, MUJAIR... SEBENARNYA SANGAT BERPOTENSI UNTUK DI BUDIDAYAKAN SECARA RUMAHAN. DEMI MEMENUHI KEBUTUHAN GIZI PROTEIN MAKANAN GRATIS BERGIZI.
Memang daripada negara bikin food estate jutaan hektar, lebih baik, mendorong agar semua warga negara Indonesia (minimal setap keluarga) memiliki rumah dengan luas tanah (halaman) seluas 500m2-1000m2. Dengan begitu bisa: 1. Beternak ayam petelur sekitar 8-16 ekor (2 jantan) di kandang batre. 2. Beternak kambing susu/etawa 4-6 ekor (1 jantan) di kandang panggung. Siapkan freezer (bakal over produksi). 3. Beternak kelinci 4-6 ekor 2 jantan di kandang panggung (jika maksa mau rutin nyate/sop/steak daging merah). 4. Beternak ikan 2-4 kolam dari fiber/terpal ukuran minimal 1-2-3 m2 (syukur2 bisa pake sistem Bioflok/Ras). Usahakan dasar kolam lebih tinggi dari tanah biar mudah dan murah pas menjernihkan air kolam (dan biar enteng pas ambil air dasar kolam buat pupuk gratisan dan untuk siram tanaman yg bebas klorin). 5. Tanam (dahulukan 3 bln sebelum ternak datang) untuk pakan ayam, kambing, ikan, & kelinci (azolla, lemna, wolffia untuk ikan kecil, sedankan talas, ketela, kelor, daun pepaya, rumput odot untuk kambing, ayam, dan kelinci, dan ikan besar). Pakan ikan/ayam (azolla, lemna, dan wolffia ready dimakan 2 minggu setelah tanam). 6. Tanam sayuran (bisa hidroponik 4-6-10 meter persegi dan tapot) untuk dapur (kangkung, bayam, kol, cabe, dll). 7. Tanam buah2an yg tidak musiman (papaya California karena mudah berbuah, pisang cavendish karena tahan hama, sedangkan sawo, jambu, anggur, & jeruk buat variasi sehingga terkesan mewah wkwkwk). 8. Dengan begitu, tak punya pekerjaan dengan penghasilan besar pun atau lagi nganggur akibat di-PHK pun, tiap hari masih bisa makan salad/sayuran, omellete/telur, bisa nyate/Sop/Steak daging merah secara rutin, minum susu murni + jus buah, fruit platter (potongan buah2an), makan daging (ikan) bakar/ungkep/bumbu kuning/balado dll secara berkelanjutan sepuasnya. Plus kalo dihitung secara moneter, keluarga mereka tak akan pernah masuk kategori miskin, baik dalam standar eropa/amerika sekalipun, apalagi dalam standar miskin versi BPS Indonesia, alias jadi jutawan dengan sendirinya tanpa khawatir dipecat dari tempat dia berkerja / tanpa khawatir usahanya bangkrut karena tidak laku. 9. Kalo sudah begini, maka semua rumah tangga warga negara Indonesia yg menerapkan sistem ini akan merdeka / mandiri (Omah Perdikan/homestead) sebagaimana diamanatkan UUD tanpa perlu menyuap, menyogok, ataupun nyari proyek di apbn/apbd. Tanpa perlu sekolah kelamaan / tanpa perlu menghabiskan waktu dari PAUD sampe S1 yg minimal butuh 18 tahun hanya untuk kemudian melamar pekerjaan buat jadi karyawan/buruh. Sementara kalo kita 18 tahun bertani / beternak Homestead pasti jadi super expert tanpa menghabiskan uang subsidi pupuk triliunan rupiah, subsidi bibit triliunan rupiah, subsidi makan gratis puluhan triliun rupiah, dll. Apalagi kita tau di negara manapun maksimal hanya 15% saja yg akan jadi pengusaha, sisanya lebih dari 85% ya jadi karyawan/buruh. 