Nonstop Gondang Batak | Full Nonstop Gondang Batak Full Video - Gondang Uning-uningan Batak Toba

แชร์
ฝัง
  • เผยแพร่เมื่อ 2 ต.ค. 2024
  • Cocok buat temani perjalanan anda, Full 1 jam lebih Gondang Batak terbaik 2024.
    Jangan lupa Like dan Subscribe. Terimakasih.
    #nonstop #gondangbatak #music

ความคิดเห็น • 83

  • @JhohanSaputraSitompul
    @JhohanSaputraSitompul หลายเดือนก่อน +4

    Enak sekali musiknya, 🫶

  • @SupriadiSihombing-x8q
    @SupriadiSihombing-x8q หลายเดือนก่อน +1

    Keren❤❤❤❤

  • @NataNael-d6j
    @NataNael-d6j 2 หลายเดือนก่อน +1

    Tuhanta mangaramoti budayanta naargahian on, dht hita batak❤

    • @DosRinda
      @DosRinda หลายเดือนก่อน

      🌝🌏🌚🤖💥✨🌟⭐💫💙🕳️🩵💚💛🧡❤️🎉🤯🤑🤥😇😇🏵️💮🌸🪷🌷🌺🥀🌹🌹💐🌿🌱🌾🍄🍁🍂🌼🌻🥶🥵🤯🤑😊👽☠️💀👻🌝🌝😴🤧🌝🌞🌛🌜🙉🙈🙊😺😸😻😻😹😼😽🙀😿😿😾💥✨🌟🌟💫💫💨🕳️💙🩵💚💛💛🧡❤️🌼🌻🍂🍁🟧🟨🟩🟦🟪🟫⬛🟥🌏🎉⬜🟤⚫⚪🔴🟠🟡🟢🔵🟣🌗🌖🌕🌔🌓🌑🌒🌎🚦🚥🔦💡🏙️🏮👮‍♂️👷‍♂️🔱🧡💟💲🚨🗝️

  • @adityahaditama
    @adityahaditama หลายเดือนก่อน +4

    Teringat sewaktu Manortor sewaktu nikah😂😂 Salam Dari Lombok

    • @ListonNaibaho
      @ListonNaibaho 8 วันที่ผ่านมา

      Horas, salam kenal, Naibaho, dr Pekanbaru, Riau. Dr dl pengen k Lombok tp blm ksampaian.. Hehehe.. Nggak sempat nyeberang wkt k Bali bbrp wkt yg lalu..

  • @rickoh6w
    @rickoh6w หลายเดือนก่อน +8

    Saya suku Nias sangat senang mendengar musik Gondang Batak. Mantap, Lestarikan terus budayanya.

    • @VivoY02grey-vm5sg
      @VivoY02grey-vm5sg 27 วันที่ผ่านมา

      Siapa yg nanya?

    • @rickoh6w
      @rickoh6w 27 วันที่ผ่านมา +1

      @@VivoY02grey-vm5sg Masih zaman ya pertanyaan kampungan seperti ini?🤣

    • @asmaunjumali2550
      @asmaunjumali2550 24 วันที่ผ่านมา

      ​@@VivoY02grey-vm5sghahahahahaa
      Jgn menghakimi.....

    • @megawatytampubolon2973
      @megawatytampubolon2973 4 วันที่ผ่านมา

      Bnnn BB b​@@VivoY02grey-vm5sg

  • @ArumirezettaArumi
    @ArumirezettaArumi หลายเดือนก่อน +6

    Aq boru marpaung ilove marga batak semua y slm persabatan

  • @ddschannel7037
    @ddschannel7037 2 หลายเดือนก่อน +4

    Suka banget ❤❤❤❤❤

  • @fsimaremare5165
    @fsimaremare5165 21 วันที่ผ่านมา +2

    Horas di hita saluhut sasudena

  • @TambaPasaribu-b5q
    @TambaPasaribu-b5q 25 วันที่ผ่านมา +3

    Cek harga sulim om

  • @Pura2bahagia
    @Pura2bahagia หลายเดือนก่อน +7

    Setidak nya lewat musik dan pemandangan nya terobati hati ini yg rindu kampung halaman dan orang tua. 💞
    Horas Sean tano ratto batam🙏

  • @ErizonGultom
    @ErizonGultom 2 หลายเดือนก่อน

    tingkatkan musik tradisional Batak 👍

  • @HotmaidaSimbolon-b9y
    @HotmaidaSimbolon-b9y หลายเดือนก่อน

    Buat dulu hal lettu cintaiku si forno Hu anggap ms hita mlm ini na marsusut

    • @baretcoste
      @baretcoste หลายเดือนก่อน

      Kau ngomong apa,,jelas kau

  • @GebiAgata
    @GebiAgata 15 วันที่ผ่านมา +1

    Horas..masihol manontor bah

  • @agustvjenggi6290
    @agustvjenggi6290 27 วันที่ผ่านมา +1

    Akeh tnan kerbo ne

  • @haryantotobing8134
    @haryantotobing8134 หลายเดือนก่อน +4

    Mantap sngat menikmati musik gondang serulingnya,,dari awal sampai habis...

  • @suangki
    @suangki 2 หลายเดือนก่อน +5

    Lanjut lae👍👍

  • @HotmaidaSimbolon-b9y
    @HotmaidaSimbolon-b9y หลายเดือนก่อน +1

    Ima uningganki las rohakku lagi panas kepalaku manja dulu kita asa longgar

  • @manaluentertain
    @manaluentertain 3 หลายเดือนก่อน +3

    Awas motor i cs ,songon na ro huida 😂

    • @JayChannelNew
      @JayChannelNew 3 หลายเดือนก่อน

      😅😅😅😅

  • @sridewi5663
    @sridewi5663 2 หลายเดือนก่อน

    Horas

  • @WartenusSilaen
    @WartenusSilaen หลายเดือนก่อน +2

    Mantap

  • @khairulsyahputra956
    @khairulsyahputra956 หลายเดือนก่อน +2

    Mantap buat cek sound Lae👍

  • @HisarRumapea-pe8kp
    @HisarRumapea-pe8kp 6 วันที่ผ่านมา

    Mantap itoku terus lh berkarya sukses selalu

  • @hartatonababan
    @hartatonababan หลายเดือนก่อน +3

    Mantap laeku👍

  • @carlogultom1072
    @carlogultom1072 20 วันที่ผ่านมา

    achh tahe,tabo ni soarani sulim ni amang on nian,,nomor piga do naemg sepatuni amang parsulim on ate ❤😂😂😂

  • @syafrulhamdi9011
    @syafrulhamdi9011 2 หลายเดือนก่อน +1

    Kangen bangetlah sm kampungku, horas😭😭😭😭

  • @rupasegar
    @rupasegar 3 หลายเดือนก่อน +27

    permintaan agar musik batak di tampilkan dengan penyanyi gimanapun lebi dapat mengerti dari kata demi kata para fens akan ikut menari (manortor) dan lebi menarik untuk di dengar

    • @lokotkot-zd8cu
      @lokotkot-zd8cu 2 หลายเดือนก่อน +2

      😅😮😮😅😊

    • @ciptositumorang8808
      @ciptositumorang8808 หลายเดือนก่อน

      😂😂p😂😅😊😮😢​@@lokotkot-zd8cu

    • @FriskaMalau-pp3iq
      @FriskaMalau-pp3iq 23 วันที่ผ่านมา +1

      Maksutnya

    • @AlexHutasoit-ml4yc
      @AlexHutasoit-ml4yc 11 วันที่ผ่านมา +2

      Di attusi hodo lapatan ni uning ungan kalapa,
      Gabe penyanyi nimmu,homa Jo marende di layar i nane,

