"Tetapi Takutlah Akan ALLAH" Pengkhotbah

แชร์
ฝัง
  • เผยแพร่เมื่อ 10 ต.ค. 2024
  • 5:1 (4-17) Jagalah langkahmu, kalau engkau berjalan ke rumah Allah 5 ! Menghampiri untuk mendengar adalah lebih baik dari pada mempersembahkan korban yang dilakukan oleh orang-orang bodoh, karena mereka tidak tahu, bahwa mereka berbuat jahat. 5:2 (5-1) Janganlah terburu-buru dengan mulutmu, dan janganlah hatimu lekas-lekas mengeluarkan perkataan di hadapan Allah, n karena Allah ada di sorga dan engkau di bumi; oleh sebab itu, biarlah perkataanmu sedikit. o 5:3 (5-2) Karena sebagaimana mimpi p disebabkan oleh banyak kesibukan, demikian pula percakapan bodoh disebabkan oleh banyak perkataan. q 5:4 (5-3) Kalau engkau bernazar kepada Allah, janganlah menunda-nunda menepatinya, r karena Ia tidak senang kepada orang-orang bodoh. Tepatilah nazarmu 6 . s 5:5 (5-4) Lebih baik engkau tidak bernazar dari pada bernazar tetapi tidak menepatinya. t 5:6 (5-5) Janganlah mulutmu membawa engkau ke dalam dosa, dan janganlah berkata di hadapan utusan Allah bahwa engkau khilaf. Apakah perlu Allah menjadi murka atas ucapan-ucapanmu dan merusakkan pekerjaan tanganmu?

ความคิดเห็น • 23

  • @SuaraSahabatCROCIndonesia
    @SuaraSahabatCROCIndonesia  14 วันที่ผ่านมา +2

    Ayat-ayat terkenal
    Pengkhotbah 1:9: Apa yang pernah ada akan ada lagi, dan apa yang pernah dibuat akan dibuat lagi; tak ada sesuatu yang baru di bawah matahari.
    Pengkhotbah 3:1: Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.
    Pengkhotbah 3:10-11: Aku telah melihat pekerjaan yang diberikan Allah kepada anak-anak manusia untuk melelahkan dirinya. Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka.
    Pengkhotbah 11:9: Bersukarialah, hai pemuda, dalam kemudaanmu, biarlah hatimu bersuka pada masa mudamu, dan turutilah keinginan hatimu dan pandangan matamu, tetapi ketahuilah bahwa karena segala hal ini Allah akan membawa engkau ke pengadilan!
    Pengkhotbah 12:1: Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat tahun-tahun yang kaukatakan: "Tak ada kesenangan bagiku di dalamnya!"

  • @SuaraSahabatCROCIndonesia
    @SuaraSahabatCROCIndonesia  14 วันที่ผ่านมา +2

    Kanon
    Kitab Pengkhotbah merupakan salah satu dari Lima Gulungan (Megillot) yang dibacakan pada Hari Raya Pondok Daun.[11] Di dalam kanon Alkitab Ibrani, kitab ini termasuk dalam bagian tulisan-tulisan (Yahudi: Ketuvim) dan berada pada urutan ke-6 dari bagian tersebut.[12] Kemudian di dalam kanon lainnya, seperti Septuaginta dan Vulgata (bahasa Latin; kanon Katolik Roma saat ini), terdapat pengelompokan tulisan-tulisan yang dianggap berasal dari Daud dan Salomo.[9] Dengan demikian urutannya adalah Mazmur, Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung, Kebijaksanaan Salomo (dalam kanon Protestan kitab Kebijaksanaan Salomo dianggap Apokrifa).[9] Alasan penempatan ini adalah acuan tak langsung pada Salomo dan adanya tulisan-tulisan hikmat yang dikaitkan dengan nama Salomo.[9] Kelompok ini ditempatkan setelah Mazmur karena tulisan yang dianggap berasal dari Salomo harus ditempatkan setelah tulisan-tulisan yang berasal dari Daud, ayahnya.[9]
    Sebenarnya kitab Pengkhotbah ini memiliki kontradiksi-kontradiksi dengan ortodoksi Yahudi saat itu.[11] Karena itulah ada tafsiran yang mengatakan bahwa ayat-ayat pada Pengkhotbah 12:12-14 merupakan tambahan yang bertujuan mengarahkan kitab ini ke arah ortodoksi, yaitu penerapan hukum Yudaisme.[11] Tampaknya kitab ini berhasil masuk kanon Yahudi karena dianggap berasal dari Salomo.[11]