10. Jadi daripada pada akhirnya mayoritas anak didik pada akhirnya cuma akan menggunakan ilmu calistung + plus berprilaku yg baik saja seumur hidupnya, maka akan lebih efisien dan efektif jika mayoritas memilih 18 tahun bertani / beternak Homestead / Omah Perdikan karena pasti jadi super expert, hidup mandiri, dan sekaligus pasti kaya tanpa menghabiskan uang subsidi pupuk triliunan rupiah, subsidi bibit triliunan rupiah, subsidi makan gratis puluhan triliun rupiah, dll. Pola di atas problem utamanya adalah: 1. Jika ada kejadian tak terduga, khususnya sakit (tapi saat ini BPJS sudah sangat membantu) 2. Masalah di energy/listrik. Agak berat kalo harus pake tenaga matahari karena masih mahal dan harus pakai batre jika mau stabil, apalagi kalo tenaga angin selain mahal juga sangat tidak stabil kalo skala rumahan. 3. Akan sangat tergoda untuk meningkatkan skala dari pemenuhan untuk kebutuhan sehari-hari ke perdagangan / mencari untung (untuk memenuhi kebutuhan / tepatnya keinginan level tersier ke atas. Alias tergoda dari hidup merdeka ke konsumerisme) setelah tau betapa mudahnya mencari rezeki dari Allah di Indonesia kalo hanya untuk memenuhi (mayoritas) kebutuhan sehari-hari sepuasnya. Indikasi keberhasilan sistem ini adalah jika si rumah tangga hanya pergi ke pasar dalam frekwensi maksimal 1 kali saja dalam 3-4 minggu. Tentu saja pola ini kalo sekaligus memang berat (khusus di aspek penyediaan lahan), tapi bisa dimulai dengan yg terjangkau. Misalnya dirumah yg sekarang: 1. Memelihara ayam petelur dgn sistem batere 4 ekor (full betina) + 2 betina etawa 2. 2 kolam ikan pake drum plastic air bekas 1 meter kubik dengan sistem Ras 3. Menanam sayuran hidroponik sendiri yg nempel full bidang dinding depan dan belakang rumah. 4. Menanam 4 Pohon Pepaya California, 2 pohon sawo, 2 pohon tomat. Pola ini tantangannya dipenyediaan pakan baik untuk ayam, kambing, dan ikannya karena kalo rumahnya kecil apalagi kalo tak ada sumber pakan gratis, maka rintisan ini agak berat. Tapi apapun itu, segera lah memulai merintis homestead/omah perdikan, dan usahakan jangan terlalu jauh dari kota dan usahakan memiliki akses ke jalur jalan kendaraan roda 4. Dari sisi Negara sudah pasti akan diuntungkan oleh sistem homestead / omah perdikan ini: 1. Keuangan negara tak akan lagi tertekan oleh import sembako, tanaman bumbu dapur, import bbm yg nilainya hampir 300 juta dollar tiap tahun karena banyak orang bisa bekerja dirumah dan tak tergantung harus bergerak pake subsidi bbm. 3. Keuangan negara tak akan lagi tertekan oleh keharusan membagikan bantuan tunai yg nilainya triliunan tiap tahun (sejak covid sampai saat ini sudah mencapai 400 triliun), bantuan makan gratis yg nilainya bakal puluhan triliuan pertahun, pembayaran tagihan bpjs yg saat ini sudah menunggak 6 triliunan akan menurun drastis karena akan banyak penyakit yg dipicu oleh obesitas dan makanan olahan hilang dari list utama pasien2 bpjs, dll. 4. Negara juga terbantu dalam melaksanakan tugas yg diamanatkan konstitusi untuk mensejahterakan rakyatnya, menjaga kemandirian bangsa dari kendali asing gara2 utang sana sini ribuan triliuan (sekarang sudah mencapai 10.000 triliun lebih dengan bunga pertahun yg harus dibayarkan mencapai 1000 triliun) 5. Pola ini tak akan menyingkirkan industri pertambangan, industri manufaktur, telekomunikasi, dll bahkan industri apparel pun tak akan terganggu. Kita semua tetap membutuhkan mereka. 