    • @Jonggolsinaga
      @Jonggolsinaga 10 วันที่ผ่านมา +1

      ​@@AlexHutasoit-ml4ycdang boi songoni lae,,pakasar hu doi

  • @lacapsamosir7210
    @lacapsamosir7210 14 วันที่ผ่านมา

    Nga diruturuhon be poang,,,,👍👍🏼

  • @SupriadiSihombing-x8q
    @SupriadiSihombing-x8q หลายเดือนก่อน

    Bagak lam tabo ma pambegeonku lambok muse ma nangrohakku ito❤❤❤ mantap bah

  • @RopendusSinaga
    @RopendusSinaga 3 หลายเดือนก่อน +1

    Malo Hian parseruling

  • @LiaastriNengsih
    @LiaastriNengsih 8 วันที่ผ่านมา

    Mantan betul bos❤

  • @rubenalbertpanggabean
    @rubenalbertpanggabean 3 หลายเดือนก่อน +5

    Pertama

  • @wirandyritonga
    @wirandyritonga หลายเดือนก่อน +1

    Horas

  • @KarmanSiringoringo
    @KarmanSiringoringo 2 หลายเดือนก่อน +2

    Mantap bro

  • @SupriadiSihombing-x8q
    @SupriadiSihombing-x8q หลายเดือนก่อน +1

    Keren❤❤❤❤

  • @OneAdi
    @OneAdi 2 หลายเดือนก่อน +1

    bibi ku Memeng

  • @NovitaSimatupang-hp1qq
    @NovitaSimatupang-hp1qq 9 วันที่ผ่านมา

    Mantap musik gondang bataknya. Salam dari tebing tinggi😊

  • @herisatriasahputragurusinga
    @herisatriasahputragurusinga หลายเดือนก่อน

    KARO BUKAN BATAK hanya SUKU KARO 👍 Nama Batak sebagai identitas etnik ternyata tidak berasal dari orang Batak sendiri, tapi diciptakan atau dikonstruksi para musafir barat. Hal ini kemudian dikukuhkan misionaris Jerman yang datang ke tanah Batak sejak tahun 1860-an. Simpulan ini dikemukakan sejarahwan Unversitas Negeri Medan (Unimed) Ichwan Azhari yang baru usai melakukan penelitian di Jerman.
    Di Jerman, sejarahwan bergelar doktor ini memeriksa arsip-arsip yang ada di Wuppertal, Jerman. Dalam sumber-sumber lisan dan tertulis, terutama di dalam pustaha, atau tulisan tangan asli Batak, tidak ditemukan kata Batak untuk menyebut diri sebagai orang atau etnik Batak. Jadi dengan demikian nama Batak tidak asli berasal dari dalam kebudayaan Batak, tetapi diciptakan dan diberikan dari luar.
    "Kata Batak awalnya diambil para musafir yang menjelajah ke wilayah Pulau Sumatera dari para penduduk pesisir untuk menyebut kelompok etnik yang berada di pegunungan dengan nama bata. Tapi nama yang diberikan penduduk pesisir ini berkonotasi negatif bahkan cenderung menghina untuk menyebut penduduk pegunungan itu sebagai kurang beradab, liar, dan tinggal di hutan," kata Ichwan Azhari di Medan, Minggu (14/11/2010).
    Dalam penelitiannya yang dimulai sejak September lalu, selain memeriksa arsip-arsip di Jerman, Ichwan juga melengkapi datanya dengan mendatangi KITLV (Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde atau the Royal Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies) di Belanda. Dia juga mewawancari sejumlah pakar ahli Batak di Belanda dan Jerman seperti Johan Angerler dan Lothar Schreiner.
    Hasilnya, pada sumber-sumber manuskrip Melayu klasik yang ditelusurinya, seperti manuskrip abad 17 koleksi Leiden, memang ditemukan kata Batak di kalangan orang Melayu di Malaysia, tetapi sebagai label untuk penduduk yang tinggal di rimba pedalaman semenanjung Malaka. Dalam manuskrip itu, saat Malaka jatuh ke tangan Portugis tahun 1511, Puteri Gunung Ledang yang sangat dihina dan direndahkan oleh teks ini, melarikan diri ke hulu sungai dan dalam teks itu disebut, "... masuk ke dalam hutan rimba yang amat besar hampir dengan negeri Batak. Maka diambil oleh segala menteri Batak itu, dirajakannya Puteri Gunung Ledang itu dalam negeri Batak itu."
    Tidak hanya di Malaysia, di Filipina juga penduduk pesisir menyebut penduduk pedalaman dengan streotip atau label negatif sebagai Batak. Untuk itu menurut Ichwan, cukup punya alasan dan tidak mengherankan kalau peneliti Batak terkenal asal Belanda bernama Van der Tuuk pernah risau
    dan mengingatkan para misionaris Jerman agar tidak menggunakan nama Batak untuk nama etnik karena imej negatif yang terkandung pada kata itu.
    "Di Malaysia dan Filipina penduduk yang diberi label Batak tidak mau menggunakan label merendahkan itu menjadi nama etnik mereka. Di Sumatera Utara label itu terus dipakai karena peran misionaris Jerman dan pemerintah kolonial Belanda yang memberi konstruksi dan makna baru atas kata itu," katanya.
    Disebutkan Ichwan, para misionaris itu sendiri awalnya ragu-ragu menggunakan kata Batak sebagai nama etnik, karena kata Batak tidak dikenal oleh orang Batak itu sendiri ketika para misionaris datang dan melakukan penelitian awal. Para misionaris awalnya menggunakan kata bata sebagai satu kesatuan dengan lander, jadi bata lander yang berarti tanah Batak, merupakan suatu nama yang lebih menunjuk ke kawasan geografis dan bukan kawasan budaya atau suku.
    Di arsip misionaris yang menyimpan sekitar 100 ribu dokumen berisi informasi penting berkaitan dengan aktivitas dan pemikiran di tanah Batak sejak pertengahan abad ke-19 itu, Ichwan menemukan dan meneliti
    puluhan peta, baik peta bata lander yang dibuat peneliti Jerman Friedrich Franz Wilhelm Junghuhn, maupun peta-peta lain sebelum dan setelah peta Junghuhn dibuat.
    "Peta-peta itu memperlihatkan adanya kebingungan para musafir barat dan misionaris Jerman untuk meletakkan dan mengkonstruksi secara pas sebuah kata Batak dari luar untuk diberikan kepada nama satu kelompok etnik yang heterogen yang sesungguhnya tidak mengenal kata ini dalam warisan sejarahnya," tukas Ichwan.
    Dalam peta-peta kuno itu, kata bata lander hanya digunakan sebagai judul peta tapi di dalamnya hanya nampak lebih besar dari judulnya nama-nama seperti Toba, Silindung, Rajah, Pac Pac, Karo, dan tidak ada nama batak sama sekali. Dalam salah satu peta kata Batak di dalam peta digunakan sebagai pembatas kawasan Aceh dengan Minangkabau.
    Kebingungan para misionaris Jerman untuk mengkonstruksi kata Batak sebagai nama suku juga nampak dari satu temuan Ichwan terhadap peta misionaris Jerman sendiri yang sama sekali tidak menggunakan judul bata lander sebagai judul peta dan membuang semua kata Batak yang ada dalam edisi penerbitan peta itu di dalam laporan tahunan misionaris. Padahal sebelumnya mereka telah menggunakan kata Batak itu.
    Kata Batak yang semula nama ejekan negatif penduduk pesisir kepada penduduk pedalaman, kemudian menjadi nama kawasan geografis penduduk dataran tinggi Sumatera Utara yang heterogen dan memiliki nama-namanya sendiri pada awal abad 20, bergeser menjadi nama etnik dan sebagai nama identitas yang terus mengalami perubahan.
    "Setelah misionaris Jerman berhasil menggunakan nama Batak sebagai nama etnik, pihak pemerintah Belanda juga menggunakan konsep Jerman itu dalam pengembangan dan perluasan basis-basis kolonialisme mereka. Nama Batak juga digunakan sebagai nama etnik para elit yang bermukim di Tapanuli Selatan yang beragama Islam," tukasnya.
    Bujur ras mejuah-juah man kita kerina Kalak KARO tanpa embel-embel pembatak2kan dgn logika dan fakta 🙏

    • @boys05-c4u
      @boys05-c4u 9 ชั่วโมงที่ผ่านมา

      gak batak pun klen gk rugi kami

    • @herisatriasahputragurusinga
      @herisatriasahputragurusinga 6 ชั่วโมงที่ผ่านมา

