Terima kasih Bung Helmy yang peduli dengan bisnis anak muda, startup bisnis baru. Ada salah satu mahasiswa Indo, namanya Thadeo (sukses dengan bisnis startup nya diluar negeri), tolong diundang supaya kita bisa meniru apa saja sarana&prasarana yg diperlukan serta cara untuk mengatasi kendalanya. Kalo beliau masih di luar negeri bisa dengan zoom untuk undang dalam podcast ini. salam hormat 🙏
Karena anak muda skrg terlalu sombong! Merasa dirinya paling hebat seperti tdk butuh lagi org lain. Kesombongan adalah pintu awal menuju kehancuran! Jadi jika mau sukses, buang dulu rasa sombong kalian juga gengsi kalian.
Menurut pengamatan saya, yang sering dilupakan pendiri start up adalah pembayaran reward kepada kontributor yang sering tidak wajar dengan menganggap mereka sebagai karyawan yang cukup dibayar gaji di atas umr. Padahal kontributor penting yang menghasilkan value besar apalagi setelah IPO dan masuknya modal publik. Modal publik dan kenaikan value saham, seakan milik pendiri dan melupakan kontributor, akhirnya kontributor meninggalkan perusahaan atau dibajak.
Kadang anak muda yg idealis nya tinggi tidak mau mendengar senior, bisa dibilang tidak ulet, jadi tidak berbakat menjadi org sukses, dan seandainya sukses cepat dg idealis tinggi ini, suatu saat pasti takabur, bisa lihat spt indra kenz, dan sejenis nya, jadi nasehat dari pa helmy cukup baik, agar anak muda nanti sukses pun tidak takabur, karena mereka pun butuh org lain dlm hidup ini, termasuk golongan miskin pun, tetap bisa dihargai, selama punya niat baik dlm hidup apalagi yg lebih tua.
Saya setuju dengan pak helmy. Kadangkala anak muda susah sekali merendahkan hati pada orang tua. Malah berani mengajarkan ke orangtua untuk dapat mengerti keadaan anak muda itu. Tidak ada rasa hormat tapi ada rasa kesombongan. Saya geleng2 saja. Mungkin karena sudah tua, berdebatan yg didasari rasa marah dan keegoisan bagi saya tidak perlu dihadapi lagi karena sia-sia dan buang-buang waktu saja. Kebetulan saya dosen dari universitas swasta, saya baru menemukan 1 kelas seperti ini. Hanya 1 kelas dari semua kelas-kelas yg saya ajarkan. Berarti sebagian kecil saja anak-anak muda yg berkelakuan seperti ini.
benar, 1.mereka paham dunia sudah berubah. 2.mereka paham tekhnologi. 3.mereka paham perkembangan jaman. 4.mereka merasa lebih tau dari orang tua. 5.mereka menganggap orang tua udah ketinggalan jaman. 6.mereka menganggap bisnis orang tua cm sekedar beli kemudian dijual ditoko.sementara anak muda lebih tau cara jualan dg cara lewat internet dll.
@@kimjongun007 tapi mereka lupa bahwa matahari terbit dari timur ke barat, dunia itu tetap berputar, bulan berotasi dan berevolusi. Semua ada masa nya, walau dunia berubah ada "value" yang tidak berubah dalam tatanan sosial kemanusiaan, nantinya mereka akan menuai sendiri apa yang mereka tabur. Bisnis sekali lagi walau jual di internet dll dll dll tetap saja barang tidak bisa hilang dengan sendirinya dan terbang ke customer gitu aja, bisnis tetap bisnis, pergerakan barang tetap ada, harga ngga bisa boong, mau paling murah yaa ngga ada barang dijual harga murah kalo akses mudah. Barang paling murah tidak pake online, alias barang distributar punya "jalur permainan sendiri", mereka cuma baru tau puncak dari gunung es dalam konteks ekonomi belum ke bottom nya, aspek2 detail lainnya. Jadi yaaaa biasa, anak muda sepintar2nya baik dari vision, rekam jejak dan pengalaman tidak sebanyak senior2 yang sudah 30-40 tahun atau lebih dalam bidangnya. Mereka ide banyak dan pintar, tapi itu teori dan visi, dilapangan tidak demikian bermainnya. Teori ilmu dan ide boleh fresh, tapi "permainan" belum tentu sama.
Keren Om helmy. Saya suka dari awal kuis siapa berani. Sampai om helmy menjadi salah satu public speaker terkenal di Indonesia setelah kakaknya om tantowi dan chocky sitohang. Semoga konten - konten om selalu ada hingga 10 tahun ke depan. Karena isinya daging semua. Cocok om helmy disebut bapak Komunikasi Indonesia.