6. Harus diingat pula diseluruh dunia, yg berstatus pengusaha itu tak pernah lebih dari 15% dari total penduduk. Sisanya jadi karyawan. Jadi negara harus fokus gimana caranya agak 85% warga negaranya tak kelaparan pas di PHK, tak dagang daging pas nganggur, tak mencuri pas kena layoff massal. 7. Juga teori bisnis mengatakan setiap jenis usaha akan mengalami masa sunset, masimal 7-10 tahun akan bangkrut. Untuk itu semua karyawan harus siap2 di PHK karena industri apapun akan bangkrut pada akhirnya. Itu sebabnya unilever dll kerjaannya mengakuisisi, supaya bisa tumbuh secara anorganik, karena mereka tau dan mereka sudah mengalami berbagai pabriknya akan bangkrut pada waktunya. 8. Negeri ini tak pernah mendapatkan pajak yg besar dari mayoritas penduduknya yg rata2 malahan, pas tax ratio naik pun, sesungguhnya tak berkontribusi banyak pada pajak karena mayoritas rakyat memang tak mencapat tresshold untuk membayar pajak dalam angka yg signifikan. Mayoritas orang2 inilah yg harus memulai pola rumah perdikan/homestead. 9. Secara GDP memang jadi tak mudah untuk menghitungnya, karena kita tau 50% GDP datangnya dari sektor konsumsi. Tapi tak mudah bukan berarti tak bisa dihitung. 10. Saya tak berpretensi super tahu, tapi toh saat ini 60% rakyat kita masih miskin padahal sistem pasar yg sudah berlaku 70 tahun lebih tak terbukti bisa mensejahterakan mereka. Saya tak anti sistem pasar atau ekonomi uang, tapi kalo sudah puluhan tahun tak terbukti, harusnya kasi kesempatan sistem lain untuk juga hidup berdampingan. Catatan kecil: Dari cuma nanam 4-6 pepaya california hasil rekayasa IPB, pasti bingung gimana cara menghabiskan buahnya. Belum lagi buah2 non musiman yg lain. Dari menebar 150-300 ikan nila hitam dan merah saja (pilih nila karena biar mudah beranak) bakal bingung gimana habisinnya. Dari 9 ayam petelur bakal bisulan kalo pagi siang sore makan telur terus akibat pengen menghabiskan semua telor yg diproduksi tiap hari (ayam petelor KUB bertelur sekitar 240 butir petahun). Dari Kambing etawa sehari bakal dapat minimal 4-6 gelas bongsor susu murni segar tanpa pengawet, gak akan habis diminum sampe kita obesitas (apalagi jika tambah rutin makan steak/rendah/sop daging merah dari kelinci, bakal morbid). Artinya dengan system Homestead/Omah Perdikan maka kita sekeluarga, setiap kali makan bakal jadi kayak sultan2 yg breakfast di Grand Hyatt atau Kempinsky atau Fairmont, ada segelas susu murni, ada fruit platter, ada jus tomat mixed with wortel murni, ada pura2 omellete nya (karena tak pake isi), ada saladnya (meski mayoritas isinya bayam dan kangkung), ada dagingnya (meski daging ikan karena tak mungkin beternak ruminansia / hewan berkuku satu, dgn tujuan diambil dagingnya seperti sapi karena bakal diprotes tetangga dan istri akibat bau dan berisik), dan bisa tambah steak/sop/rendang (daging merah) dari kelinci dll. Berapa duit itu kalo diuangkan pertahunnya: makan 3x sehari seperti itu untuk 4 orang jika dihitungnya pakai standard harga sekali makan di restoran dalam hotel bintang 5 diamond? Wkwkwkw.
