Apa Maksud "Tangan Allah" di Atas Tangan Mereka? ("Yadullahi" Fauqa Aidihim?) | Habib Ali Baqir

แชร์
ฝัง
  • เผยแพร่เมื่อ 19 ธ.ค. 2024

ความคิดเห็น • 14

  • @narnolatino1027
    @narnolatino1027 ปีที่แล้ว +10

    Saya senang jika NU online, TV NU atau apapun namanya semua media NU selalu dakwah dg kajian ilmu. acara lain boleh seperti sholawatan, istighozah dll tapi jangan jadi andalan, karena jadi bahan olok2an kaum sebelah

  • @laelyrahmawati9287
    @laelyrahmawati9287 ปีที่แล้ว +2

    Kajian mantap mbah yai dan habib...tambah wawasan...alhamdulillah...

  • @Clone_Nicoffein_Doc
    @Clone_Nicoffein_Doc ปีที่แล้ว +2

    Subhanallah walhamdulillah, jazakumullah khoironkatsiron yaa habaib

  • @waliyutup
    @waliyutup ปีที่แล้ว +1

    Alhamdulillah.... sedikit pencerahan di siang ini.

  • @pasukrisman5495
    @pasukrisman5495 ปีที่แล้ว +1

    Syukron

  • @mochammadtaufik8069
    @mochammadtaufik8069 ปีที่แล้ว +1

    Maasyaa Alloh

  • @TinggalkanWahhabi95
    @TinggalkanWahhabi95 ปีที่แล้ว +1

    Alhamdulillah... Terima kasih atas jasanya.