      @@boys05-c4u kami tak peduli untung rugi kalian.yang terpenting jati diri kami suku Karo dan fakta DNA masyarakat Nusantara membuktikan itu.
      Suku KARO secara genetik:
      Berdasarkan DNA (ilmu genetika yang keabsahannya diakui oleh PBB) Suku Karo sudah mendiami Pulau Sumatera sejak 8.300 tahun lampau dan jauh sebelum Raja-raja Batak datang ke Pulau Sumatera dari sabang sampai lampung (berdasarkan genetika DNA ini mengartikan Suku Karo bukan suku batak dan bukan juga sub suku batak).
      Orang Karo terutama merupakan campuran dari 4 (empat) penutur bahasa, yaitu:
      1. Orang Negrito (Masa Mesolitik: 10.000 - 6.000 tahun lalu).
      2. Penutur Austroasiatik (Masa Neolitik: 6.000 - 2.000 tahun lalu).
      3. Penutur Austronesia (Masa Neolitik: 6.000 - 2.000 tahun lalu).
      4. Orang Tamil dari India Selatan (Masa periode tahun masehi).
      Di dalam DNA Karo (dan Gayo) ada ditemukan unsur: Negrito, Austroasiatik, Austronesia, dan Tamil, sehingga kesamaan inilah yang membuat Karo dan Gayo berkerabat sangat dekat.
      Sementara Orang Karo merupakan keturunan dari campuran Orang Negrito yang datang pada masa Mesolitik, penutur Austroasiatik dan penutur Austronesia yang datang pada masa Neolitik, serta Orang Tamil. Maka, jelas berbeda kedatangannya yang jauh lebih dulu kedatangan dari Orang Negrito, penutur Austroasiatik, dan penutur Austronesia dibanding Si Raja Batak yang diperkirakan datang sekitar 800 (+/- 200) tahun lalu.
      dikonfirmasi oleh hasil analisa DNA Orang Toba oleh Mark Lipson (2014:87) dengan menyimpulkan bahwa DNA Orang Toba terdiri dari: Austronesia 55%, Austroasiatik 25%, dan Negrito 20%. Maka, jelas bahwa Orang Toba bukan hanya Orang Taiwan (Austronesia+Austroasitik), tetapi campuran Orang Taiwan dan Orang Negrito. Orang Negrito sudah ada mendiami Humbang sebelum Si Raja Batak datang ke Sianjur Mula-mula di kaki Pusuk Buhit, Negeri Toba, sehingga pernyataan bahwa Sianjur Mula-mula merupakan awal persebaran manusia bukanlah fakta, melainkan hanyalah mitos.
      Orang Karo bukanlah Orang Taiwan seperti Si Raja Batak yang Orang Taiwan, melainkan campuran Negrito, Austroasiatik, Austronesia, dan Tamil. Oleh karena itu, dapat dipastikan bahwa Orang Karo bukan keturunan Si Raja Batak dari Sianjur Mula-mula. Orang Karo lebih dulu sampai di Tanah Karo yang sudah datang pada masa prasejarah daripada Si Raja Batak yang sampai di Sianjur Mula-mula sekitar 800 (+/- 200) tahun lalu, sehingga migrasi Orang Toba ke Tanah Karo tidak menjadikan Orang Karo menjadi keturunan Si Raja Batak dari Sianjur Mula-mula. Jelas bahwa tidak ada hubungan genealogis Si Raja Batak dengan Orang Karo, sementara bahasa Toba dan bahasa Karo termasuk ke dalam rumpun bahasa Austronesia. Akhirnya, pernyataan bahwa Orang Karo adalah keturunan Si Raja Batak dari Sianjur Mula-mula bukanlah fakta, melainkan hanyalah mitos!
      Kenapa orang Karo tidak mau disebut Batak.
      Dalam buku "Sejarah Pijer Podi, Adat Nggeluh Suku Karo Indonesia (1995)" karya Kol (Purn) Sempa Sitepu menuliskan dengan tegas jika Suku Karo bukan berasal dari si Raja Batak. Sehingga penyebutan Batak Karo jelas mengubah sejarah.
      Dalam penjelasannya, dia pun mencantumkan sisilan suku Karo yang dirangkum dari cerita para leluhurnya. Dituliskan jika leluhur etnis Karo dari India Selatan yang berbatasan Myanmar
      Dahulunya, ada seorang raja hidup dengan permaisurinya di seberang laut. Sang raja rupanya memiliki panglima bernama Karo yang merupakan orang keturunan India.
      sang raja mengatakan pada Panglima Karo ingin pergi ke lokasi baru untuk mendirikan kerajaan. Sang putri raja Si Miansari ikut serta. Miansari yang sudah menyimpan rasa kepada Karo memilih ikut rombongan dengan pasukan yang dipimpin sang panglima.
      Pasukan pun berlayar hingga tiba di Pulau Pinang. Konon mereka tinggal beberapa bulan di pulau itu hingga sang Raja kepincut dengan pulau yang lebih luas di sebelah selatan.
      Dengan semangat raja pun akhirnya meminta pasukan bersiap untuk menyeberang. Nahas, di tengah laut, mereka diterjang ombak besar hingga pasukan terpencar. Beruntung putri Miansari dengan rombongan Panglima Karo terdampar. Sementara keberadaan sang raja tak diketahui. akhirnya
      Putri Miansari dengan Panglima Karo pun sepakat pergi dengan membawa dua dayang dan tiga pengawal. Dalam pencarian tempat baru itu, akhirnya Miansari dan panglima menikah. Rombongan pun akhirnya tiba di pulau Perca (Sumatera). Saat ini, tempat tersebut dinamakan Belawan.
      Masih belum ingin menetap, rombongan pun menelusuri aliran sungai hingga tiba di tempat yang kini dinamakan Durin Tani. Di tepat itu diketahui ada gua yang disebut gua Umang. Dianggap tak aman, Panglima Karo dengan rombongan pergi hingga sampai ke tempat bernama Buluhawar, Bukum. Mereka pun tinggal di kaki gunung kini bernama Sikeben yang berdekatan dengan Bandarbaru.
      Masih mencari tempat yang lebih nyaman, Karo kembali berpindah hingga tiba di kaki Gunung Barus. Meski pemandangan dan udara di tempat tersebut sangat disukai rombongannya, Karo tetap ingin mencari tempat lain yang mirip dengan tanah kelahirannya.
      Saat beristirahat di bawah pohon beringin, Karo mengutus anjing untuk menyusuri sungai yang kini disebut Sungai Lau Biang. Beruntung anjing itu kembali dengan selamat. Karo dan rombongan pun kembali melakukan perjalanan hingga tiba di daratan tinggi bernama Mulawari atau berseberangan dengan si Capah (Seberaya). Daratan tinggi kini ini sebut Tanah Karo.
      Pernikahan Putri Miansari-Karo dikaruniani tujuh anak. Anak pertama hingga keenam semuanya perempuan.
      1. Corah
      2. Unjuk
      3. Tekang
      4. Girik
      5. Pagit
      6. Jile
      7. Meherga
      Anak ketujuh berjenis kelamin laki-laki. Lantaran disebut sebagai penerus, anak ketujuh ini diberi nama Meherga (berharga)/Merga(mahal)
      Terciptanya Merga dari Suku Karo
      Lahir anak ketujuh Karo ini juga menjadi cikal bakal terciptanya merga di Suku Karo. Merga pun akhirnya menikah dengan anak Tarlon (saudara bungsu dari Miansari) bernama Cimata.
      Merga dan Cimata pun memiliki lima anak laki-laki yang namanya menjadi induk merga Suku Karo. Anak pertama yakni Karo (sebagai leluhur agar diingat para keturunannya). Anak keduanya yakni Ginting.
      Anak ketiga yakni Sembiring. Nama itu diambil kata kata Si Mbiring yang artinya hitam. Konon, Sembiring ini paling hitam di antara saudaranya. Anak ke empat Peranginangin. Dia diceritakan lhahir saat angin puting beliung. Sementara anak kelima atau bungsu diberi nama Tarigan.
      Itulah sejarah kenapa orang Karo tidak mau disebut orang Batak. Mereka tidak ingin menghapus sejarah leluhurnya hingga disebut suku Batak padahal mereka berbeda asal usul nenek moyang dan mereka telah membentuk identitas mereka yaitu" Suku Karo dgn Merga Silima" dgn salam Mejuah-juah.
      Dikutip dari website resmi Pemerintah Kabupaten Karo, berikut daftar 5 marga induk suku Karo atau Merga Silima beserta sub merganya.
      1. KARO-KARO:
      · Barus
      · Bukit
      · Gurusinga
      · Kaban
      · Kacaribu
      · Ketaren
      · Kemit
      · Jung
      · Purba
      · Sinulingga
      · Sinukaban
      · Sinubulan
      · Sinuraya
      · Sitepu
      · Sinuhaji
      · Surbakti
      · Samura
      · Sekali
      2. GINTING:
      · Ajartambun
      · Babo
      · Beras
      · Cabap
      · Gurupatih
      · Garamata
      · Jandibata
      · Jawak
      · Manik
      · Munte
      · Pase
      · Seragih
      · Suka
      · Sugihen
      · Sinusinga
      · Tumangger
      3. SEMBIRING:
      · Berahmana
      · Busuk
      · Depari
      · Colia
      · Keloko
      · Kembaren
      · Muham
      · Meliala
      · Maha
      · Bunuaji
      · Gurukinayan
      · Pandia
      · Keling
      · Pelawi
      · Pandebayang
      · Sinukapur
      · Sinulaki
      · Sinupayung
      · Tekang
      4. Perangin-angin
      · Bangun
      · Keliat
      · Kacinambun
      · Namohaji
      · Nano
      · Menjerang
      · Uwir
      · Pinem
      · Pancawan
      · Panggarun
      · Ulun Jandi
      · Laksa
      · Perbesi
      · Sukatendel
      · Singarimbun
      · Sinurat
      · Sebayang
      · Tanjung
      5. TARIGAN:
      · Bondong
      · Gana-gana
      · Gersang
      · Gerneng
      · Jampang
      · Purba
      · Pekan
      · Sibero
      · Tua
      · Tegur
      · Tambak
      · Tambun
      · Silangit
      · Tendang
      Suku Karo tak mengenal MARGA tapi MERGA yang berasal dari kata MEHERGA/ MERGA yang berarti mahal karena anak laki-laki itu penerus keluarga.Suku Karo punya MERGA SILIMA yaitu KARO-KARO,GINTING, SEMBIRING PERANGINANGIN dan TARIGAN dimana ada 2 merga berbeda atau mendapat pengecualian yaitu merga PERANGINANGIN boleh menikah sesama cabang merga PERANGINANGIN dan satu lagi merga SEMBIRING yang terbagi menjadi dua yaitu yang makan b1/anjing tidak boleh menikah sesama cabang merga SEMBIRING dan yang pantang makan b1/anjing boleh menikah sesama cabang merga SEMBIRING.
      Bujur ras mejuah-juah man kita kerina Kalak KARO tanpa embel-embel pembatak2kan dgn logika dan fakta 🙏