Sebenarnya *START-UP* itu bukan kata2 baru saja, tapi fenomenanya sudah sejak era *TECH BOOM* masa2 1990-2000an dimana Google, Amazon, Microsoft, APPLE dll ,secara persentase memang kecil yang bisa *SURVIVE* cuma secara *GROWTH* memang melampaui *OLD ECONOMY* 👈
Sekedar share... Yg dibicarakan pak Helmy benar... Kalo boleh sy menambahkan dari pengamatan dan pengalaman sy, masalah bnyk startup gagal bukan hanya masalah mentor saja ataupun mrk sudah sekolah tinggi, meskipun mrk punya ide ide yg super duper cermelang... Nurut sy, bnyk yg gagal krn pada dasarnya mrk punya ide, mrk punya pendanaan dan lain lainnya, tapi mrk tdk atau belom mengerti apa itu dunia bisnis seutuhnya, mrk hanya punya ide yg dianggap hebat, mrk lupa apa itu pundi2 uang dtng dari mana?? Mrk belom mengerti apa itu cost, mrk belum mengerti cost berbanding income, ini diperburuk dari cara berpikir para pembimbing startup ato mungkin VC atau para investor2 lainnya, dimana yg mrk selalu tekankan bakar uang utk mendapatkan market, bakar uang saja dulu... Sy bukan anti bakar uang, krn nurut sy bakar uang juga salah satu yg hrs dilakukan, yg jadi masalah para startup2 ini tidak diajarkan atau tidak ditekankan dimana pundi2 uang mrk akan dtng. Krn nurut sy, satu startup yg sehat ato bisa sehat kalo dari awal sdh bisa tahu dimana pundi2 uangnya akan dtng dan adalah sesuatu yg baik kalo dari pundi2 uang tersebut sudah bisa menunjang jalannya perusahaan itu (istilah sy belon ada investor perusahaan ud bisa jln, kalo kadang2 nombok ya ok ok aja asal kita tahu kenapa nomboknya, sudah tdk asing kalo perusahaan baru ada rugi2 diawal.... Yg paling penting bukan total bisnisnya rugi dan ruginya beruntun dan kalo bisa dpt investor berarti dapat jackpot dan tinggal melejit saja) Dan belom lagi bnyk dari VC atau investor mrk "mengharamkan" kalo startup company itu diisi oleh orng yg berumur (tua), dimana sebagian alesannya dibilang uda tua, uda ngak laku utk dijual lagi 😁, atau menganggap orng yg tua pasti ketinggalan dgn yg muda2... Yes ini ada benarnya, tapi bukan berarti bener sepenuhnya, seperti yg pak Helmy ada bilang orng yg tua lebih ada pengalaman (kita bicara orng tua yg memang sudah punya bisnis dan tahu gimana menjalankan bisnis yg baik) Padahal hal yg paling penting dari 1 perusahaan bisa berhasil bukan hanya dari ide2 cemerlang atau apapun istilah dunia startup skrng ini. Salah satu masalah yg penting adalah pengaturan cost berbanding income, ini bisa dilihat brp bnyk karyawan yg mrk punya dan brp besar gaji2 yg diberikan, salah satunya sudah bukan rahasia umum kalo skrng gaji para programmer ato orng it sudah tdk wajar krn kita sudah sering lihat hal hal bajak membajak staff dimana salah satu senjatanya, ya iming2 gaji lbh besar dan fasilitas lbh besar, sekali lagi banyak dari mrk tdk menekankan dari awal dari mana pundi2 uang itu akan dtng... Yg terjadi skrng ini kebanyakan berpikir besarin dulu marketnya, bakar uang utk promo promo atau apapun namanya itu biar bisa dapat market yg besar (biar market value jadi besar), urusan income nanti akan atau baru dipikirin... Mangkanya pada saat situasi seperti skrng ini, baru para startup panik n bingung krn dana investor2 nya pada stop dan cost nya sdh sangat besar sehingga terjadi hal2 yg skrng lagi trend, pecatin karyawan la... Iritin sana sini ato yg paling extrem ya tutup. Ada sedikit catatan yg lucu dari para VC atau investor ini juga, mrk dengan gampangnya bilang, oooiiii krn situasi tdk baik, dana skrng distop, lakukan pengiritan, skrng buat pundi2 income sendiri... Nah pertanyaannya lagi... Selama ini ngapain aja para VC atau investor??? Mrk jugakan yg selalu mengajarkan mrk bakar duit terus, mrk juga kan yg selalu mengajarkan atau memberikan masukan agar selalu memperbesar market, buat packaging atau bisnis model yg bisa cari customer sebanyak banyaknya, sdh bukan hal aneh selama ini kita selalu melihat bagaimana para perusahaan startup bakar bakar uang, mulai dari startup yg belom besar tapi sdh dapat pendanaan sampai startup yg sudah super duper besar... Ato dibilang unicorn atau corn corn lainnya... Sdh tidak asing kalo startup yg sdh super duper besar itu bnyk dari mrk sanpai skrng masih rugi... Mrk bisa hidup krn masih ada pendanaan... Kita juga bisa lihat bagaimana skrng bnyk dari perusahaan super duper besar tersebut yg tiba2 diproduknya mengeluarkan biaya2 aneh yg nota bene dari awal tdk ada, misalnya kita bisa lihat kalo ada perusahaan startup yg tiba2 customer dikenakan biaya pemakaian aplikasi... Atau biaya lain apapun namanya itu... Ini sich sah sah saja, tapi alangkah baiknya kalo cara2 mendapatkan pundi2 uangnya telah dilakukan dari awal... Semoga bermanfaat, kalau ada kata sy yg kurang berkenan mohon dimaafkan 🙏🏽 Sekedar tambahan, dunia bisnis digital apapun namanya itu, basiknya dalam nenjalankan usahanya adalah sama dengan offline, yg beda hanya istilah2 yg dipakai dan marketnya Jauh2 lebih besar dan jauh2 lebih cepat. Jadi pakailah prinsip2 offline dlm nenjalankan bisnis didunia digitalnya....