  • @SuaraSahabatCROCIndonesia
    @SuaraSahabatCROCIndonesia  14 วันที่ผ่านมา +2

    Naskah sumber
    Naskah Masorah (bahasa Ibrani, abad ke-10 M)
    Septuaginta (bahasa Yunani; abad ke-3 SM)
    Naskah Laut Mati (bahasa Ibrani, abad ke-2 SM), terutama:[6]
    4Q109 Ecclesiastesa (4QQoha)
    4Q110 Ecclesiastesb (4QQohb)

  • @SuaraSahabatCROCIndonesia
    @SuaraSahabatCROCIndonesia  14 วันที่ผ่านมา +2

    Pengutipan dalam karya modern
    Kitab Pengkhotbah memiliki pengaruh yang besar dalam karya Barat modern. Banyak ayat yang terdapat dalam kitab ini dikutip dan digunakan sebagai inspirasi atas karya-karya tersebut. Berikut di antaranya.
    Kata-kata pembuka dalam puisi "Soneta 59" oleh William Shakespeare mengacu pada Pengkhotbah 1:9-10.
    Baris ke-23 dalam puisi "The Waste Land" oleh Thomas Stearns Eliot merujuk pada Pengkhotbah 12:5.
    Buku A Confession (bahasa Rusia: Исповедь, Íspovedʹ) karya Leo Tolstoy menceritakan bagaimana Kitab Pengkhotbah mempengaruhi hidup sang penulis.
    Judul novel The Sun Also Rises yang merupakan novel pertama Ernest Hemingway bersumber dari Pengkhotbah 1:5.
    Judul novel The House of Mirth karya Edith Wharton bersumber dari Pengkhotbah 7:4.
    Judul novel Every Secret Thing karya Laura Lippman, beserta film adaptasinya, bersumber dari Pengkhotbah 12:14.
    Dalam cerita pendek The Adventures of the Black Girl in Her Search for God[13] karya George Bernard Shaw, tokoh utama digambarkan berjumpa dengan tokoh Pengkhotbah/Qohelet.
    Judul dan tema novel pascaapokaliptik Earth Abides karya George R. Stewart bersumber dari Pengkhotbah 1:4.
    Dalam novel distopia Fahrenheit 451 karya Ray Bradbury, tokoh utama Montag menghafal sebagian besar isi Kitab Pengkhotbah dan Wahyu sementara buku dilarang di dunia tersebut dan dibakar jika ditemukan.
    Lagu "Turn! Turn! Turn!" yang ditulis oleh Pete Seeger mencakup delapan ayat pertama dari Pengkhotbah 3, dengan tambahan satu baris lagu yang bukan dari ayat Alkitab.
    Beberapa bagian yang diambil dari Pengkhotbah 3, yang selalu diawali dengan frasa "A Time to ..." telah digunakan sebagai judul dalam banyak karya berbahasa Inggris, termasuk novel A Time to Dance oleh Melvyn Bragg dan A Time to Kill oleh John Grisham; musik rekaman "...And a Time to Dance" oleh Los Lobos dan "A Time to Love" oleh Stevie Wonder; serta film A Time to Love and a Time to Die, A Time to Live, dan A Time to Kill.
    Kutipan pembuka dari film Platoon yang ditulis dan disutradarai oleh Oliver Stone tersebut mengacu pada Pengkhotbah 11:9.
    Esai "Politik dan Bahasa Inggris" (bahasa Inggris: Politics and the English Language) oleh George Orwell menggunakan Pengkhotbah 9:11 dari Alkitab Versi Raja James sebagai contoh tulisan yang jelas dan gamblang, dan "menerjemahkannya" ke dalam "bahasa Inggris modern dari jenis terburuk" untuk menunjukkan kejatuhan bahasa Inggris.
    Dalam cerita pendek A Rose for Ecclesiastes (1963) karya Roger Zelazny yang telah dinominasi dalam Penghargaan Hugo tersebut, tokoh protagonis cerita mengutip dari Kitab Pengkhotbah untuk efek emosional.
    Dalam novel Rabbit, Run karya John Updike, tokoh Pengkhotbah dirujuk ke dalam karakter menteri dalam cerita tersebut, yaitu Reverend Eccles.
    Judul novel The House of Mirth (1905) kerya Edith Wharton bersumber dari Pengkhotbah 7:4.
    Puisi "The Bishop Orders His Tomb at Saint Praxed's Church" (1845) karya Robert Browning dibuka dengan ayat pertama dalam Kitab Pengkhotbah.