  • @regueltamba8338
    @regueltamba8338 2 หลายเดือนก่อน +1

    Mantap lae

  • @herisatriasahputragurusinga
    @herisatriasahputragurusinga หลายเดือนก่อน

    Mitologi karo kenapa orang Karo tidak mau disebut Batak.
    Dalam buku "Sejarah Pijer Podi, Adat Nggeluh Suku Karo Indonesia (1995)" karya Kol (Purn) Sempa Sitepu menuliskan dengan tegas jika Suku Karo bukan berasal dari si Raja Batak. Sehingga penyebutan Batak Karo jelas mengubah sejarah.
    Dalam penjelasannya, dia pun mencantumkan sisilan suku Karo yang dirangkum dari cerita para leluhurnya. Dituliskan jika leluhur etnis Karo dari India Selatan yang berbatasan Myanmar
    Dahulunya, ada seorang raja hidup dengan permaisurinya di seberang laut. Sang raja rupanya memiliki panglima bernama Karo yang merupakan orang keturunan India.
    sang raja mengatakan pada Panglima Karo ingin pergi ke lokasi baru untuk mendirikan kerajaan. Sang putri raja Si Miansari ikut serta. Miansari yang sudah menyimpan rasa kepada Karo memilih ikut rombongan dengan pasukan yang dipimpin sang panglima.
    Pasukan pun berlayar hingga tiba di Pulau Pinang. Konon mereka tinggal beberapa bulan di pulau itu hingga sang Raja kepincut dengan pulau yang lebih luas di sebelah selatan.
    Dengan semangat raja pun akhirnya meminta pasukan bersiap untuk menyeberang. Nahas, di tengah laut, mereka diterjang ombak besar hingga pasukan terpencar. Beruntung putri Miansari dengan rombongan Panglima Karo terdampar. Sementara keberadaan sang raja tak diketahui. akhirnya
    Putri Miansari dengan Panglima Karo pun sepakat pergi dengan membawa dua dayang dan tiga pengawal. Dalam pencarian tempat baru itu, akhirnya Miansari dan panglima menikah. Rombongan pun akhirnya tiba di pulau Perca (Sumatera). Saat ini, tempat tersebut dinamakan Belawan.
    Masih belum ingin menetap, rombongan pun menelusuri aliran sungai hingga tiba di tempat yang kini dinamakan Durin Tani. Di tepat itu diketahui ada gua yang disebut gua Umang. Dianggap tak aman, Panglima Karo dengan rombongan pergi hingga sampai ke tempat bernama Buluhawar, Bukum. Mereka pun tinggal di kaki gunung kini bernama Sikeben yang berdekatan dengan Bandarbaru.
    Masih mencari tempat yang lebih nyaman, Karo kembali berpindah hingga tiba di kaki Gunung Barus. Meski pemandangan dan udara di tempat tersebut sangat disukai rombongannya, Karo tetap ingin mencari tempat lain yang mirip dengan tanah kelahirannya.
    Saat beristirahat di bawah pohon beringin, Karo mengutus anjing untuk menyusuri sungai yang kini disebut Sungai Lau Biang. Beruntung anjing itu kembali dengan selamat. Karo dan rombongan pun kembali melakukan perjalanan hingga tiba di daratan tinggi bernama Mulawari atau berseberangan dengan si Capah (Seberaya). Daratan tinggi kini ini sebut Tanah Karo.
    Pernikahan Putri Miansari-Karo dikaruniani tujuh anak. Anak pertama hingga keenam semuanya perempuan.
    1. Corah
    2. Unjuk
    3. Tekang
    4. Girik
    5. Pagit
    6. Jile
    7. Meherga
    Anak ketujuh berjenis kelamin laki-laki. Lantaran disebut sebagai penerus, anak ketujuh ini diberi nama Meherga (berharga).
    Terciptanya Merga dari Suku Karo
    Lahir anak ketujuh Karo ini juga menjadi cikal bakal terciptanya merga di Suku Karo. Merga pun akhirnya menikah dengan anak Tarlon (saudara bungsu dari Miansari) bernama Cimata.
    Merga dan Cimata pun memiliki lima anak laki-laki yang namanya menjadi induk merga Suku Karo. Anak pertama yakni Karo (sebagai leluhur agar diingat para keturunannya). Anak keduanya yakni Ginting.
    Anak ketiga yakni Sembiring. Nama itu diambil kata kata Si Mbiring yang artinya hitam. Konon, Sembiring ini paling hitam di antara saudaranya. Anak ke empat Peranginangin. Dia diceritakan lhahir saat angin puting beliung. Sementara anak kelima atau bungsu diberi nama Tarigan.
    Itulah sejarah kenapa orang Karo tidak mau disebut orang Batak. Mereka tidak ingin menghapus sejarah leluhurnya hingga disebut suku Batak padahal mereka berbeda asal usul nenek moyang dan mereka telah membentuk identitas mereka yaitu" Suku Karo dgn Merga Silima" dgn salam Mejuah-juah.

    • @bangnurad9172
      @bangnurad9172 19 วันที่ผ่านมา

      Kamu bikin buku juga dong, ngarang lagi cerita bahwa batak karo adalah turunan ras unggul aria😅

    • @herisatriasahputragurusinga
      @herisatriasahputragurusinga 19 วันที่ผ่านมา

      @@bangnurad9172 saya menceritakan mitologi Karo dimana mitologi Karo(berasal dari India terbukti dgn data ilmiah, tonton kuliah umum profesor HERAWATI ttg DNA masyarakat Nusantara dan peneliti DNA Toba Edward Simanungkalit)sangat berbeda jauh dgn mitologi Batak( berasal dari langit turun di Pusuk buhit danau Toba dan menjadi asal orang Batak dimana tidak terbukti secara ilmiah) ini sudah tahun 2024 dimana informasi sangat terbuka luas apalagi dgn penemuan DNA ( cucu nabi Muhammad Saw saja melalui pencocokan DNA) mari belajar dan berpendapat sesuai fakta ilmiah agar terbebas dari doktrin proganda penjajah kolonial Belanda.bujur ras mejuah-juah man kita kerina Kalak KARO tanpa embel-embel pembatak2kan dgn LOGIKA dan fakta 🙏

    • @herisatriasahputragurusinga
      @herisatriasahputragurusinga 19 วันที่ผ่านมา