Bener bgt tuh.. itu di prus gw yg skrg. Bikin2 ide ini itu sumber pendapatannya ga dipikirin, financial projectionnya gatau bikinnya gmn. Gak dipikirin jg research demand marketnya. Pusying
sangat related sekali dengan keadaan skarang yg terjadi oom helmi....bagaimana suatu kebudayaan dalam lingkup kerja di paksa berubah oleh zaman. banyak budaya perusahaan yg berubah ketika generasi baru muncul ....terimaksaih bung helmi...
sebagai karyawan decacorn yang hampir 3 tahun lebih di dunia startup saya mau berpendapat, sebelumnya saya bekerja di perusahaan minuman paling terkenal di dunia, memang betul semua yang dikatakan oleh pak helmy. terasa betul disini kurangnya hormat sama yang senior, dan yang sering saya bingungkan, kenapa harus ambil orang orang luar untuk di posisi top level, padahal saya yakin talenta lokal yang lebih relate dan kompeten banyak. dan yang paling penting juga rata rata startup itu hanya memodifikasi dari yang ada dan didorong oleh promo untuk menaikan growth, tidak punya intellectual property yang pure.
Masalah attitude itu memang kurang untuk anak2 pintar lulusan kampus terbaik kecuali yg didikan langsung dari orangtuanya baik. Tapi kalo mereka kerja di perusahaan agak mendingan karena takut dipecat atau segan sama atasan, berhubung itu usaha sendiri dan merasa jadi bos jadi bebas semaunya. Soal orang luar, itu terkait dana/modal karena di negara kita bisnis ini tidak disupport langsung modalnya dari pemerintah sedangkan sumber dana mayoritas berasal dari pihak asing. Contoh: kalo mau jujur barang yg dijual oleh Tokopedia, Lazada, Shopee dsb pasti mayoritas dari luar negeri karena pasar bebas dan mereka punya modal.
@@ronaldalex3612 Ya memang, bisnis di indonesia sepaling kayanya orang di indonesia aja duitnya ngga bisa menyaingi kapitalisasi dari investor2 asing di tokped dkk. Realitanya memang ekonomi indonesia itu sizenya kecil dibanding. Jadi kalo ngomongin adu kuat "dompet" pengusaha indonesia ngga akan mungkin bisa bersaing dengan investor asing jika cuma adu kuat duit. Yang bisa dilakukan adalah yaa mau ngga mau kita memang bergantung asing untuk hidup, karena jumlah pengusaha indonesia aja sedikit sekali, sedangkan kita ada 275juta jiwa. Maka asing mengambil peran untuk dapet "kue" potensial dari 275 juta jiwa, setidaknya asing realisasi investasi real di dalam negeri, bangun pabrik dll. Bukan DIRECT INVESTMEN, yang cuma modal duit tok. Tapi memperkerjakan orang2 di indonesia.
Saya menduga, barangkali mereka gagal karena mereka kesulitan untuk menemukan sosok (senior atau orang tua) yang layak untuk dijadikan sebagai seorang advisor (fellow) yang mengerti secara amat sangat mendalam aspek teknis dan juga aspek manajemen dari bisnis mereka, seperti yang kerap dilakukan oleh Tech Giants ketika masih merangkak. Contoh: Google punya Jeff Dean dan Sanjay Ghemawatt. Meta punya Yann LeCun. 😁
Karena yg dipikirin bukan profit tapi growth. Coba sebutkan startup yg mikirin profit? Pasti ga setuju vc, karena mereka ga bisa goreng valuasi. Karena ga setuju akhirnya manajemen harus mikirin bisnis nya bisa growth 100x 1000x lipat dari seharusnya. Mikir bolak balik dah. Sekarang kita sudah tau seberapa rugi nya GOTO, BUKA. Padahal dengan growth yg megah, coba bayangin startup kecil disuruh growth gila2an dalam YoY kalo ga, ga bisa diinvest.