  • @SuaraSahabatCROCIndonesia
    @SuaraSahabatCROCIndonesia  14 วันที่ผ่านมา +2

    Kanonisitas
    Keberadaan Kitab Pengkhotbah dalam Alkitab merupakan suatu teka-teki, karena tema-tema umum kanon Ibrani-Tuhan yang menyatakan dan menebus, yang memilih dan memelihara umat pilihan-tidak ada di dalamnya, yang menunjukkan bahwa Kohelet telah kehilangan imannya di usia tuanya. Memahami kitab ini merupakan topik diskusi yang paling awal tercatat (Konsili Jamnia yang hipotetis pada abad ke-1 Masehi). Salah satu argumen yang diajukan pada saat itu adalah bahwa nama Salomo memiliki cukup otoritas untuk memastikan pencantumannya; namun, karya-karya lain yang muncul dengan nama Salomo tidak dimasukkan meskipun lebih ortodoks daripada Kitab Pengkhotbah. [ 41 ] Yang lain adalah bahwa kata-kata epilog, di mana pembaca diberitahu untuk takut akan Tuhan dan menaati perintah-perintah-Nya, membuatnya ortodoks; tetapi semua upaya kemudian untuk menemukan sesuatu di bagian lain buku yang akan mencerminkan ortodoksi ini telah gagal. Saran modern memperlakukan buku tersebut sebagai dialog yang di dalamnya pernyataan-pernyataan berbeda berasal dari suara yang berbeda, dengan Kohelet sendiri menjawab dan membantah pendapat-pendapat yang tidak lazim, tetapi tidak ada penanda eksplisit untuk ini dalam buku tersebut, seperti yang ada (misalnya) dalam Kitab Ayub.
    Ada lagi yang berpendapat bahwa Pengkhotbah hanyalah contoh paling ekstrem dari tradisi skeptisisme, tetapi tidak ada satu pun contoh yang diajukan yang menyamai Pengkhotbah dalam hal penolakan iman dan keraguan yang berkelanjutan terhadap kebaikan Tuhan. Martin A. Shields, dalam bukunya tahun 2006 The End of Wisdom: A Reappraisal of the Historical and Canonical Function of Ecclesiastes , merangkum bahwa "Singkatnya, kita tidak tahu mengapa atau bagaimana kitab ini masuk ke dalam kelompok yang sangat dihormati". [ 42 ]

  • @SuaraSahabatCROCIndonesia
    @SuaraSahabatCROCIndonesia  14 วันที่ผ่านมา +2

    Untuk istilah penceramah, lihat Pengkhotbah.
    Yosua 1:1 pada Kodeks Aleppo.
    Yosua 1:1 pada Kodeks Aleppo
    Perjanjian Lama (Kristen)
    Taurat
    Sejarah
    Puisi
    AyubMazmurAmsalPengkhotbahKidung Agung
    Kenabian
    Deuterokanonika
    Tanakh (Ibrani)
    Taurat (Pengajaran)
    Nevi'im (Nabi-nabi)
    Ketuvim (Karya tulis)
    Puisi
    Mazmur Tehillim
    Amsal Misylei
    Ayub Iyov
    Lima Gulungan
    (Hamesy Megillot)
    Kidung Agung Syir Hassyirim
    Rut Rut
    Ratapan Eikhah
    Pengkhotbah Qohelet
    Ester Ester
    Lainnya
    Daniel Daniyel
    Ezra-Nehemia Ezra-Nekhemyah
    Tawarikh Divre Hayyamim
    Perjanjian Baru
    Portal Kristen Portal Yahudi
    lbs
    Kitab Pengkhotbah (disingkat Pengkhotbah; akronim Pkh.) merupakan salah satu kitab pada Perjanjian Lama Alkitab Kristen dan Tanakh (atau Alkitab Ibrani). Dalam Perjanjian Lama, Kitab Pengkhotbah merupakan bagian dari kelompok kitab-kitab puisi. Sedangkan pada Alkitab Ibrani, kitab ini disebut Gulungan Qohelet (bahasa Ibrani: מְגִלַּת קֹהֶלֶת, translit. Megillat Qohelet‎), dan merupakan bagian dari kelompok Ketuvim, atau lebih tepatnya merupakan salah satu dari Lima Gulungan. Dalam Septuaginta Yunani, kitab ini disebut "Βιβλίον Ἐκκλησιαστής" (Biblíon Ekklēsiastḗs), dan diserap menjadi "Liber Ecclesiastes" dalam Vulgata Latin. Dalam Alkitab Terjemahan Lama, kitab ini disebut "Kitab Alkhatib".

