Saya setuju dengan apa yang disampaikan pak Putu bahwa NGABEN itu adalah proses melepaskan roh dari ikatan panca mahabhuta sehingga roh tersebut bisa di angkat ke alam yang lebih tinggi dari bhuta ke pitra. Kemudian upacara NGERORAS adalah melepaskan roh dari ikatan panca tanmatra sehingga bisa di angkat ke tempat yang lebih tinggi yaitu alam cahaya yang disebut dengan Dewa Hyang. BHUTA - PITRA - DEWA Alam Bhuta / Palemahan adalah tempat roh yang belum di aben yang merupakan penguasaan dari Hyang Prajapati sehingga ketika keluarganya melakukan tradisi MUNJUNG harus di bawakan ke kuburan atau di tempat menitipkan. Sedangkan yang sudah di Aben boleh MUNJUNG di Bale Saka atau ruangan khusus di rumah karena sudah di bawah penguasaan BHATARA DALEM. Begitupula dengan roh yang sudah di sucikan melalui upakara Ngeroras boleh distanakan di tempat suci baik itu di Sanggah atau di Paibon. Saya juga setuju dengan apa yang disampaikan pak Dokter bahwa kesidhian JNANA sangat penting dalam proses melepaskan roh dari ikatan panca mahabhuta sehingga di jaman dahulu ada yang bisa moksa karena sudah mampu membakar jasadnya sendiri dengan Api Jnana sehingga mencapai mati tanpa raga. Ketika kemampuan sdh mengalami penurunan shg tdk mampu membakar jasad dengan Api Jnana maka dibutuhkan sarana berupa UPAKARA yang secara kwantitas terdiri dari Nista, Madia dan Utama. Sedangkan secara kwalitas akan terbagi menjadi sembilan, sehingga ada sembilan sebutan yang salah satunya adalah Nistaning Kanista yang kalau boleh saya terjemahkan seperti ini ”Upakara Sederhana yang di rendahkan atau tidak dilaksanakan dengan prinsip² kebajikan". Begitu seterusnya. Tentang UPAKARA Ngaben tidak selalu di bakar, bisa di kubur atau yang lainnya. Namun secara tatanan tingkatan proses kematian adalah Metanem (mekinsan) - Mabenang - Merorasang.
Ngaben adalah sebuah ritual untuk membantu menyebrangkan roh Dari alam manusia ke alam roh, karena pada umumnya hampir setiap org yg meninggal rohnya Masih tinggal di bumi karena dia belum bisa menerima Dan tidak ikhlas utk Mati. Tetapi ada beberapa manusia luhur yg ikhlas Dan merayakan kematiannya sehingga rohnya langsung berangkat sendiri setelah kematian Dan tidak perlu bantuan ritual apapun
Bicara ngaben sebenarnya harus memulai dengan pembahasan tujuan akhir hidup agama Hindu Bali secara khususnya yakni, moksartam jagdhita, moksa semasih hidup. Tidak ada kata surga dan neraka karena neraka adalah alam manusia sendiri sementara Sorga blm tau juga seperti apa pastinya. Kemudian utk mencapai moksa selama hidup kita harus mampu mengalahkan sifat2 sembilan kala yg menghalangi manusia menuju tujuan akhir hidupnya, itu disimbolkan dalam upacara ngeringkes sampai sebelum sawanya di bakar , upacara beserta upakaranya, itu sebenarnya untengnya. Makanya orang2 yang "nyiwa ngeraga" tidak melakukan upacara ngaben karena semasa hidup sudah mampu melawan sembilan sifat kala tersebut. Sementara pembakaran mayat, dibakar atau tidak bisa jadi simbol pelepasan badan. Karena saat menuju moksa Ning luhur (moksa setelah meninggal) Atma sudah tidak memerlukan badan untuk menuju paramatma. Sulinggih atau manusia mautama yg mampu ngeluur kan sang palatra punika memang harus memiliki jnana karena dengan jnana beliau mampu menyaksikan sampai dimana Atma berjalan , siapa leluhur yg hadir mengantarkan, dan mampu mengkoneksikan alam leluhur sang palatra dgn Atma yg meninggal tersebut. Dan itu tidak musti dengan puja mantra tapi jnana yg menghasilkan mudra dan koneksi dgn alam atas. Mungkin begitu, mungkin.
Hindu adlh agama pengetahuan yg mmbri tuntunan mncp pembebasan,semua yg keluar dr pikirn melalui mulut kita kalau td diaben atau di parisuda akn mnimbulkn pendritaan yg berkepnjangan,yg diaben apkh namanya atau badan yg sdh mnjd mayat?proses penyucian nama atau kata kata yg masih blm suci itu dilakukn oleh pikirn itu,tapi kl bdn sdh mnjd mayat mk ada istilah mekinsan/nitip di api dn di pertiwi artiny kita td punya kewenangn mmproses kembali ke pnc mh buta itu adlh kwenangan dr hkm alam dg dmkn td perlau simbol" upakara krn simbol simbol=bdn itu sendiri, bgt kira kira.
Rahayu3x.
Rahayu❤
Pak Dokternya mantap lebih2 bila patnernya tidak hanya melucu, sebaiknya memahami ajaran tentang atma tatwa, mantap
Saya setuju dengan apa yang disampaikan pak Putu bahwa NGABEN itu adalah proses melepaskan roh dari ikatan panca mahabhuta sehingga roh tersebut bisa di angkat ke alam yang lebih tinggi dari bhuta ke pitra. Kemudian upacara NGERORAS adalah melepaskan roh dari ikatan panca tanmatra sehingga bisa di angkat ke tempat yang lebih tinggi yaitu alam cahaya yang disebut dengan Dewa Hyang.