Karena masi banyak org kaya yg seolah niat bantu. Padahal masi cari cuan dr jual seminar². Padahal isi seminar ny ya teori2 aja dan cmn deger cerita. Yg utama klo bos2 pengusaha ngajak maju rakyat d bawah jangan cuman teori. Tapi praktek bersama.
Semua bisnis bisa saja gagal, bisa bangkrut, bisa tutup. Apalagi bisnis yang dirintis dan didirikan oleh perseorangan. BUMN kita aja, yang berbisnis dengan jutaan "keistimewaan" yang diberikan oleh negara aja bisa rugi, bisa bangkrut. Padahal mereka "diproteksi" dengan macam macam peraturan, macam macam undang undang, diberi akses suntikan modal "tak terbatas" ketika kesulitan keuangan, beberapa usaha "tanpa pesaing," kalaupun ada, pesaing tdk punya "kekuatan" yg sepadan, dan produk usaha yg selalu dibayar cash oleh konsumen tidak dihutang.
BISNIS SMARTPHONE DAN MOBIL LISTRIK INDONESIA AKAN BERJAYA DENGAN TEKNOLOGI KUANTUM KOMPUTER RAKITAN SAYA! Indonesia akan memiliki kualitas produk dan kekuatan branding yang sangat tinggi dengan program inovasi tingkat tinggi. Bagaimana tidak?! Dengan inovasi tingkat tinggi yang dibalut dengan teknologi komputasi tinggi maka produk teknologi Negeri akan mudah berekspansi ke seluruh penjuru Bumi. Di tengah persaingan harga produk smartphone dan mobil listrik yang begitu keji, tidak ada jalan lain untuk memajukan industri smartphone dan mobil listrik Negeri kecuali dengan independensi sains dan teknologi!
Kenapa banyak yg gagal? Founder founder yg delusi luar biasa. Bisnis yg dibangun tanpa memecahkan masalah yang real ada di masyarakat. Kebanyakan cuma bangun apps tapi apps nya kualitas sampah asal jadi yg penting dapet user, yg penting “digital 4.0” Indikator indikator bisnis yang dibuat buat cuma untuk bacot menjilat investor, padahal profit 0 besar! bahkan minus!
Salam hormat pak Helmy. Saya kira kelemahan kita cuma dua pak. Rasa bangga sebagai Bangsa (Nasionalisme) sudah tipis. Perlu Police dan bahkan Law Inforcement untuk membangkitkan Nasionalisme agar semua bangga pakai produk dalam negeri. Yang kedua, masyarakat terlalu miskin untuk memperhatikan orang lain. Terima kasih pak.
Anak skrg seringkali bermasalah dg cara bicaranya khususnya kpd org yg lebih tua. Gaya bahasa yg digunakan seringkali "kurang pas" , gk jarang bikin org yg denger geleng². Kurang mau mendengar & mencari tahu. Maunya jawaban instan.
Mereka ide banyak dan pintar, tapi dilapangan kadang tidak demikian bermainnya. Teori ilmu dan ide boleh fresh, tapi gaya "permainan" belum tentu sama. Karena ujungnya bisnis is about trust, ada aspek sosial didalamnya, ada intimacy didalamnya, kalau itu saja sulit gimana bisa berdagang. Karena berdagang bukan soal teori, ilmu, konsep, ide2 baru dll, tapi komunikasi. Kalo komunikasi saja buruk gimana mau berbisnis.
mestinya start up itu pakai crypto, karena native ud transparan gcg Good governance Clean Government, ud bnyk kan stable coin sekarang klo takut volatile ...so, jangan vc yg mengada2 kasi valuasi ujung2 nya ide dicuri & founders disingkirin, jangan ipo saham lebih megada2 lg 'main' insiders nya, trus masih manual audit itung ulang settle ulang, banyk insider nya n digelapin..klo otomasi malah dimarkup beli software nya, rental virtualisasi nya dll ujung2nya ga ada dana lg buat sayembara bounty hunter klo mau minimalisasi amit2 hack kan klo digital
Ini topiknya menarik, kita lihat Mas "Menteri" Nadiem dimana beliau sangat sukses di Gojek, tetapi sayangnya tidak ada putra bangsa lain yang menyamai beliau dengan bisnis startup nya padahal proyek codingnya yang digadang2 bisa menopang bisnis tsb. Lebih sayang lagi ternyata Mas Menteri tidak berhasil merubah secara signifikan sistem pendidikan di RI, mestinya minimal rangking universitas jadi naik dan digunakan bahasa Inggris untuk sehari2 bagi semua sekolah terutama di kota besar.