      Suku KARO secara genetik:
      Berdasarkan DNA (ilmu genetika yang keabsahannya diakui oleh PBB) Suku Karo sudah mendiami Pulau Sumatera sejak 8.300 tahun lampau dan jauh sebelum Raja-raja Batak datang ke Pulau Sumatera dari sabang sampai lampung (berdasarkan genetika DNA ini mengartikan Suku Karo bukan suku batak dan bukan juga sub suku batak).
      Orang Karo terutama merupakan campuran dari 4 (empat) penutur bahasa, yaitu:
      1. Orang Negrito (Masa Mesolitik: 10.000 - 6.000 tahun lalu).
      2. Penutur Austroasiatik (Masa Neolitik: 6.000 - 2.000 tahun lalu).
      3. Penutur Austronesia (Masa Neolitik: 6.000 - 2.000 tahun lalu).
      4. Orang Tamil dari India Selatan (Masa periode tahun masehi).
      Di dalam DNA Karo (dan Gayo) ada ditemukan unsur: Negrito, Austroasiatik, Austronesia, dan Tamil, sehingga kesamaan inilah yang membuat Karo dan Gayo berkerabat sangat dekat.
      Sementara Orang Karo merupakan keturunan dari campuran Orang Negrito yang datang pada masa Mesolitik, penutur Austroasiatik dan penutur Austronesia yang datang pada masa Neolitik, serta Orang Tamil. Maka, jelas berbeda kedatangannya yang jauh lebih dulu kedatangan dari Orang Negrito, penutur Austroasiatik, dan penutur Austronesia dibanding Si Raja Batak yang diperkirakan datang sekitar 800 (+/- 200) tahun lalu.
      dikonfirmasi oleh hasil analisa DNA Orang Toba oleh Mark Lipson (2014:87) dengan menyimpulkan bahwa DNA Orang Toba terdiri dari: Austronesia 55%, Austroasiatik 25%, dan Negrito 20%. Maka, jelas bahwa Orang Toba bukan hanya Orang Taiwan (Austronesia+Austroasitik), tetapi campuran Orang Taiwan dan Orang Negrito. Orang Negrito sudah ada mendiami Humbang sebelum Si Raja Batak datang ke Sianjur Mula-mula di kaki Pusuk Buhit, Negeri Toba, sehingga pernyataan bahwa Sianjur Mula-mula merupakan awal persebaran manusia bukanlah fakta, melainkan hanyalah mitos.
      Orang Karo bukanlah Orang Taiwan seperti Si Raja Batak yang Orang Taiwan, melainkan campuran Negrito, Austroasiatik, Austronesia, dan Tamil. Oleh karena itu, dapat dipastikan bahwa Orang Karo bukan keturunan Si Raja Batak dari Sianjur Mula-mula. Orang Karo lebih dulu sampai di Tanah Karo yang sudah datang pada masa prasejarah daripada Si Raja Batak yang sampai di Sianjur Mula-mula sekitar 800 (+/- 200) tahun lalu, sehingga migrasi Orang Toba ke Tanah Karo tidak menjadikan Orang Karo menjadi keturunan Si Raja Batak dari Sianjur Mula-mula. Jelas bahwa tidak ada hubungan genealogis Si Raja Batak dengan Orang Karo, sementara bahasa Toba dan bahasa Karo termasuk ke dalam rumpun bahasa Austronesia. Akhirnya, pernyataan bahwa Orang Karo adalah keturunan Si Raja Batak dari Sianjur Mula-mula bukanlah fakta, melainkan hanyalah mitos!
      Kenapa orang Karo tidak mau disebut Batak.
      Dalam buku "Sejarah Pijer Podi, Adat Nggeluh Suku Karo Indonesia (1995)" karya Kol (Purn) Sempa Sitepu menuliskan dengan tegas jika Suku Karo bukan berasal dari si Raja Batak. Sehingga penyebutan Batak Karo jelas mengubah sejarah.
      Dalam penjelasannya, dia pun mencantumkan sisilan suku Karo yang dirangkum dari cerita para leluhurnya. Dituliskan jika leluhur etnis Karo dari India Selatan yang berbatasan Myanmar
      Dahulunya, ada seorang raja hidup dengan permaisurinya di seberang laut. Sang raja rupanya memiliki panglima bernama Karo yang merupakan orang keturunan India.
      sang raja mengatakan pada Panglima Karo ingin pergi ke lokasi baru untuk mendirikan kerajaan. Sang putri raja Si Miansari ikut serta. Miansari yang sudah menyimpan rasa kepada Karo memilih ikut rombongan dengan pasukan yang dipimpin sang panglima.
      Pasukan pun berlayar hingga tiba di Pulau Pinang. Konon mereka tinggal beberapa bulan di pulau itu hingga sang Raja kepincut dengan pulau yang lebih luas di sebelah selatan.
      Dengan semangat raja pun akhirnya meminta pasukan bersiap untuk menyeberang. Nahas, di tengah laut, mereka diterjang ombak besar hingga pasukan terpencar. Beruntung putri Miansari dengan rombongan Panglima Karo terdampar. Sementara keberadaan sang raja tak diketahui. akhirnya
      Putri Miansari dengan Panglima Karo pun sepakat pergi dengan membawa dua dayang dan tiga pengawal. Dalam pencarian tempat baru itu, akhirnya Miansari dan panglima menikah. Rombongan pun akhirnya tiba di pulau Perca (Sumatera). Saat ini, tempat tersebut dinamakan Belawan.
      Masih belum ingin menetap, rombongan pun menelusuri aliran sungai hingga tiba di tempat yang kini dinamakan Durin Tani. Di tepat itu diketahui ada gua yang disebut gua Umang. Dianggap tak aman, Panglima Karo dengan rombongan pergi hingga sampai ke tempat bernama Buluhawar, Bukum. Mereka pun tinggal di kaki gunung kini bernama Sikeben yang berdekatan dengan Bandarbaru.
      Masih mencari tempat yang lebih nyaman, Karo kembali berpindah hingga tiba di kaki Gunung Barus. Meski pemandangan dan udara di tempat tersebut sangat disukai rombongannya, Karo tetap ingin mencari tempat lain yang mirip dengan tanah kelahirannya.
      Saat beristirahat di bawah pohon beringin, Karo mengutus anjing untuk menyusuri sungai yang kini disebut Sungai Lau Biang. Beruntung anjing itu kembali dengan selamat. Karo dan rombongan pun kembali melakukan perjalanan hingga tiba di daratan tinggi bernama Mulawari atau berseberangan dengan si Capah (Seberaya). Daratan tinggi kini ini sebut Tanah Karo.
      Pernikahan Putri Miansari-Karo dikaruniani tujuh anak. Anak pertama hingga keenam semuanya perempuan.
      1. Corah
      2. Unjuk
      3. Tekang
      4. Girik
      5. Pagit
      6. Jile
      7. Meherga
      Anak ketujuh berjenis kelamin laki-laki. Lantaran disebut sebagai penerus, anak ketujuh ini diberi nama Meherga (berharga)/Merga(mahal)
      Terciptanya Merga dari Suku Karo
      Lahir anak ketujuh Karo ini juga menjadi cikal bakal terciptanya merga di Suku Karo. Merga pun akhirnya menikah dengan anak Tarlon (saudara bungsu dari Miansari) bernama Cimata.
      Merga dan Cimata pun memiliki lima anak laki-laki yang namanya menjadi induk merga Suku Karo. Anak pertama yakni Karo (sebagai leluhur agar diingat para keturunannya). Anak keduanya yakni Ginting.
      Anak ketiga yakni Sembiring. Nama itu diambil kata kata Si Mbiring yang artinya hitam. Konon, Sembiring ini paling hitam di antara saudaranya. Anak ke empat Peranginangin. Dia diceritakan lhahir saat angin puting beliung. Sementara anak kelima atau bungsu diberi nama Tarigan.
      Itulah sejarah kenapa orang Karo tidak mau disebut orang Batak. Mereka tidak ingin menghapus sejarah leluhurnya hingga disebut suku Batak padahal mereka berbeda asal usul nenek moyang dan mereka telah membentuk identitas mereka yaitu" Suku Karo dgn Merga Silima" dgn salam Mejuah-juah.
      Dikutip dari website resmi Pemerintah Kabupaten Karo, berikut daftar 5 marga induk suku Karo atau Merga Silima beserta sub merganya.
      1. KARO-KARO:
      · Barus
      · Bukit
      · Gurusinga
      · Kaban
      · Kacaribu
      · Ketaren
      · Kemit
      · Jung
      · Purba
      · Sinulingga
      · Sinukaban
      · Sinubulan
      · Sinuraya
      · Sitepu
      · Sinuhaji
      · Surbakti
      · Samura
      · Sekali
      2. GINTING:
      · Ajartambun
      · Babo
      · Beras
      · Cabap
      · Gurupatih
      · Garamata
      · Jandibata
      · Jawak
      · Manik
      · Munte
      · Pase
      · Seragih
      · Suka
      · Sugihen
      · Sinusinga
      · Tumangger
      3. SEMBIRING:
      · Berahmana
      · Busuk
      · Depari
      · Colia
      · Keloko
      · Kembaren
      · Muham
      · Meliala
      · Maha
      · Bunuaji
      · Gurukinayan
      · Pandia
      · Keling
      · Pelawi
      · Pandebayang
      · Sinukapur
      · Sinulaki
      · Sinupayung
      · Tekang
      4. Perangin-angin
      · Bangun
      · Keliat
      · Kacinambun
      · Namohaji
      · Nano
      · Menjerang
      · Uwir
      · Pinem
      · Pancawan
      · Panggarun
      · Ulun Jandi
      · Laksa
      · Perbesi
      · Sukatendel
      · Singarimbun
      · Sinurat
      · Sebayang
      · Tanjung
      5. TARIGAN:
      · Bondong
      · Gana-gana
      · Gersang
      · Gerneng
      · Jampang
      · Purba
      · Pekan
      · Sibero
      · Tua
      · Tegur
      · Tambak
      · Tambun
      · Silangit
      · Tendang
      Suku Karo tak mengenal MARGA tapi MERGA yang berasal dari kata MEHERGA/ MERGA yang berarti mahal karena anak laki-laki itu penerus keluarga.Suku Karo punya MERGA SILIMA yaitu KARO-KARO,GINTING, SEMBIRING PERANGINANGIN dan TARIGAN dimana ada 2 merga berbeda atau mendapat pengecualian yaitu merga PERANGINANGIN boleh menikah sesama cabang merga PERANGINANGIN dan satu lagi merga SEMBIRING yang terbagi menjadi dua yaitu yang makan b1/anjing tidak boleh menikah sesama cabang merga SEMBIRING dan yang pantang makan b1/anjing boleh menikah sesama cabang merga SEMBIRING.
      Bujur ras mejuah-juah man kita kerina Kalak KARO tanpa embel-embel pembatak2kan dgn logika dan fakta 🙏