  • @SuaraSahabatCROCIndonesia
    @SuaraSahabatCROCIndonesia  14 วันที่ผ่านมา +2

    Perikop
    Judul perikop dalam Kitab Pengkhotbah menurut Alkitab Terjemahan Baru oleh LAI adalah sebagai berikut.
    Pendahuluan
    Segala sesuatu sia-sia (1:1-11)
    Kesia-siaan hidup mementingkan diri
    Pengejaran hikmat adalah sia-sia (1:12-18)
    Hikmat dan kebodohan adalah hal yang sia-sia (2:1-26)
    Pengalaman-pengalaman hidup
    Untuk segala sesuatu ada waktunya (3:1-15)
    Ketidakadilan dalam hidup (3:16 - 4:6)
    Kesia-siaan dalam hidup (4:7-16)
    Takutlah akan Allah (4:17 - 5:6)
    Kesia-siaan kekayaan (5:7 - 6:12)
    Hikmat yang benar (7:1-22)
    Pengejaran hikmat yang mengecewakan (7:23 - 8:1)
    Kepatuhan kepada raja (8:2-8)
    Pekerjaan Allah tidak dapat diselami manusia (8:9-17)
    Nasib semua orang sama (9:1-12)
    Hikmat lebih baik dari pada kuasa (9:13-18)
    Akibat-akibat kebodohan (10:1-20)
    Pedoman-pedoman hikmat (11:1-8)
    Penutup
    Nasihat bagi pemuda-pemudi (11:9 - 12:8)
    Akhir kata (12:9-14)

  • @SuaraSahabatCROCIndonesia
    @SuaraSahabatCROCIndonesia  14 วันที่ผ่านมา +2

    Waktu penulisan
    Mengenai waktu penulisan, ada berbagai pendapat yang berbeda.[9] Jika diterima bahwa penulisnya adalah Salomo, maka kitab ini ditulis pada abad ke-9 SM, akan tetapi ada konsensus di antara sejumlah ahli bahwa waktu penulisan Kitab Pengkhotbah adalah di antara tahun 400-200 SM.[9][10] Alasannya, kitab ini ditulis setelah pembuangan dan juga setelah mendapat pengaruh filsafat Yunani sehingga diperkirakan ditulis setelah tahun 400 SM.[9] Sedangkan alasan mengapa tidak mungkin melewati tahun 200 adalah adanya acuan terhadap kitab ini dari Kitab Sirakh (ditulis kira-kira 180 SM.)[9], serta ditemukannya bagian dari kitab ini di antara Gulungan Laut Mati yang umurnya diperkirakan berasal dari pertengahan abad ke-2 SM.[11]