Mas menteri sebenernya bisa berhasil kalau para bawahan smp guru2 dilapangan merasa mereka PNS. Jd mereka ga takut kena PHK kalau nggak menjalankan dan mengikuti program yg Menteri Pendidikan berikan.. Seandainya semua tenaga pendidikan adalah karyawan yg dibawah langsung menteri pendidikan bukan menteri dalam negeri. Atau semua tenaga guru dibayar profesional seperti dokter dan pilot. Pasti nurut dan patuh sehingga mudah mas menteri menyampaikan maksud dan tujuan dr reformasi yg dia lakukan.
@@Windshearahead Betul sekali, apalagi sudah jadi profesor pasti sulit diatur, bukannya bantu program beliau malah ada rektor yg kampusnya dibuat bisnis dengan terima uang suap untuk masuk universitas.
lesson learning mau sehabat apapun kita buat produk, apa lagi pada masa startup banyak yg menglorifikasi "kita perusahaan teknologi" seolah2 sebuah aliran paham bisnis baru, padahal pada prakternya sama saja seperti konvesional. Begitu cara pikir anak muda, mau hasil instant tapi tidak memahami esensi dari berbisnis itu sendiri. Akhirnya mereka berlomba2 menghalalkan segala cara untuk mencapai nilai kejayaan yang semu. Banyak kok anak startup yg memanipulasi data aplikasinya tuh banyak di gunakan masyarakat, supaya dapat pendanaan berseries2.. pas di ujung, ketauan deh bobroknya. saya pelaku startup dari tahun 2017 yang gak mengejar pendanaan semu.
Startup digital d Israel maju2, tp di Israel budaya hormat ke senior/orang tua itu sangat2 super sekali dalam segala aspek, termasuk Digital Startup. Budaya Yahudi, umur 30an awal masih belum boleh berbicara di depan publik, cek aja d Alkitab, apa ada tertulis kisah hidup Yesus dr remaja belasan tahun hingga umur 30? Ngga ada. Yesus waktu melakukan mukjizat pertamanya, merubah air menjadi anggur bilang ke Bundanya, "Saat-Ku belum tiba", tapi tetap dilakukan juga oleh Yesus. Budaya Yahudi jg mirip Jepang, soal karir itu panjaaaang tahapnya, senior pasti nempel ketat, anak muda Indonesia pasti akan menganggapnya sangat membosankan. Klo diaplikasikan d Indonesia apa bisa? Apalagi sampai harus melakukan Ojigi, membungkuk ke Senior/orang yg lebih tua.
Biar kesannya hebat, bro. Org kaya lama jg ga jujur gmn mrk mendapatkan kekayaannya. Kl bacotnya, kerja keras, networking, open minded. Mrk ga info hal2 "hitam" di belakangnya. Mis. siapa yg hrs diapproach, brp biaya utk approach, bagaimana menghindari tax. Krn itu jg menjadi jalan mereka menuju sukses!
Jd problmenya lbh ke EGO. Ini masalah klasik orang yg cepat kaya, EGO nya tinggi. Ada yg akhirnya nyadar, ada jg yg tambah parah. Kl yg tua egonya biasanya mengorbankan yg muda makanya yg muda jd males liat generasi tua. Yg muda sok tau ga mo diajarin, merasa udah tau banyak hal. Gitu aja terus sampe kesandung.
Hampir semua start-up dilepas begitu saja oleh para pemodal. Ibaratnya, seorang murid baru belajar membawa pesawat terbang, langsung dilepas untuk menerbangkan Boeing 747, pasti crash lah! Menurut saya, para start-up sekarang harus menahan diri. Memang benar, intuisi seorang start-up apalagi kalau dari generasi millenial, kreatifitasnya melesat kencang seperti pesawat antariksa. Tapi tetap, start-up ini perlu ada mentor untuk mengendalikan situasi. Contoh yang ekstrim ya, untuk apa dibuka 700 store Kopi Kenangan? Harga Kopi Kenangan yang Mantan dengan ukuran regular Rp 18.000. Apa semua anak millenial minat beli Kopi Kenangan? Banyak store Kopi Kenangan gulung tikar karena perencanaan yang tidak matang. Jadi hati-hati dengan perencanaan bisnis makro.