Sebenarnya mao memakmurkan rakyat gak sulit... tiap wilayah tepi jalan d atur tanam buah2an sejenis n jamin pasti ekspor buah tiap daerah..hasil d kelola desa setempat n bagi pertahun 😅😅😅😅bayangi satu kecamatan tanam buah mangga satu jenis aja ...muntahh muntah masyarakat mao nyuri
@@GalakWawa Wkwkwk... Betul betul betul... Saya juga merasa heran kenapa pemda2 lebih suka nanam bunga dan pohon tak berbuah buat kiri kanan dan tengah jalan, begitu juga di taman2. Apa ya alasan pemda2 itu gak nanam buah2an?
@@demit007 pemikiran mereka ya fulus masuk aja kan beli berapa tp masuk k kantor brp... x brapa banyak... Apabila nanam pukat maka ekspor pukat kita..satu propinsi uji aja ...bisa muntah masyarakat situ liat pukat tuh. ... mao makan ambil aja ..sisa jual ..
Luar biasa buah pikiran anda... Apalagi kalau bergabung ke Koperasi yang dikelola bersama dalam kelompok... Selesai urusan... Mantap !!!... btw. ide ini saya copy ya ... dijadikan Pedoman Pemberdayaan Kelompok kami... Trims.
Mantap semoga ada aksi nya
Mantaap jadi penghasil nila
Yang Terpenting Harga pakan Pak prabowoooo...., Sebagai petani kecil Hancur dibiaya produksi
JIKA SETIAP 1 HEKTAR DIKERJAKAN OLEH 2-3 ORANG, MAKA AKAN MENYERAP 234.000 tenaga kerja, d tambah lagi bahagia laboratorium pembibitan anak bisa menyerap 200 orang pekerja. Belum lagi di bahagian pemasaran dll.
Sayang banget ya kalau di biarkan....🙏👍💪💝
Mantap👍, Salam Tani Indonesia Sukses 🤝, Salam Kenal dan Salam Silaturahmi🤝🙏
NILA, LELE, GURAMI, MUJAIR... SEBENARNYA SANGAT BERPOTENSI UNTUK DI BUDIDAYAKAN SECARA RUMAHAN.
DEMI MEMENUHI KEBUTUHAN GIZI PROTEIN MAKANAN GRATIS BERGIZI.
nila, bandeng, gurame, patin, lele
Indonesia blm punya UU tentang hrg pangan, tms ikan, susu, ternak, muntul, jagung, tepung singkong, gaplek, dsb
Negara lain juga ga belum nemu yg buat UU harga pangan pak, semua tetap dikendalikan oleh hukum ekonomi supply and demand
Wkwkwk makin banyak UU makin banyal pengeluaran😅😅😅😅 makin mahal
"Hatchery" ikan nila
Tapi mendingan udang di lanjut lagi
Memang daripada negara bikin food estate jutaan hektar, lebih baik, mendorong agar semua warga negara Indonesia (minimal setap keluarga) memiliki rumah dengan luas tanah (halaman) seluas 500m2-1000m2. Dengan begitu bisa:
1. Beternak ayam petelur sekitar 8-16 ekor (2 jantan) di kandang batre.
2. Beternak kambing susu/etawa 4-6 ekor (1 jantan) di kandang panggung. Siapkan freezer (bakal over produksi).
3. Beternak kelinci 4-6 ekor 2 jantan di kandang panggung (jika maksa mau rutin nyate/sop/steak daging merah).
4. Beternak ikan 2-4 kolam dari fiber/terpal ukuran minimal 1-2-3 m2 (syukur2 bisa pake sistem Bioflok/Ras). Usahakan dasar kolam lebih tinggi dari tanah biar mudah dan murah pas menjernihkan air kolam (dan biar enteng pas ambil air dasar kolam buat pupuk gratisan dan untuk siram tanaman yg bebas klorin).