BHUTA - PITRA - DEWA
Alam Bhuta / Palemahan adalah tempat roh yang belum di aben yang merupakan penguasaan dari Hyang Prajapati sehingga ketika keluarganya melakukan tradisi MUNJUNG harus di bawakan ke kuburan atau di tempat menitipkan.
Sedangkan yang sudah di Aben boleh MUNJUNG di Bale Saka atau ruangan khusus di rumah karena sudah di bawah penguasaan BHATARA DALEM.
Begitupula dengan roh yang sudah di sucikan melalui upakara Ngeroras boleh distanakan di tempat suci baik itu di Sanggah atau di Paibon.
Saya juga setuju dengan apa yang disampaikan pak Dokter bahwa kesidhian JNANA sangat penting dalam proses melepaskan roh dari ikatan panca mahabhuta sehingga di jaman dahulu ada yang bisa moksa karena sudah mampu membakar jasadnya sendiri dengan Api Jnana sehingga mencapai mati tanpa raga.
Ketika kemampuan sdh mengalami penurunan shg tdk mampu membakar jasad dengan Api Jnana maka dibutuhkan sarana berupa UPAKARA yang secara kwantitas terdiri dari Nista, Madia dan Utama.
Sedangkan secara kwalitas akan terbagi menjadi sembilan, sehingga ada sembilan sebutan yang salah satunya adalah Nistaning Kanista yang kalau boleh saya terjemahkan seperti ini ”Upakara Sederhana yang di rendahkan atau tidak dilaksanakan dengan prinsip² kebajikan". Begitu seterusnya.
Tentang UPAKARA Ngaben tidak selalu di bakar, bisa di kubur atau yang lainnya. Namun secara tatanan tingkatan proses kematian adalah Metanem (mekinsan) - Mabenang - Merorasang.
Rahayu, semakin besar Yantra yg digunakan maka semakin besar pula jnana yg dibutuhkan utk memanifestasikan Yantra tsb.
Mantap pencerahannya kita perlu belajar ngaben setiap saat semasih hidup sblm diaben 👍🙏
Ngaben adalah sebuah ritual untuk membantu menyebrangkan roh Dari alam manusia ke alam roh, karena pada umumnya hampir setiap org yg meninggal rohnya Masih tinggal di bumi karena dia belum bisa menerima Dan tidak ikhlas utk Mati. Tetapi ada beberapa manusia luhur yg ikhlas Dan merayakan kematiannya sehingga rohnya langsung berangkat sendiri setelah kematian Dan tidak perlu bantuan ritual apapun
Pengen banget ketemu sama guru".
Pak Wayan, pak putu dan pak Surya.
Saya selalu mengikuti setiap acara.
🙏🙏❤️❤️.
Rahayuu🙏🙏🙏
Sminyak hadir salam nyimak..🙏
Rahayu
Rahayu team Demitos antuk pencetahannya🙏🙏🙏
suksme DEMITOS 🙏
Bicara ngaben sebenarnya harus memulai dengan pembahasan tujuan akhir hidup agama Hindu Bali secara khususnya yakni, moksartam jagdhita, moksa semasih hidup. Tidak ada kata surga dan neraka karena neraka adalah alam manusia sendiri sementara Sorga blm tau juga seperti apa pastinya. Kemudian utk mencapai moksa selama hidup kita harus mampu mengalahkan sifat2 sembilan kala yg menghalangi manusia menuju tujuan akhir hidupnya, itu disimbolkan dalam upacara ngeringkes sampai sebelum sawanya di bakar , upacara beserta upakaranya, itu sebenarnya untengnya. Makanya orang2 yang "nyiwa ngeraga" tidak melakukan upacara ngaben karena semasa hidup sudah mampu melawan sembilan sifat kala tersebut. Sementara pembakaran mayat, dibakar atau tidak bisa jadi simbol pelepasan badan. Karena saat menuju moksa Ning luhur (moksa setelah meninggal) Atma sudah tidak memerlukan badan untuk menuju paramatma.
Sulinggih atau manusia mautama yg mampu ngeluur kan sang palatra punika memang harus memiliki jnana karena dengan jnana beliau mampu menyaksikan sampai dimana Atma berjalan , siapa leluhur yg hadir mengantarkan, dan mampu mengkoneksikan alam leluhur sang palatra dgn Atma yg meninggal tersebut. Dan itu tidak musti dengan puja mantra tapi jnana yg menghasilkan mudra dan koneksi dgn alam atas.
Mungkin begitu, mungkin.
Hindu adlh agama pengetahuan yg mmbri tuntunan mncp pembebasan,semua yg keluar dr pikirn melalui mulut kita kalau td diaben atau di parisuda akn mnimbulkn pendritaan yg berkepnjangan,yg diaben apkh namanya atau badan yg sdh mnjd mayat?proses penyucian nama atau kata kata yg masih blm suci itu dilakukn oleh pikirn itu,tapi kl bdn sdh mnjd mayat mk ada istilah mekinsan/nitip di api dn di pertiwi artiny kita td punya kewenangn mmproses kembali ke pnc mh buta itu adlh kwenangan dr hkm alam dg dmkn td perlau simbol" upakara krn simbol simbol=bdn itu sendiri, bgt kira kira.
Hindu Jawa, ngaben? Trunyan, roh2nya kemana? Umat sekitar gunung Batukaru, gak boleh bakar mayat. Nah ni.
Rahayu ..🙏🙏🙏