Bukan salah anak muda yg tidak menghargai orang2 tua....hanya yg tua2 juga tidak melihat seklilingnya...terjun kelapangan....terjun lapaangan cuma pas kampanye
Kenapa startup banyak yang "fail"? ya simpel aja, judulnya aja startup jadi ini masih ide awal dan coba di terapkan. Pembuktiannya adalah dilapangan, segala teori, konsep dan lain2 itu apakah diterima masyarakat, cocok dengan masyarakat dan menyelesaikan permasalahan yang ada tanpa membuat masalah krusial. Disrupsi itu keniscayaan tapi apakah disrupsi itu mengarah ke efisiensi, kompetisi atau malah menimbulkan masalah yang masif. Jadi ga heran jika banyak startup yang fail, ntah masalah manajeman, atau pendanaan. Atauuu memang idenya dan konsepnya tidak cocok diterapkan di masyarakat. Atauuu masalah komunikasi yang jelek. Sekali lagi ini bukan soal bisnis saja, tapi manajemen, komunikasi dan respect. Bisnis bukan melulu ide teori dan konsep2 jumpalitan. Tapi kalo "ngobrol" aja udah ga asik gimana mau ngomongin bisnis, kalo sikap aja udah "jumawa" gimana mau ngomongin bisnis triliunan?
Bagaimana gak gagal... org cm jual mimpi doank. fundamentalnya gak kuat. tujuannya valuasi doank, not real business.. paper financing. poles cantik dpt investor atau masuk IPO...abis itu stuck dah. Regulator nya pun lemah gak serius mengawasi... yg jelas banyak korban karyawan yg di PHK.
Start up indo selalu cari karyawan lulusan luar angkasa dn fresh graduate Agak males rekrut praktisi yg sudah berpengalaman, mereka lupa ketika ada anak muda gelarnya tinggi, artinya jam terbang di real sektor sangat minim
dari awal jauh sebelum pandemi jg emang statistik dari startup school 95%startup gagal sama seperti bisnis pada umumnya, hanya saja startup kelihatannya lebih menjadi sorotan karena berbagai faktor; trend, pandemi, bakar uang , mendisrupsi pemain lama, usia muda founder dll..
Start up. Kumpulan orang2 snobbish (super sombong) yang berasumsi bahwa masalah di dunia ini hanya akan selesai dengan teknologi semata. Eh, padahal modalnya ngutang dari bank. Begitu BI menaikkan suku bunga, start2 up pada bangkrut. Bayar bunga hutangnya meroket. Akhirnya Karyawan2 nya pada di PHK.
maaf masalahnya terbalik..kadang yang "tua" ego nya malah tinggi...ga cocok ditempatkan posisi strategis..bisa fatal itu.. contoh "kebutaan akan industri digital" mentri jhony g plate yang secara brutal memblokir situs2 vital dalam industri kreatif..dengan dalih kedaulatan digital...jelas2 sangat sangat merugikan dan jelas2 buta akan teknology digital. dengan perspektifnya kominfo YANG mayoritas dihuni pegawai berumur...mereka dengan congkak ingin membuat search engine pengganti google yaitu gatot kaca(berapa triliun tuh biayanya)....lucu, sekelas bing aja susah menggantikan google.. DAN SUSAH DIKASIH TAU PAK....yang tua juga jangan terlalu tinggi egonya, salah keputusan tanpa update informasi dan riset..bisa ancur tuh perusahaan bahkan negara.
Pak Helmi sepertinya merasa banyak anak muda kaum millenials yg tengil 😆😂| Memang ada sedikit hal yg beda cara mencari ilmu dulu dan sekarang, dulu pasti ada guru atau pembimbing, tapi lihat sekarang ada google, youtube dan sarana belajar daring lainnya. Mungkin hal ini yg membuat kaum millenials merasa mereka pinter tanpa bantuan orang lain, oh ya tadi pak Helmi bilang tentang jaringan, jangan salah anak muda juga merasa bisa membangun jaringan dari dunia maya 😁tapi walau begitu aku setuju kolaborasi itu sangat perlu
Menurut saya program digital gagal karena ,,contoh toped2 dll iklan2 pake publik figur muka2 orang luar negeri,,boro2 mereka ngerti cara pake tuh aplikasi,,,juga iklan2nya pake artis2 terkenal walau ga salah,,,,cuma katanya mau dukung umkm,,,,,harusnya iklan2 pake wajah2 orang2 lokal perwilayah ...agar asumsi masyarakat sekitar perwilayah liat,,,wihh si anu hebat ..pake digitalisasi....