5. Tanam (dahulukan 3 bln sebelum ternak datang) untuk pakan ayam, kambing, ikan, & kelinci (azolla, lemna, wolffia untuk ikan kecil, sedankan talas, ketela, kelor, daun pepaya, rumput odot untuk kambing, ayam, dan kelinci, dan ikan besar). Pakan ikan/ayam (azolla, lemna, dan wolffia ready dimakan 2 minggu setelah tanam).
6. Tanam sayuran (bisa hidroponik 4-6-10 meter persegi dan tapot) untuk dapur (kangkung, bayam, kol, cabe, dll).
7. Tanam buah2an yg tidak musiman (papaya California karena mudah berbuah, pisang cavendish karena tahan hama, sedangkan sawo, jambu, anggur, & jeruk buat variasi sehingga terkesan mewah wkwkwk).
8. Dengan begitu, tak punya pekerjaan dengan penghasilan besar pun atau lagi nganggur akibat di-PHK pun, tiap hari masih bisa makan salad/sayuran, omellete/telur, bisa nyate/Sop/Steak daging merah secara rutin, minum susu murni + jus buah, fruit platter (potongan buah2an), makan daging (ikan) bakar/ungkep/bumbu kuning/balado dll secara berkelanjutan sepuasnya. Plus kalo dihitung secara moneter, keluarga mereka tak akan pernah masuk kategori miskin, baik dalam standar eropa/amerika sekalipun, apalagi dalam standar miskin versi BPS Indonesia, alias jadi jutawan dengan sendirinya tanpa khawatir dipecat dari tempat dia berkerja / tanpa khawatir usahanya bangkrut karena tidak laku.
9. Kalo sudah begini, maka semua rumah tangga warga negara Indonesia yg menerapkan sistem ini akan merdeka / mandiri (Omah Perdikan/homestead) sebagaimana diamanatkan UUD tanpa perlu menyuap, menyogok, ataupun nyari proyek di apbn/apbd. Tanpa perlu sekolah kelamaan / tanpa perlu menghabiskan waktu dari PAUD sampe S1 yg minimal butuh 18 tahun hanya untuk kemudian melamar pekerjaan buat jadi karyawan/buruh. Sementara kalo kita 18 tahun bertani / beternak Homestead pasti jadi super expert tanpa menghabiskan uang subsidi pupuk triliunan rupiah, subsidi bibit triliunan rupiah, subsidi makan gratis puluhan triliun rupiah, dll. Apalagi kita tau di negara manapun maksimal hanya 15% saja yg akan jadi pengusaha, sisanya lebih dari 85% ya jadi karyawan/buruh.
10. Jadi daripada pada akhirnya mayoritas anak didik pada akhirnya cuma akan menggunakan ilmu calistung + plus berprilaku yg baik saja seumur hidupnya, maka akan lebih efisien dan efektif jika mayoritas memilih 18 tahun bertani / beternak Homestead / Omah Perdikan karena pasti jadi super expert, hidup mandiri, dan sekaligus pasti kaya tanpa menghabiskan uang subsidi pupuk triliunan rupiah, subsidi bibit triliunan rupiah, subsidi makan gratis puluhan triliun rupiah, dll.
Pola di atas problem utamanya adalah:
1. Jika ada kejadian tak terduga, khususnya sakit (tapi saat ini BPJS sudah sangat membantu)
2. Masalah di energy/listrik. Agak berat kalo harus pake tenaga matahari karena masih mahal dan harus pakai batre jika mau stabil, apalagi kalo tenaga angin selain mahal juga sangat tidak stabil kalo skala rumahan.
3. Akan sangat tergoda untuk meningkatkan skala dari pemenuhan untuk kebutuhan sehari-hari ke perdagangan / mencari untung (untuk memenuhi kebutuhan / tepatnya keinginan level tersier ke atas. Alias tergoda dari hidup merdeka ke konsumerisme) setelah tau betapa mudahnya mencari rezeki dari Allah di Indonesia kalo hanya untuk memenuhi (mayoritas) kebutuhan sehari-hari sepuasnya.