    • @herisatriasahputragurusinga
      @herisatriasahputragurusinga 19 วันที่ผ่านมา

      @@bangnurad9172 Suku KARO secara genetik:
      Berdasarkan DNA (ilmu genetika yang keabsahannya diakui oleh PBB) Suku Karo sudah mendiami Pulau Sumatera sejak 8.300 tahun lampau dan jauh sebelum Raja-raja Batak datang ke Pulau Sumatera dari sabang sampai lampung (berdasarkan genetika DNA ini mengartikan Suku Karo bukan suku batak dan bukan juga sub suku batak).
      Orang Karo terutama merupakan campuran dari 4 (empat) penutur bahasa, yaitu:
      1. Orang Negrito (Masa Mesolitik: 10.000 - 6.000 tahun lalu).
      2. Penutur Austroasiatik (Masa Neolitik: 6.000 - 2.000 tahun lalu).
      3. Penutur Austronesia (Masa Neolitik: 6.000 - 2.000 tahun lalu).
      4. Orang Tamil dari India Selatan (Masa periode tahun masehi).
      Di dalam DNA Karo (dan Gayo) ada ditemukan unsur: Negrito, Austroasiatik, Austronesia, dan Tamil, sehingga kesamaan inilah yang membuat Karo dan Gayo berkerabat sangat dekat.
      Sementara Orang Karo merupakan keturunan dari campuran Orang Negrito yang datang pada masa Mesolitik, penutur Austroasiatik dan penutur Austronesia yang datang pada masa Neolitik, serta Orang Tamil. Maka, jelas berbeda kedatangannya yang jauh lebih dulu kedatangan dari Orang Negrito, penutur Austroasiatik, dan penutur Austronesia dibanding Si Raja Batak yang diperkirakan datang sekitar 800 (+/- 200) tahun lalu.
      dikonfirmasi oleh hasil analisa DNA Orang Toba oleh Mark Lipson (2014:87) dengan menyimpulkan bahwa DNA Orang Toba terdiri dari: Austronesia 55%, Austroasiatik 25%, dan Negrito 20%. Maka, jelas bahwa Orang Toba bukan hanya Orang Taiwan (Austronesia+Austroasitik), tetapi campuran Orang Taiwan dan Orang Negrito. Orang Negrito sudah ada mendiami Humbang sebelum Si Raja Batak datang ke Sianjur Mula-mula di kaki Pusuk Buhit, Negeri Toba, sehingga pernyataan bahwa Sianjur Mula-mula merupakan awal persebaran manusia bukanlah fakta, melainkan hanyalah mitos.
      Orang Karo bukanlah Orang Taiwan seperti Si Raja Batak yang Orang Taiwan, melainkan campuran Negrito, Austroasiatik, Austronesia, dan Tamil. Oleh karena itu, dapat dipastikan bahwa Orang Karo bukan keturunan Si Raja Batak dari Sianjur Mula-mula. Orang Karo lebih dulu sampai di Tanah Karo yang sudah datang pada masa prasejarah daripada Si Raja Batak yang sampai di Sianjur Mula-mula sekitar 800 (+/- 200) tahun lalu, sehingga migrasi Orang Toba ke Tanah Karo tidak menjadikan Orang Karo menjadi keturunan Si Raja Batak dari Sianjur Mula-mula. Jelas bahwa tidak ada hubungan genealogis Si Raja Batak dengan Orang Karo, sementara bahasa Toba dan bahasa Karo termasuk ke dalam rumpun bahasa Austronesia. Akhirnya, pernyataan bahwa Orang Karo adalah keturunan Si Raja Batak dari Sianjur Mula-mula bukanlah fakta, melainkan hanyalah mitos!
      Kenapa orang Karo tidak mau disebut Batak.
      Dalam buku "Sejarah Pijer Podi, Adat Nggeluh Suku Karo Indonesia (1995)" karya Kol (Purn) Sempa Sitepu menuliskan dengan tegas jika Suku Karo bukan berasal dari si Raja Batak. Sehingga penyebutan Batak Karo jelas mengubah sejarah.
      Dalam penjelasannya, dia pun mencantumkan sisilan suku Karo yang dirangkum dari cerita para leluhurnya. Dituliskan jika leluhur etnis Karo dari India Selatan yang berbatasan Myanmar
      Dahulunya, ada seorang raja hidup dengan permaisurinya di seberang laut. Sang raja rupanya memiliki panglima bernama Karo yang merupakan orang keturunan India.
      sang raja mengatakan pada Panglima Karo ingin pergi ke lokasi baru untuk mendirikan kerajaan. Sang putri raja Si Miansari ikut serta. Miansari yang sudah menyimpan rasa kepada Karo memilih ikut rombongan dengan pasukan yang dipimpin sang panglima.
      Pasukan pun berlayar hingga tiba di Pulau Pinang. Konon mereka tinggal beberapa bulan di pulau itu hingga sang Raja kepincut dengan pulau yang lebih luas di sebelah selatan.
      Dengan semangat raja pun akhirnya meminta pasukan bersiap untuk menyeberang. Nahas, di tengah laut, mereka diterjang ombak besar hingga pasukan terpencar. Beruntung putri Miansari dengan rombongan Panglima Karo terdampar. Sementara keberadaan sang raja tak diketahui. akhirnya
      Putri Miansari dengan Panglima Karo pun sepakat pergi dengan membawa dua dayang dan tiga pengawal. Dalam pencarian tempat baru itu, akhirnya Miansari dan panglima menikah. Rombongan pun akhirnya tiba di pulau Perca (Sumatera). Saat ini, tempat tersebut dinamakan Belawan.
      Masih belum ingin menetap, rombongan pun menelusuri aliran sungai hingga tiba di tempat yang kini dinamakan Durin Tani. Di tepat itu diketahui ada gua yang disebut gua Umang. Dianggap tak aman, Panglima Karo dengan rombongan pergi hingga sampai ke tempat bernama Buluhawar, Bukum. Mereka pun tinggal di kaki gunung kini bernama Sikeben yang berdekatan dengan Bandarbaru.
      Masih mencari tempat yang lebih nyaman, Karo kembali berpindah hingga tiba di kaki Gunung Barus. Meski pemandangan dan udara di tempat tersebut sangat disukai rombongannya, Karo tetap ingin mencari tempat lain yang mirip dengan tanah kelahirannya.
      Saat beristirahat di bawah pohon beringin, Karo mengutus anjing untuk menyusuri sungai yang kini disebut Sungai Lau Biang. Beruntung anjing itu kembali dengan selamat. Karo dan rombongan pun kembali melakukan perjalanan hingga tiba di daratan tinggi bernama Mulawari atau berseberangan dengan si Capah (Seberaya). Daratan tinggi kini ini sebut Tanah Karo.
      Pernikahan Putri Miansari-Karo dikaruniani tujuh anak. Anak pertama hingga keenam semuanya perempuan.
      1. Corah
      2. Unjuk
      3. Tekang
      4. Girik
      5. Pagit
      6. Jile
      7. Meherga
      Anak ketujuh berjenis kelamin laki-laki. Lantaran disebut sebagai penerus, anak ketujuh ini diberi nama Meherga (berharga)/Merga(mahal)
      Terciptanya Merga dari Suku Karo
      Lahir anak ketujuh Karo ini juga menjadi cikal bakal terciptanya merga di Suku Karo. Merga pun akhirnya menikah dengan anak Tarlon (saudara bungsu dari Miansari) bernama Cimata.
      Merga dan Cimata pun memiliki lima anak laki-laki yang namanya menjadi induk merga Suku Karo. Anak pertama yakni Karo (sebagai leluhur agar diingat para keturunannya). Anak keduanya yakni Ginting.
      Anak ketiga yakni Sembiring. Nama itu diambil kata kata Si Mbiring yang artinya hitam. Konon, Sembiring ini paling hitam di antara saudaranya. Anak ke empat Peranginangin. Dia diceritakan lhahir saat angin puting beliung. Sementara anak kelima atau bungsu diberi nama Tarigan.
      Itulah sejarah kenapa orang Karo tidak mau disebut orang Batak. Mereka tidak ingin menghapus sejarah leluhurnya hingga disebut suku Batak padahal mereka berbeda asal usul nenek moyang dan mereka telah membentuk identitas mereka yaitu" Suku Karo dgn Merga Silima" dgn salam Mejuah-juah.
      Dikutip dari website resmi Pemerintah Kabupaten Karo, berikut daftar 5 marga induk suku Karo atau Merga Silima beserta sub merganya.
      1. KARO-KARO:
      · Barus
      · Bukit
      · Gurusinga
      · Kaban
      · Kacaribu
      · Ketaren
      · Kemit
      · Jung
      · Purba
      · Sinulingga
      · Sinukaban
      · Sinubulan
      · Sinuraya
      · Sitepu
      · Sinuhaji
      · Surbakti
      · Samura
      · Sekali
      2. GINTING:
      · Ajartambun
      · Babo
      · Beras
      · Cabap
      · Gurupatih
      · Garamata
      · Jandibata
      · Jawak
      · Manik
      · Munte
      · Pase
      · Seragih
      · Suka
      · Sugihen
      · Sinusinga
      · Tumangger
      3. SEMBIRING:
      · Berahmana
      · Busuk
      · Depari
      · Colia
      · Keloko
      · Kembaren
      · Muham
      · Meliala
      · Maha
      · Bunuaji
      · Gurukinayan
      · Pandia
      · Keling
      · Pelawi
      · Pandebayang
      · Sinukapur
      · Sinulaki
      · Sinupayung
      · Tekang
      4. Perangin-angin
      · Bangun
      · Keliat
      · Kacinambun
      · Namohaji
      · Nano
      · Menjerang
      · Uwir
      · Pinem
      · Pancawan
      · Panggarun
      · Ulun Jandi
      · Laksa
      · Perbesi
      · Sukatendel
      · Singarimbun
      · Sinurat
      · Sebayang
      · Tanjung
      5. TARIGAN:
      · Bondong
      · Gana-gana
      · Gersang
      · Gerneng
      · Jampang
      · Purba
      · Pekan
      · Sibero
      · Tua
      · Tegur
      · Tambak
      · Tambun
      · Silangit
      · Tendang
      Suku Karo tak mengenal MARGA tapi MERGA yang berasal dari kata MEHERGA/ MERGA yang berarti mahal karena anak laki-laki itu penerus keluarga.Suku Karo punya MERGA SILIMA yaitu KARO-KARO,GINTING, SEMBIRING PERANGINANGIN dan TARIGAN dimana ada 2 merga berbeda atau mendapat pengecualian yaitu merga PERANGINANGIN boleh menikah sesama cabang merga PERANGINANGIN dan satu lagi merga SEMBIRING yang terbagi menjadi dua yaitu yang makan b1/anjing tidak boleh menikah sesama cabang merga SEMBIRING dan yang pantang makan b1/anjing boleh menikah sesama cabang merga SEMBIRING.
      Bujur ras mejuah-juah man kita kerina Kalak KARO tanpa embel-embel pembatak2kan dgn logika dan fakta 🙏