network tu hanya mirip genk alias cyrcle kelihat halus tp toksik n potensi KKN+korup sangat tinggi, potensi harga jual mahal, potensi akal2an produk terjadi seperti kejadian telkomsel suruh beli anti scam...gen millenial n gen z memilih utnuk mengakhiri gaya kolonial bukan merawat... makanya berpangku pada quantity ato quality ato pemasaran ato pengorbanan financial untuk masuk ke market supaya di kenal...seperti tu lah butuh pengeorbanan besar... tp pebisnis gaya kolonial ga mau pengorbanan tp langsung hasil tinggi tanpa pengorbanan financial...beda ketika pandemi n setelah perang..statrup memahami investor ga mau bakar uang..tp hasilnya akan tetep sama klo PHK n cari kerja susah karena ga ada uang yg di puter ..mentok puternya di bisnis2 para monopoli pangan, internet, sandang, papan yg jelas bisnis gagal tu karena daya beli masyarakat turun, masyarakat gak ngerti kebutuhan n produk. Tp yg banyak di tau para konsumen seperti hanya bayar cicilan rumah mobil montor-makan-minum-baju-sepatu-tagihan listrik-tagihan CC-tagihanPAM-bensi-pulsa biar nohp tetep aktif-quota internetan buat nonton yutub n sosmed an...selain yg td tu hanya kebutuhan tambahan...nha para pengusaha n startup klo usaha produknya di luar td masuknya pada konsumen hanya tambahan jd jangan harap lebih klo penjualan meningkat krn blm lagi ada perusahaan saingan yg colong mencolong ide+solusi..nhi riset mahal lho
@@bangkokom betul jadi fenomena startup gagal, ya normal aja, apalagi mereka yg buat startup rata2 baru memulai bisnis. Tidak usah terlalu mendewakan startup, roda perekonomian Indonesia itu penggerak utamanya UMKM
(1):5 atau 6 bln lalu brita=star up di +62 terancam bnyk yg di ujung tanduk. (2):lalu -+1 bln lalu muncul berita baru=-+336 star up di +62 dpt kucuran modal dr pemret. (3):lalu muncul berita baru baru ini di +62=bnyk star up di +62 bangkrut dan PHK karyawan nya. dari 3 fenomena berita trsbt yg selisih waktu"krg lebih ny"bukankah ending ny -+ jdi pembahasan bpk Helmy ya?! lalu,apkh star up yg bangkrut/bnyk PHK pekerja ny it bukan dlm/masuk kategori dpt modal dari pemret +62 BUMN,mkany seret modal dan gk survive?! 🤔kok kesanny cuci"cuan"kedok b1snis Krn ada penguasa/pjbt pemret ya? "TERIMAKASIH"
bener banget perkataan om Helmy.. saya sendiri bekerja di startup dan terlihat memang leader2 muda ini kurang respect dengan orang2 tua..
Terima kasih Bung Helmy yang peduli dengan bisnis anak muda, startup bisnis baru.
Ada salah satu mahasiswa Indo, namanya Thadeo (sukses dengan bisnis startup nya diluar negeri), tolong diundang supaya kita bisa meniru apa saja sarana&prasarana yg diperlukan serta cara untuk mengatasi kendalanya.
Kalo beliau masih di luar negeri bisa dengan zoom untuk undang dalam podcast ini.
salam hormat 🙏
perlu sampaikan ini kepada anak anak muda...
Respect and humble..itu salah satu kunci utama.
Itu 2 wkwk
@@adityarifqi5286 ya dink...itu 2..wkekek
Yap sopan santun dan kerendahan hati yg utama ya brads milenial, keren pak Helmy 😎
Karena anak muda skrg terlalu sombong!
Merasa dirinya paling hebat seperti tdk butuh lagi org lain.
Kesombongan adalah pintu awal menuju kehancuran! Jadi jika mau sukses, buang dulu rasa sombong kalian juga gengsi kalian.
Wisdom ga bisa di beli.
Wisdom hanya bisa dipelajari dari pengalaman.
Teknis boleh bagus. Urusan social & wisdom tetap butuh orang tua/senior
Menurut pengamatan saya, yang sering dilupakan pendiri start up adalah pembayaran reward kepada kontributor yang sering tidak wajar dengan menganggap mereka sebagai karyawan yang cukup dibayar gaji di atas umr. Padahal kontributor penting yang menghasilkan value besar apalagi setelah IPO dan masuknya modal publik. Modal publik dan kenaikan value saham, seakan milik pendiri dan melupakan kontributor, akhirnya kontributor meninggalkan perusahaan atau dibajak.
Jadi inget bayaran tutor di ruang guru, mereka konon dibayar murah 😬
Kontributor harusnya minta sebagian kecil saham startup
Start up yg sekarang cuma jdi lahan money laundry ,
Kadang anak muda yg idealis nya tinggi tidak mau mendengar senior, bisa dibilang tidak ulet, jadi tidak berbakat menjadi org sukses, dan seandainya sukses cepat dg idealis tinggi ini, suatu saat pasti takabur, bisa lihat spt indra kenz, dan sejenis nya, jadi nasehat dari pa helmy cukup baik, agar anak muda nanti sukses pun tidak takabur, karena mereka pun butuh org lain dlm hidup ini, termasuk golongan miskin pun, tetap bisa dihargai, selama punya niat baik dlm hidup apalagi yg lebih tua.