  • @iburosiyah3890
    @iburosiyah3890 ปีที่แล้ว

    Sekilas Tentang Ta'wil dan Tafwidh
    Dalam Al Qur'an maupun hadits yang sahih, terdapat sejumlah keterangan tentang sifat-sifat Allah yang secara dhohir menimbulkan kejanggalan, sebab mengesankan adanya tasybih (penyerupaan Allah dengan makhluk) diantara contohnya:
    1. Dalam Al Qur'an
    ٱلرَّحْمَٰنُ عَلَى ٱلْعَرْشِ ٱسْتَوَىٰ
    (Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang berkuasa atas 'Arsy. (QS. Thaahaa 20:5)
    وَأَلْقَيْتُ عَلَيْكَ مَحَبَّةً مِّنِّى وَلِتُصْنَعَ عَلَىٰ عَيْنِىٓ
    Dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku; dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku, (QS. Thaahaa 20:39)
    يَدُ ٱللَّهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ
    Kekuasaan Allah di atas tangan mereka, (QS. Al Fath 48:10)
    وَيَبْقَىٰ وَجْهُ رَبِّكَ ذُو ٱلْجَلَٰلِ وَٱلْإِكْرَامِ
    Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. (QS. Ar Rahmaan 55:27)
    قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ أَسْتَكْبَرْتَ أَمْ كُنْتَ مِنَ الْعَالِينَ
    (Allah) berfirman, “Wahai Iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Aku ciptakan dengan kekuasaan-Ku.(QS. Shad: 74)
    2. Dalam Hadits
    إِنَّ قُلُوبَ بَنِي آدَمَ كُلَّهَا بَيْنَ إِصْبَعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ الرَّحْمَنِ كَقَلْبٍ وَاحِدٍ يُصَرِّفُهُ حَيْثُ يَشَاءُ
    "Sesungguhnya hati anak cucu Adam (semua manusia) itu berada di antara dua usbu' dari usbu'-usbu' Allah Yang Maha Rahman. Allah Subhanahhu wa Ta'ala akan memalingkan hati siapa saja menurut kehendak-Nya." (HR. Muslim, No 4798)
    يَدُ اللهِ مَعَ الْجَمَاعَة
    “Kekuasaan Allah bersama Jamaah.” (HR At-Tirmidzi, No. 2167).
    Pada contoh di atas dalam memahami lafadz istiwa' (secara harfiah bermakna 'bersemayam'), 'ain (secara harfiah bermakna 'mata'), wajh (secara harfiah bermakna 'wajah'), yad (secara harfiah bermakna 'tangan'), usbu' (secara harfiah bermakna 'jari') yang makna dhohirnya akan menimbulkan kejanggalan sebab berakibat tasybih, para ulama berbeda pendapat dalam menyikapinya, seperti yang diterangkan oleh Imam At-Taj As-Subki (721-771 H) dalam kitabnya Jam'u Al-Jawami':
    الصِّفَاتِ نَعْتَقِدُ ظَاهِرَ الْمَعْنَى وَ نُنَزِّهُهُ عِنْدَ سَمَاعِ الْمُشْكِلِ. ثُمَّ اخْتَلَفَ أَئِمَّتُنَا أَنُؤَوِّلُ أَمْ نُفَوِّضُ مُنَزِّهِيْنَ مَعَ اتِّفَاقِهِمْ عَلَى أَنَّ جَهْلَنَا بِتَفْصِيْلِهِ لَا يَقْدَحُ.
    Keterangan yang shaḥīḥ dari al-Qur’ān dan as-Sunnah tentang sifat-sifat Allah, kita meyakini zhāhir maknanya, dan kita mensucikan Allah (dari sifat-sifat yang tak layak dimiliki-Nya) ketika mendengar keterangan yang musykil (janggal). Kemudian para imam kita berbeda pendapat, apakah kita men-ta’wīl (hal yang musykil tersebut) ataukah kita serahkan sepenuhnya (makna tersebut pada Allah) sembari tetap menyucikan Allah (dari sifat-sifat tak layak)? Besertaan dengan itu, pada imam sepakat bahwa ketidaktahuan akan perincian makna (sifat-sifat yang musykil tersebut) tidak mencacatkan aqidah keyakinan. (Lihat Hasiyah Al-Athar ala jamu' Al-Jawami' juz 2 hal 461)
    Pendapat pertama, kita harus mengimani keberadaan ayat-ayat atau hadist tersebut sebagaimana sampai kepada kita. Dan kita menyerahkan arti makna yang dikehendaki dari ayat atau hadits tersebut dengan penyerahan sepenuhnya kepada Allah. Kita tidak boleh menafsirkannya, akan tetapi dengan tetap mensucikan Allah dari segala hal yang tak layak. Sikap ini dikenal dengan sikap tafwidh, yakni penyerahan arti makna yang dikehendaki kepada Allah. Jadi lafadz-lafadz mutasyabih dalam ayat maupun hadits diterjemahkan dengan ungkapan bahasa Arab untuk menghindari kesalahpahaman. Contoh:
    ٱلرَّحْمَٰنُ عَلَى ٱلْعَرْشِ ٱسْتَوَىٰ
    (Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah. Istiwa' atas 'Arsy. (QS. Thaahaa 20:5)
    يَدُ اللهِ مَعَ الْجَمَاعَة
    “Yad Allah bersama Jamaah.” (HR At-Tirmidzi, No. 2167).
    Dan ini adalah pendapat ulama generasi salaf. Sikap tafwidh semacam ini dinilai lebih aman.
    Pendapat kedua, kita menta'wilnya dengan makna yang layak dengan sifat keagungan Allah. Istiwa' kita ta'wil dengan makna 'berkuasa', yad kita ta'wil dengan makna 'kekuasaan', 'ain kita ta'wil dengan makna 'pengawasan', wajh kita ta'wil dengan makna 'dzat', dan makna-makna yang lain yang layak bagi Allah. Sikap ini dikenal dengan sikap ta'wil. Dan ini adalah pendapat ulama generasi kholaf. Sikap ta'wil semacam ini dinilai lebih membutuhkan pengetahuan.
    Meski demikian, kedua pendapat ini sepakat bahwa ketidaktahuan kita terhadap perincian secara detail makna lafadz-lafadz yang mutasyabih tersebut, tidak sampai mencacatkan aqidah kita.
    Semoga kita disucikan dari aqidah-aqidah yang sesat. Aamiiin 🤲🏻
    WaAllahu A'lam

  • @omaralquraishi3251
    @omaralquraishi3251 ปีที่แล้ว

    االه اكبر

  • @muhamaddarmawan1771
    @muhamaddarmawan1771 ปีที่แล้ว +1

    Semangat terus berjuang menyampaikan kebenaran aswaja. Jaya selalu negeriku bersama ulama'-ulama' Aswaja

  • @ichwanuddinudin1828
    @ichwanuddinudin1828 ปีที่แล้ว +1

    habib agk cepat tadi salah sebut tafwid mujassimah yg menetapkan makna' yad.

    • @iburosiyah3890
      @iburosiyah3890 ปีที่แล้ว +1

      Beliau sudah benar bahwa tafwid ahlussunah menafikan makna yad sedangkan tafwid mujassimah menetapkan makna yad.

  • @cucunyakonghusen
    @cucunyakonghusen ปีที่แล้ว +3

    Sy merasa cocok dg ajaran2 NU