  • @SuaraSahabatCROCIndonesia
    @SuaraSahabatCROCIndonesia  14 วันที่ผ่านมา +2

    Judul, tanggal dan penulis
    "Raja Solomon di Usia Tua" oleh Gustave Doré
    Raja Sulaiman di Usia Tua oleh Gustave Doré (1866), penggambaran penulis Kitab Pengkhotbah, menurut tradisi rabinik
    Kitab ini mengambil namanya dari kata Yunani ekklēsiastēs , terjemahan dari judul yang digunakan tokoh sentral untuk merujuk dirinya sendiri: "Kohelet", yang berarti sesuatu seperti "seseorang yang mengadakan pertemuan atau berpidato di sebuah majelis". [ 29 ] Menurut tradisi rabinik, Pengkhotbah ditulis oleh Raja Solomon di usia tuanya [ 2 ] (tradisi alternatif bahwa " Hizkia dan rekan-rekannya menulis Yesaya , Amsal , Kidung Agung , dan Pengkhotbah" mungkin berarti bahwa kitab ini disunting di bawah pemerintahan Hizkia), [ 30 ] tetapi para sarjana kritis telah lama menolak gagasan tentang asal usul sebelum pembuangan . [ 31 ] [ 32 ] Menurut tradisi Kristen, kitab ini kemungkinan besar ditulis oleh Solomon lain ( Gregory dari Nyssa menulis bahwa kitab ini ditulis oleh Solomon lain; [ 33 ] Didymus si Buta menulis bahwa kitab ini kemungkinan ditulis oleh beberapa penulis [ 34 ] ). Kehadiran kata-kata serapan dari bahasa Persia dan banyak bahasa Aramisme menunjukkan bahwa kitab ini tidak lebih awal dari sekitar tahun 450 SM, [ 3 ] sementara tanggal paling akhir yang mungkin untuk penulisannya adalah tahun 180 SM, ketika penulis Yahudi Ben Sira mengutipnya. [ 4 ] Perselisihan mengenai apakah Pengkhotbah termasuk dalam periode Persia atau Helenistik (yaitu, bagian awal atau akhir dari periode ini) berkisar pada tingkat Helenisasi ( pengaruh budaya dan pemikiran Yunani) yang hadir dalam kitab ini. Para sarjana yang berpendapat bahwa kitab ini ditulis dalam bahasa Persia ( sekitar tahun  450-330 SM ) berpendapat bahwa tidak ada pengaruh Yunani sama sekali; [ 3 ] mereka yang berpendapat bahwa kitab ini ditulis dalam bahasa Helenistik ( sekitar tahun  330-180 SM ) berpendapat bahwa kitab ini menunjukkan bukti internal dari pemikiran dan tatanan sosial Yunani. [ 35 ]
    Yang juga belum terselesaikan adalah apakah penulis dan narator Kohelet identik. Pengkhotbah secara teratur beralih antara kutipan orang ketiga dari Kohelet dan refleksi orang pertama pada kata-kata Kohelet, yang menunjukkan bahwa buku itu ditulis sebagai komentar atas perumpamaan Kohelet daripada sebagai gudang ucapannya yang ditulis secara pribadi. Beberapa sarjana berpendapat bahwa struktur narasi orang ketiga adalah perangkat sastra buatan yang sejalan dengan Paman Remus , meskipun deskripsi Kohelet dalam 12:8-14 tampaknya lebih menyukai orang historis yang pemikirannya disajikan oleh narator. [ 36 ] Akan tetapi, telah diperdebatkan bahwa pertanyaan itu tidak memiliki kepentingan teologis; [ 36 ] seorang sarjana (Roland Murphy) telah mengomentari bahwa Kohelet sendiri akan menganggap waktu dan kecerdikan yang dicurahkan untuk menafsirkan bukunya sebagai "satu contoh lagi tentang kesia-siaan usaha manusia ". [ 37 ]