Indikasi keberhasilan sistem ini adalah jika si rumah tangga hanya pergi ke pasar dalam frekwensi maksimal 1 kali saja dalam 3-4 minggu.
Tentu saja pola ini kalo sekaligus memang berat (khusus di aspek penyediaan lahan), tapi bisa dimulai dengan yg terjangkau. Misalnya dirumah yg sekarang:
1. Memelihara ayam petelur dgn sistem batere 4 ekor (full betina) + 2 betina etawa
2. 2 kolam ikan pake drum plastic air bekas 1 meter kubik dengan sistem Ras
3. Menanam sayuran hidroponik sendiri yg nempel full bidang dinding depan dan belakang rumah.
4. Menanam 4 Pohon Pepaya California, 2 pohon sawo, 2 pohon tomat.
Pola ini tantangannya dipenyediaan pakan baik untuk ayam, kambing, dan ikannya karena kalo rumahnya kecil apalagi kalo tak ada sumber pakan gratis, maka rintisan ini agak berat. Tapi apapun itu, segera lah memulai merintis homestead/omah perdikan, dan usahakan jangan terlalu jauh dari kota dan usahakan memiliki akses ke jalur jalan kendaraan roda 4.
Dari sisi Negara sudah pasti akan diuntungkan oleh sistem homestead / omah perdikan ini:
1. Keuangan negara tak akan lagi tertekan oleh import sembako, tanaman bumbu dapur, import bbm yg nilainya hampir 300 juta dollar tiap tahun karena banyak orang bisa bekerja dirumah dan tak tergantung harus bergerak pake subsidi bbm.
3. Keuangan negara tak akan lagi tertekan oleh keharusan membagikan bantuan tunai yg nilainya triliunan tiap tahun (sejak covid sampai saat ini sudah mencapai 400 triliun), bantuan makan gratis yg nilainya bakal puluhan triliuan pertahun, pembayaran tagihan bpjs yg saat ini sudah menunggak 6 triliunan akan menurun drastis karena akan banyak penyakit yg dipicu oleh obesitas dan makanan olahan hilang dari list utama pasien2 bpjs, dll.
4. Negara juga terbantu dalam melaksanakan tugas yg diamanatkan konstitusi untuk mensejahterakan rakyatnya, menjaga kemandirian bangsa dari kendali asing gara2 utang sana sini ribuan triliuan (sekarang sudah mencapai 10.000 triliun lebih dengan bunga pertahun yg harus dibayarkan mencapai 1000 triliun)
5. Pola ini tak akan menyingkirkan industri pertambangan, industri manufaktur, telekomunikasi, dll bahkan industri apparel pun tak akan terganggu. Kita semua tetap membutuhkan mereka.
6. Harus diingat pula diseluruh dunia, yg berstatus pengusaha itu tak pernah lebih dari 15% dari total penduduk. Sisanya jadi karyawan. Jadi negara harus fokus gimana caranya agak 85% warga negaranya tak kelaparan pas di PHK, tak dagang daging pas nganggur, tak mencuri pas kena layoff massal.
7. Juga teori bisnis mengatakan setiap jenis usaha akan mengalami masa sunset, masimal 7-10 tahun akan bangkrut. Untuk itu semua karyawan harus siap2 di PHK karena industri apapun akan bangkrut pada akhirnya. Itu sebabnya unilever dll kerjaannya mengakuisisi, supaya bisa tumbuh secara anorganik, karena mereka tau dan mereka sudah mengalami berbagai pabriknya akan bangkrut pada waktunya.
8. Negeri ini tak pernah mendapatkan pajak yg besar dari mayoritas penduduknya yg rata2 malahan, pas tax ratio naik pun, sesungguhnya tak berkontribusi banyak pada pajak karena mayoritas rakyat memang tak mencapat tresshold untuk membayar pajak dalam angka yg signifikan. Mayoritas orang2 inilah yg harus memulai pola rumah perdikan/homestead.
