Hubungan paling original dan paling lama adl keluarga, ortu dan anak. dmn hubungan pernikahan pun masih bisa dianggap individualis krn jg akan mempertimbangkan untung rugi. Namun kalo ortu dan anak, itu bisa dikatakan seperti hubungan dirinya dg Tuhan. Koneksinya abstrak, melibatkan emosional dan kesadaran dlm mengerjakan apapun. Namun ortu jg manusia, ada yg baik ada yg buruk. Ada yg sadar ada yg tdk mau sadar. Terlepas dari apapun penyebab personalitynya buruk, ntah pernah diasuh oleh ortu yg buruk jg, ekonomi yg buruk, lingkungan yg buruk, jk masih ada sedikit niat untuk berempati kpd anak, seburuk apapun sikapnya kpd anak, pastilah tetap akan berbeda caranya. Anak anak belajar berproses, kemudian kelak akan paham dg sendirinya, maksut dr ortu bersikap demikian padanya. Entah mungkin dia menyadarinya saat ortunya sudah tdk ada, setidaknya itu bisa dijadikan pondasi kuat untuk memperbaikinya saat telah memiliki anak. Dan ini bisa jg dianggap sbg amal jariyah ortu, krn anaknya menjadi baik. Namun mirisnya, berapa banyak yg memiliki niat baik tsb. Benar memang alasan tdk tau atas pelajaran / pengetahuan itu bisa mempengaruhi benar salah. Namun manusia diberi Hati untuk modal berkaca. Pertanda berulang kali datang untuk diperhatikan dan dipahami. Namun banyak yg menggunakan alibi sibuk mengerjakan tanggungjawab, misal mencari uang, dg mudah menyangkal dan menormalisasi keburukan yg dia kerjakan kpd anaknya. Alasan "demi" Dg jg melakukan keburukan yg besar jg. Bukankah si anak selalu merekamnya, bahkan jg mempertanyakan, kebaikan yg dikerjakan untuknya apakah benar demi dirinya. Ataukah dia hanya dijadikan kambing hitam atas ambisi dan amarah ortunya demi keakuan ortunya. Puluhan tahun dlm setiap menitnya hidup bersama, adl kesempatan untuk memperbaiki. Meski itu datang di saat2 terakhir. Namun niat tdk bisa dimanipulasi, kalo tdk ada, pura2 pun ttap akan nampak bedanya. Si anak jg berhak tdk terlibat sepenuhnya dlm kehidupan ortu yg hampir kadaluarsa. Anak berhak melakukan kebaikan semaunya untuk membalas ortunya. Yg penting tdk mentelantarkannya scara fisik.
Semua orang ingin hidupnya sempurna yang penting sudah berusaha semaksimal mungkin terserah saja anda menilai saya seperi apa ujung ujungnya Inalilahi wainalilahi rojiun selama lamanya pasti berpulang kerahmatullah menang atau kalah didunia sama saja ujungnya sementara tidak kekal abadi😂😂😂
Penghasilan boleh besar, tapi berusahalah tunjukkan ttp hidup kaya ada susah²nya gitu ya gais... Biar dikira org kita itu juga susah. Mending dikira org susah, daripada dikira org punya. Kalau ingin aman dari pantauan org² matre. 🙏
❤❤❤
Makasih ilmunya..
Triamksi mas dedy susanto semoga sehat dan sukses selalu aaminn😊
terima kasih pencerahannya.. ❤
Tq ilmu nya bg
Hadir
Trimakasih
Tuhanbaik.haleluya
Mksh ilmunya bg, sehat sllu 🙏
Terimakasih banyak ka atas ilmunya
Terimakasih bang
Request prof 🙏,, Penyesalan ketika tua tidak dekat dengan anak 🙏
Hubungan paling original dan paling lama adl keluarga, ortu dan anak. dmn hubungan pernikahan pun masih bisa dianggap individualis krn jg akan mempertimbangkan untung rugi. Namun kalo ortu dan anak, itu bisa dikatakan seperti hubungan dirinya dg Tuhan. Koneksinya abstrak, melibatkan emosional dan kesadaran dlm mengerjakan apapun.
Namun ortu jg manusia, ada yg baik ada yg buruk. Ada yg sadar ada yg tdk mau sadar. Terlepas dari apapun penyebab personalitynya buruk, ntah pernah diasuh oleh ortu yg buruk jg, ekonomi yg buruk, lingkungan yg buruk, jk masih ada sedikit niat untuk berempati kpd anak, seburuk apapun sikapnya kpd anak, pastilah tetap akan berbeda caranya. Anak anak belajar berproses, kemudian kelak akan paham dg sendirinya, maksut dr ortu bersikap demikian padanya. Entah mungkin dia menyadarinya saat ortunya sudah tdk ada, setidaknya itu bisa dijadikan pondasi kuat untuk memperbaikinya saat telah memiliki anak. Dan ini bisa jg dianggap sbg amal jariyah ortu, krn anaknya menjadi baik.
Namun mirisnya, berapa banyak yg memiliki niat baik tsb. Benar memang alasan tdk tau atas pelajaran / pengetahuan itu bisa mempengaruhi benar salah. Namun manusia diberi Hati untuk modal berkaca. Pertanda berulang kali datang untuk diperhatikan dan dipahami. Namun banyak yg menggunakan alibi sibuk mengerjakan tanggungjawab, misal mencari uang, dg mudah menyangkal dan menormalisasi keburukan yg dia kerjakan kpd anaknya. Alasan "demi" Dg jg melakukan keburukan yg besar jg. Bukankah si anak selalu merekamnya, bahkan jg mempertanyakan, kebaikan yg dikerjakan untuknya apakah benar demi dirinya. Ataukah dia hanya dijadikan kambing hitam atas ambisi dan amarah ortunya demi keakuan ortunya.
Puluhan tahun dlm setiap menitnya hidup bersama, adl kesempatan untuk memperbaiki. Meski itu datang di saat2 terakhir. Namun niat tdk bisa dimanipulasi, kalo tdk ada, pura2 pun ttap akan nampak bedanya. Si anak jg berhak tdk terlibat sepenuhnya dlm kehidupan ortu yg hampir kadaluarsa. Anak berhak melakukan kebaikan semaunya untuk membalas ortunya. Yg penting tdk mentelantarkannya scara fisik.
Betul itu BPK saya berkali terapi tp blm ada perubahan kesihan dikerenakan pasangan yg macam BPK
bang, bisa tolong bahas org" yg memilih tdk mau menikah. dan masa tua nya sperti apa? apakah benar pasti akan ad penyesalan?
Assalamualaikum
Semua orang ingin hidupnya sempurna yang penting sudah berusaha semaksimal mungkin terserah saja anda menilai saya seperi apa ujung ujungnya Inalilahi wainalilahi rojiun selama lamanya pasti berpulang kerahmatullah menang atau kalah didunia sama saja ujungnya sementara tidak kekal abadi😂😂😂
"Terserah saja anda menilai saya seperti apa"...yang berkata seperti ini di chanel psikologi kemungkinan tidak punya minat belajar psikologi.
Penghasilan boleh besar, tapi berusahalah tunjukkan ttp hidup kaya ada susah²nya gitu ya gais... Biar dikira org kita itu juga susah. Mending dikira org susah, daripada dikira org punya. Kalau ingin aman dari pantauan org² matre. 🙏
Kok gitu