  • @SuaraSahabatCROCIndonesia
    @SuaraSahabatCROCIndonesia  14 วันที่ผ่านมา +2

    Judul
    Pengkhotbah adalah transliterasi fonetik dari kata Yunani Ἐκκλησιαστής ( Ekklēsiastēs ), yang dalam Septuaginta menerjemahkan nama Ibrani dari penulisnya yang disebutkan, Kohelet ( קֹהֶלֶת ). Kata Yunani tersebut berasal dari ekklesia "jemaat," [ 5 ] sebagaimana kata Ibrani tersebut berasal dari kahal "jemaat," [ 6 ] tetapi meskipun kata Yunani tersebut berarti 'anggota suatu jemaat', [ 7 ] arti dari kata Ibrani asli yang diterjemahkannya kurang pasti. [ 8 ] Seperti yang disebutkan dalam Strong's Concordance , [ 9 ] kata ini adalah partisipel aktif feminin dari kata kerja kahal dalam paradigma sederhananya ( qal ), sebuah bentuk yang tidak digunakan di tempat lain dalam Alkitab dan yang terkadang dipahami sebagai aktif atau pasif tergantung pada kata kerjanya, [ a ] ​​sehingga Kohelet akan berarti '(perempuan) pengumpul' dalam kasus aktif (dicatat seperti itu oleh Strong's Concordance ), [ 9 ] dan '(perempuan) yang berkumpul, anggota sebuah majelis' dalam kasus pasif (sebagaimana menurut penerjemah Septuaginta). Menurut pemahaman mayoritas saat ini, [ 8 ] kata tersebut adalah bentuk yang lebih umum ( mishkal , מִשְׁקָל ) daripada partisipel literal, dan makna yang dimaksud dari Kohelet dalam teks adalah 'seseorang yang berbicara di hadapan sebuah majelis'; maka dari itu 'Guru' atau 'Pengkhotbah'. Ini adalah posisi Midrash [ 10 ] dan Jerome . [ 11 ]
    Para komentator berjuang untuk menjelaskan mengapa seorang pria diberi nama yang tampaknya feminin. Menurut Isaiah di Trani , "Ia menulis karya ini di usia tuanya, ketika ia lemah seperti wanita, dan karena itu ia menerima nama feminin," pendapat yang juga dipegang oleh Johann Simonis . [ 12 ] Menurut Solomon b. Jeroham (juga Lorinus, Zirkel), "Ini karena, bahkan ketika seorang wanita melahirkan dan membesarkan anak-anak, Qoheleth mengungkapkan dan mengatur kebijaksanaan". [ 13 ] Menurut Yefet b. Ali (juga diadopsi oleh Abraham ibn Ezra dan Joseph Ibn Kaspi ), "Ia menganggap aktivitas ini sebagai kebijaksanaannya, dan karena Kebijaksanaan adalah perempuan, ia menggunakan nama feminin". [ 14 ] Pendapat terakhir ini diterima oleh berbagai macam sarjana modern, termasuk CD Ginsburg . [ 15 ]

  • @SuaraSahabatCROCIndonesia
    @SuaraSahabatCROCIndonesia  14 วันที่ผ่านมา +2

    Nama
    "Pengkhotbah" merupakan tokoh (atau gelar tokoh) utama kitab ini. Nama ini sendiri merupakan terjemahan bebas dari nama tokoh tersebut dalam bahasa Ibrani, yakni Qohelet (קֹהֶלֶת). Meskipun diperkirakan bahwa nama Ibrani tersebut berhubungan dengan kata nomina קָהָל (qahal, har. "perkumpulan, persekutuan, perhimpunan, publik, masyarakat, komunitas"),[1] tidak jelas apa arti yang sebenarnya dari nama ini.[2]
    Menurut Konkordansi Strong, nama "Qohelet" merupakan kata partisip aktif feminim dari kata verba קָהַל (qahal) dalam bentuk sederhana (qal).[a][3] Berdasarkan hal itu, קֹהֶלֶת (qohelet) mungkin saja berarti "penghimpun (perempuan)" jika קָהַל (qahal) merupakan bentuk aktif (seperti yang disebutkan dalam Konkordansi Strong),[3] atau juga berarti "seorang (perempuan) yang dihimpun" atau "anggota (wanita) dalam suatu perhimpunan" jika merupakan bentuk pasif (seperti yang diilhami oleh penyusun Septuaginta). Menurut pemahaman mayoritas dewasa ini, kata ini mendapat makna yang lebih luas daripada arti-arti yang disebutkan di atas, sehingga arti dari kata ini kurang lebih menjadi "seseorang yang berbicara atau bersuara dalam perhimpunan", yang bersinonim dengan kata "pengkhotbah", "pembicara", atau "pengajar".[2]
    Nama Qohelet diterjemahkan dalam Septuaginta Yunani menjadi "Ἐκκλησιαστής" (Ekklēsiastḗs) yang secara harfiah berarti "anggota dalam suatu perhimpunan". Kata ini diturunkan dari kata ἐκκλησία (ekklēsíā, har. "persekutuan, perhimpunan, kongregasi, jemaat, Gereja") dengan imbuhan pembentuk nomina maskulin -τής (-tḗs).[4] Nama Yunani ini diserap menjadi "Ecclesiastes" dalam bahasa Latin dan Inggris.