9. Secara GDP memang jadi tak mudah untuk menghitungnya, karena kita tau 50% GDP datangnya dari sektor konsumsi. Tapi tak mudah bukan berarti tak bisa dihitung.
10. Saya tak berpretensi super tahu, tapi toh saat ini 60% rakyat kita masih miskin padahal sistem pasar yg sudah berlaku 70 tahun lebih tak terbukti bisa mensejahterakan mereka. Saya tak anti sistem pasar atau ekonomi uang, tapi kalo sudah puluhan tahun tak terbukti, harusnya kasi kesempatan sistem lain untuk juga hidup berdampingan.
Catatan kecil: Dari cuma nanam 4-6 pepaya california hasil rekayasa IPB, pasti bingung gimana cara menghabiskan buahnya. Belum lagi buah2 non musiman yg lain. Dari menebar 150-300 ikan nila hitam dan merah saja (pilih nila karena biar mudah beranak) bakal bingung gimana habisinnya. Dari 9 ayam petelur bakal bisulan kalo pagi siang sore makan telur terus akibat pengen menghabiskan semua telor yg diproduksi tiap hari (ayam petelor KUB bertelur sekitar 240 butir petahun). Dari Kambing etawa sehari bakal dapat minimal 4-6 gelas bongsor susu murni segar tanpa pengawet, gak akan habis diminum sampe kita obesitas (apalagi jika tambah rutin makan steak/rendah/sop daging merah dari kelinci, bakal morbid).
Artinya dengan system Homestead/Omah Perdikan maka kita sekeluarga, setiap kali makan bakal jadi kayak sultan2 yg breakfast di Grand Hyatt atau Kempinsky atau Fairmont, ada segelas susu murni, ada fruit platter, ada jus tomat mixed with wortel murni, ada pura2 omellete nya (karena tak pake isi), ada saladnya (meski mayoritas isinya bayam dan kangkung), ada dagingnya (meski daging ikan karena tak mungkin beternak ruminansia / hewan berkuku satu, dgn tujuan diambil dagingnya seperti sapi karena bakal diprotes tetangga dan istri akibat bau dan berisik), dan bisa tambah steak/sop/rendang (daging merah) dari kelinci dll.
Berapa duit itu kalo diuangkan pertahunnya: makan 3x sehari seperti itu untuk 4 orang jika dihitungnya pakai standard harga sekali makan di restoran dalam hotel bintang 5 diamond? Wkwkwkw.
Sebenarnya mao memakmurkan rakyat gak sulit... tiap wilayah tepi jalan d atur tanam buah2an sejenis n jamin pasti ekspor buah tiap daerah..hasil d kelola desa setempat n bagi pertahun 😅😅😅😅bayangi satu kecamatan tanam buah mangga satu jenis aja ...muntahh muntah masyarakat mao nyuri
@@GalakWawa Wkwkwk... Betul betul betul... Saya juga merasa heran kenapa pemda2 lebih suka nanam bunga dan pohon tak berbuah buat kiri kanan dan tengah jalan, begitu juga di taman2. Apa ya alasan pemda2 itu gak nanam buah2an?
@@demit007 pemikiran mereka ya fulus masuk aja kan beli berapa tp masuk k kantor brp... x brapa banyak...
Apabila nanam pukat maka ekspor pukat kita..satu propinsi uji aja ...bisa muntah masyarakat situ liat pukat tuh. ... mao makan ambil aja ..sisa jual ..
@@demit007 apa guna nya tanah subur tp gak d berdayakan
Luar biasa buah pikiran anda... Apalagi kalau bergabung ke Koperasi yang dikelola bersama dalam kelompok... Selesai urusan... Mantap !!!... btw. ide ini saya copy ya ... dijadikan Pedoman Pemberdayaan Kelompok kami... Trims.
😅😅
menguntungkan apanya..pakan mahal,biaya perawatan dan peralatan mahal,harga jual murah..
Klo enggak menguntungkan kok masih banyak yg pelihara.bos bos