    • @herisatriasahputragurusinga
      @herisatriasahputragurusinga 19 วันที่ผ่านมา

      @@bangnurad9172 Suku KARO secara genetik:
      Berdasarkan DNA (ilmu genetika yang keabsahannya diakui oleh PBB) Suku Karo sudah mendiami Pulau Sumatera sejak 8.300 tahun lampau dan jauh sebelum Raja-raja Batak datang ke Pulau Sumatera dari sabang sampai lampung (berdasarkan genetika DNA ini mengartikan Suku Karo bukan suku batak dan bukan juga sub suku batak).
      Orang Karo terutama merupakan campuran dari 4 (empat) penutur bahasa, yaitu:
      1. Orang Negrito (Masa Mesolitik: 10.000 - 6.000 tahun lalu).
      2. Penutur Austroasiatik (Masa Neolitik: 6.000 - 2.000 tahun lalu).
      3. Penutur Austronesia (Masa Neolitik: 6.000 - 2.000 tahun lalu).
      4. Orang Tamil dari India Selatan (Masa periode tahun masehi).
      Di dalam DNA Karo (dan Gayo) ada ditemukan unsur: Negrito, Austroasiatik, Austronesia, dan Tamil, sehingga kesamaan inilah yang membuat Karo dan Gayo berkerabat sangat dekat.
      Sementara Orang Karo merupakan keturunan dari campuran Orang Negrito yang datang pada masa Mesolitik, penutur Austroasiatik dan penutur Austronesia yang datang pada masa Neolitik, serta Orang Tamil. Maka, jelas berbeda kedatangannya yang jauh lebih dulu kedatangan dari Orang Negrito, penutur Austroasiatik, dan penutur Austronesia dibanding Si Raja Batak yang diperkirakan datang sekitar 800 (+/- 200) tahun lalu.
      dikonfirmasi oleh hasil analisa DNA Orang Toba oleh Mark Lipson (2014:87) dengan menyimpulkan bahwa DNA Orang Toba terdiri dari: Austronesia 55%, Austroasiatik 25%, dan Negrito 20%. Maka, jelas bahwa Orang Toba bukan hanya Orang Taiwan (Austronesia+Austroasitik), tetapi campuran Orang Taiwan dan Orang Negrito. Orang Negrito sudah ada mendiami Humbang sebelum Si Raja Batak datang ke Sianjur Mula-mula di kaki Pusuk Buhit, Negeri Toba, sehingga pernyataan bahwa Sianjur Mula-mula merupakan awal persebaran manusia bukanlah fakta, melainkan hanyalah mitos.
      Orang Karo bukanlah Orang Taiwan seperti Si Raja Batak yang Orang Taiwan, melainkan campuran Negrito, Austroasiatik, Austronesia, dan Tamil. Oleh karena itu, dapat dipastikan bahwa Orang Karo bukan keturunan Si Raja Batak dari Sianjur Mula-mula. Orang Karo lebih dulu sampai di Tanah Karo yang sudah datang pada masa prasejarah daripada Si Raja Batak yang sampai di Sianjur Mula-mula sekitar 800 (+/- 200) tahun lalu, sehingga migrasi Orang Toba ke Tanah Karo tidak menjadikan Orang Karo menjadi keturunan Si Raja Batak dari Sianjur Mula-mula. Jelas bahwa tidak ada hubungan genealogis Si Raja Batak dengan Orang Karo, sementara bahasa Toba dan bahasa Karo termasuk ke dalam rumpun bahasa Austronesia. Akhirnya, pernyataan bahwa Orang Karo adalah keturunan Si Raja Batak dari Sianjur Mula-mula bukanlah fakta, melainkan hanyalah mitos!
      Kenapa orang Karo tidak mau disebut Batak.
      Dalam buku "Sejarah Pijer Podi, Adat Nggeluh Suku Karo Indonesia (1995)" karya Kol (Purn) Sempa Sitepu menuliskan dengan tegas jika Suku Karo bukan berasal dari si Raja Batak. Sehingga penyebutan Batak Karo jelas mengubah sejarah.
      Dalam penjelasannya, dia pun mencantumkan sisilan suku Karo yang dirangkum dari cerita para leluhurnya. Dituliskan jika leluhur etnis Karo dari India Selatan yang berbatasan Myanmar
      Dahulunya, ada seorang raja hidup dengan permaisurinya di seberang laut. Sang raja rupanya memiliki panglima bernama Karo yang merupakan orang keturunan India.
      sang raja mengatakan pada Panglima Karo ingin pergi ke lokasi baru untuk mendirikan kerajaan. Sang putri raja Si Miansari ikut serta. Miansari yang sudah menyimpan rasa kepada Karo memilih ikut rombongan dengan pasukan yang dipimpin sang panglima.
      Pasukan pun berlayar hingga tiba di Pulau Pinang. Konon mereka tinggal beberapa bulan di pulau itu hingga sang Raja kepincut dengan pulau yang lebih luas di sebelah selatan.
      Dengan semangat raja pun akhirnya meminta pasukan bersiap untuk menyeberang. Nahas, di tengah laut, mereka diterjang ombak besar hingga pasukan terpencar. Beruntung putri Miansari dengan rombongan Panglima Karo terdampar. Sementara keberadaan sang raja tak diketahui. akhirnya
      Putri Miansari dengan Panglima Karo pun sepakat pergi dengan membawa dua dayang dan tiga pengawal. Dalam pencarian tempat baru itu, akhirnya Miansari dan panglima menikah. Rombongan pun akhirnya tiba di pulau Perca (Sumatera). Saat ini, tempat tersebut dinamakan Belawan.
      Masih belum ingin menetap, rombongan pun menelusuri aliran sungai hingga tiba di tempat yang kini dinamakan Durin Tani. Di tepat itu diketahui ada gua yang disebut gua Umang. Dianggap tak aman, Panglima Karo dengan rombongan pergi hingga sampai ke tempat bernama Buluhawar, Bukum. Mereka pun tinggal di kaki gunung kini bernama Sikeben yang berdekatan dengan Bandarbaru.
      Masih mencari tempat yang lebih nyaman, Karo kembali berpindah hingga tiba di kaki Gunung Barus. Meski pemandangan dan udara di tempat tersebut sangat disukai rombongannya, Karo tetap ingin mencari tempat lain yang mirip dengan tanah kelahirannya.