  • @SuaraSahabatCROCIndonesia
    @SuaraSahabatCROCIndonesia  14 วันที่ผ่านมา +1

    Kepengarangan
    Perdebatan atas kepengarangan
    Secara tradisional pengarang Kitab Pengkhotbah diyakini adalah Salomo, anak Daud, yang dikenal memiliki hikmat Ilahi.[7] Para penafsir Yahudi tradisional membaca secara harfiah ayat Pengkhotbah 1:1 dan menerjemahkannya sebagai hasil karangan Salomo.[7] Penafsiran tradisional ini bertahan hingga munculnya metode-metode yang bersifat kritis, baik historis maupun literer, yang melihat inkonsistensi pada beberapa bagian.[7] Ada beberapa alasan yang mengarah kepada dugaan bahwa penulis kitab ini bukanlah Salomo.
    Alasan isi. Pertama-tama, memang nama Salomo tidak pernah dikatakan secara eksplisit dalam seluruh kitab ini dan juga dalam Pengkhotbah 1:16 dikatakan bahwa ada orang-orang yang memerintah Yerusalem sebelum Pengkhotbah, padahal hanya ada satu orang yang pernah memerintah Yerusalem sebelum Salomo, yaitu Daud.[7] Hal ini dibantah dengan fakta bahwa memang sebelum Salomo, hanya Daud sebagai raja Kerajaan Israel yang memerintah di Yerusalem, tetapi sebelum itu sudah ada sejumlah raja di Yerusalem ketika masih dikuasai oleh orang Kanaan, antara lain Melkisedek (Kejadian 14:18), Adoni-Zedek (Yosua 10:1), dan Abdi-Khepa (disebut di Surat-surat Amarna), dan selanjutnya tidak ada raja yang sebijaksana Salomo di Yerusalem.[8] Ada pula kesan bahwa raja atau tokoh kerajaan yang berbicara hanya ada pada Pengkhotbah 1-2, sedangkan sisanya kesan yang muncul adalah seorang tua yang merenung dan memberi nasihat.[7] Ditambah lagi pada Pengkhotbah 8:2-8 disinggung mengenai perilaku seorang abdi di depan raja, sehingga bagian itu tentulah pemikiran seorang abdi, bukan raja.[7]
    Alasan kebahasaan. Bahasa senantiasa mengalami perkembangan.[7] Di dalam kitab ini banyak ungkapan yang dipengaruhi oleh bahasa Aram, misalnya sye dari asyer dan illu dari im lo.[7] Padahal pengaruh bahasa Aram terhadap bahasa Ibrani dianggap baru dimulai menjelang pembuangan (587/6 SM) hingga menjadi dominan pada masa sesudah pembuangan (538 SM), dan akhirnya dipakai bersama bahasa Ibrani sebagai bahasa pergaulan untuk penduduk Palestina pada zaman Yesus.[7] Selain itu, ungkapan-ungkapan kitab ini juga memiliki banyak kemiripan dengan ungkapan dalam Mishna, yaitu kumpulan hukum lisan Yahudi, dan penulisan Mishna tidak mungkin berdekatan dengan masa Salomo.[7]
    Alasan pemikiran. Dalam kitab ini terdapat pengaruh pemikiran Yunani, meskipun tidak perlu menganggap bahwa pengarangnya menganut sebuah pemikiran filsafat Yunani tertentu.[7] Pengaruh pemikiran Yunani mulai tersebar di daerah sekitar Laut Tengah pada zaman Alexander Agung dan sesudahnya.[7]
    Alasan gaya bahasa. Secara kritis-literer, dapat diketahui bahwa ada perubahan narator dalam kitab ini, yaitu pada Pengkhotbah 1-2 narator seolah mengidentikkan diri dengan Salomo, namun setelah itu narator seolah menjadi tokoh tua yang dikatakan sebelumnya.[7] Kemudian secara kritis-historis juga dapat ditemukan bahwa gaya menokohkan tokoh kerajaan yang terkenal, merupakan peniruan terhadap seni sastra Mesir kuno yang selalu merujuk kata-kata bijaksana ke seorang raja termashyur pada masa lalu.[7]