      Saat beristirahat di bawah pohon beringin, Karo mengutus anjing untuk menyusuri sungai yang kini disebut Sungai Lau Biang. Beruntung anjing itu kembali dengan selamat. Karo dan rombongan pun kembali melakukan perjalanan hingga tiba di daratan tinggi bernama Mulawari atau berseberangan dengan si Capah (Seberaya). Daratan tinggi kini ini sebut Tanah Karo.
      Pernikahan Putri Miansari-Karo dikaruniani tujuh anak. Anak pertama hingga keenam semuanya perempuan.
      1. Corah
      2. Unjuk
      3. Tekang
      4. Girik
      5. Pagit
      6. Jile
      7. Meherga
      Anak ketujuh berjenis kelamin laki-laki. Lantaran disebut sebagai penerus, anak ketujuh ini diberi nama Meherga (berharga)/Merga(mahal)
      Terciptanya Merga dari Suku Karo
      Lahir anak ketujuh Karo ini juga menjadi cikal bakal terciptanya merga di Suku Karo. Merga pun akhirnya menikah dengan anak Tarlon (saudara bungsu dari Miansari) bernama Cimata.
      Merga dan Cimata pun memiliki lima anak laki-laki yang namanya menjadi induk merga Suku Karo. Anak pertama yakni Karo (sebagai leluhur agar diingat para keturunannya). Anak keduanya yakni Ginting.
      Anak ketiga yakni Sembiring. Nama itu diambil kata kata Si Mbiring yang artinya hitam. Konon, Sembiring ini paling hitam di antara saudaranya. Anak ke empat Peranginangin. Dia diceritakan lhahir saat angin puting beliung. Sementara anak kelima atau bungsu diberi nama Tarigan.
      Itulah sejarah kenapa orang Karo tidak mau disebut orang Batak. Mereka tidak ingin menghapus sejarah leluhurnya hingga disebut suku Batak padahal mereka berbeda asal usul nenek moyang dan mereka telah membentuk identitas mereka yaitu" Suku Karo dgn Merga Silima" dgn salam Mejuah-juah.
      Dikutip dari website resmi Pemerintah Kabupaten Karo, berikut daftar 5 marga induk suku Karo atau Merga Silima beserta sub merganya.
      1. KARO-KARO:
      · Barus
      · Bukit
      · Gurusinga
      · Kaban
      · Kacaribu
      · Ketaren
      · Kemit
      · Jung
      · Purba
      · Sinulingga
      · Sinukaban
      · Sinubulan
      · Sinuraya
      · Sitepu
      · Sinuhaji
      · Surbakti
      · Samura
      · Sekali
      2. GINTING:
      · Ajartambun
      · Babo
      · Beras
      · Cabap
      · Gurupatih
      · Garamata
      · Jandibata
      · Jawak
      · Manik
      · Munte
      · Pase
      · Seragih
      · Suka
      · Sugihen
      · Sinusinga
      · Tumangger
      3. SEMBIRING:
      · Berahmana
      · Busuk
      · Depari
      · Colia
      · Keloko
      · Kembaren
      · Muham
      · Meliala
      · Maha
      · Bunuaji
      · Gurukinayan
      · Pandia
      · Keling
      · Pelawi
      · Pandebayang
      · Sinukapur
      · Sinulaki
      · Sinupayung
      · Tekang
      4. Perangin-angin
      · Bangun
      · Keliat
      · Kacinambun
      · Namohaji
      · Nano
      · Menjerang
      · Uwir
      · Pinem
      · Pancawan
      · Panggarun
      · Ulun Jandi
      · Laksa
      · Perbesi
      · Sukatendel
      · Singarimbun
      · Sinurat
      · Sebayang
      · Tanjung
      5. TARIGAN:
      · Bondong
      · Gana-gana
      · Gersang
      · Gerneng
      · Jampang
      · Purba
      · Pekan
      · Sibero
      · Tua
      · Tegur
      · Tambak
      · Tambun
      · Silangit
      · Tendang
      Suku Karo tak mengenal MARGA tapi MERGA yang berasal dari kata MEHERGA/ MERGA yang berarti mahal karena anak laki-laki itu penerus keluarga.Suku Karo punya MERGA SILIMA yaitu KARO-KARO,GINTING, SEMBIRING PERANGINANGIN dan TARIGAN dimana ada 2 merga berbeda atau mendapat pengecualian yaitu merga PERANGINANGIN boleh menikah sesama cabang merga PERANGINANGIN dan satu lagi merga SEMBIRING yang terbagi menjadi dua yaitu yang makan b1/anjing tidak boleh menikah sesama cabang merga SEMBIRING dan yang pantang makan b1/anjing boleh menikah sesama cabang merga SEMBIRING.
      Bujur ras mejuah-juah man kita kerina Kalak KARO tanpa embel-embel pembatak2kan dgn logika dan fakta 🙏

  • @bgjoe2439
    @bgjoe2439 18 วันที่ผ่านมา

    mntp

  • @TinusBang
    @TinusBang 2 หลายเดือนก่อน

    Horas kita semuan

  • @RopendusSinaga
    @RopendusSinaga 3 หลายเดือนก่อน

    Baen damangjo Gondang mula mula g.somba dohot g.liat

  • @LiaastriNengsih
    @LiaastriNengsih 8 วันที่ผ่านมา

    Mantap betul bos ❤❤❤❤

  • @BuktiSilaban
    @BuktiSilaban 2 หลายเดือนก่อน

    boasa dangadongbe karaoke na lae

  • @JHONPASARIBUMUSIK
    @JHONPASARIBUMUSIK 2 หลายเดือนก่อน

    Mantap🎉🎉🎉🎉

  • @tinahang6888
    @tinahang6888 2 หลายเดือนก่อน

    Good🎉 & Love ❤

  • @andreassubekti1374
    @andreassubekti1374 2 หลายเดือนก่อน

    mantul 👍👍

  • @esmanikmanik7004
    @esmanikmanik7004 3 หลายเดือนก่อน

    Horas bangso Batak

  • @MarkusMarbun-n8m
    @MarkusMarbun-n8m 2 หลายเดือนก่อน

    😂,,

  • @TinusBang
    @TinusBang 2 หลายเดือนก่อน +1

    Mantap lagu gondang bataknya 🎉

  • @yusrasahab2172
    @yusrasahab2172 17 วันที่ผ่านมา

    Saya orang Aceh sangat suka dengar tor tor Batak lestarikan trus seragaman eknis indonesia❤❤

  • @MeriAty-z6y
    @MeriAty-z6y หลายเดือนก่อน +1

    Mangurdot urdot langsung molo mangkuling gondang i. Lanjut ayo mari senang senangkan hati ❤❤❤. Trimksh