Saya setuju dengan pak helmy. Kadangkala anak muda susah sekali merendahkan hati pada orang tua. Malah berani mengajarkan ke orangtua untuk dapat mengerti keadaan anak muda itu. Tidak ada rasa hormat tapi ada rasa kesombongan. Saya geleng2 saja. Mungkin karena sudah tua, berdebatan yg didasari rasa marah dan keegoisan bagi saya tidak perlu dihadapi lagi karena sia-sia dan buang-buang waktu saja. Kebetulan saya dosen dari universitas swasta, saya baru menemukan 1 kelas seperti ini. Hanya 1 kelas dari semua kelas-kelas yg saya ajarkan. Berarti sebagian kecil saja anak-anak muda yg berkelakuan seperti ini.
benar,
1.mereka paham dunia sudah berubah.
2.mereka paham tekhnologi.
3.mereka paham perkembangan jaman.
4.mereka merasa lebih tau dari orang tua.
5.mereka menganggap orang tua udah ketinggalan jaman.
6.mereka menganggap bisnis orang tua cm sekedar beli kemudian dijual ditoko.sementara anak muda lebih tau cara jualan dg cara lewat internet dll.
@@kimjongun007 tapi mereka lupa bahwa matahari terbit dari timur ke barat, dunia itu tetap berputar, bulan berotasi dan berevolusi. Semua ada masa nya, walau dunia berubah ada "value" yang tidak berubah dalam tatanan sosial kemanusiaan, nantinya mereka akan menuai sendiri apa yang mereka tabur.
Bisnis sekali lagi walau jual di internet dll dll dll tetap saja barang tidak bisa hilang dengan sendirinya dan terbang ke customer gitu aja, bisnis tetap bisnis, pergerakan barang tetap ada, harga ngga bisa boong, mau paling murah yaa ngga ada barang dijual harga murah kalo akses mudah. Barang paling murah tidak pake online, alias barang distributar punya "jalur permainan sendiri", mereka cuma baru tau puncak dari gunung es dalam konteks ekonomi belum ke bottom nya, aspek2 detail lainnya. Jadi yaaaa biasa, anak muda sepintar2nya baik dari vision, rekam jejak dan pengalaman tidak sebanyak senior2 yang sudah 30-40 tahun atau lebih dalam bidangnya.
Mereka ide banyak dan pintar, tapi itu teori dan visi, dilapangan tidak demikian bermainnya. Teori ilmu dan ide boleh fresh, tapi "permainan" belum tentu sama.
Setuju Pak.... Mentor seperti GPS... saat awal menjalankan Business sangat dibutuh Helicopter View.
Keren Om helmy. Saya suka dari awal kuis siapa berani. Sampai om helmy menjadi salah satu public speaker terkenal di Indonesia setelah kakaknya om tantowi dan chocky sitohang. Semoga konten - konten om selalu ada hingga 10 tahun ke depan. Karena isinya daging semua. Cocok om helmy disebut bapak Komunikasi Indonesia.
Sebenarnya *START-UP* itu bukan kata2 baru saja, tapi fenomenanya sudah sejak era *TECH BOOM* masa2 1990-2000an dimana Google, Amazon, Microsoft, APPLE dll ,secara persentase memang kecil yang bisa *SURVIVE* cuma secara *GROWTH* memang melampaui *OLD ECONOMY* 👈
Keren penjelasan nya..
Dan semua kembali ada masa nya.. Mereka yang survive mampu menyeimbangkan kehidupan nya
Sekedar share...
Yg dibicarakan pak Helmy benar...
Kalo boleh sy menambahkan dari pengamatan dan pengalaman sy, masalah bnyk startup gagal bukan hanya masalah mentor saja ataupun mrk sudah sekolah tinggi, meskipun mrk punya ide ide yg super duper cermelang...
Nurut sy, bnyk yg gagal krn pada dasarnya mrk punya ide, mrk punya pendanaan dan lain lainnya, tapi mrk tdk atau belom mengerti apa itu dunia bisnis seutuhnya, mrk hanya punya ide yg dianggap hebat, mrk lupa apa itu pundi2 uang dtng dari mana?? Mrk belom mengerti apa itu cost, mrk belum mengerti cost berbanding income, ini diperburuk dari cara berpikir para pembimbing startup ato mungkin VC atau para investor2 lainnya, dimana yg mrk selalu tekankan bakar uang utk mendapatkan market, bakar uang saja dulu... Sy bukan anti bakar uang, krn nurut sy bakar uang juga salah satu yg hrs dilakukan, yg jadi masalah para startup2 ini tidak diajarkan atau tidak ditekankan dimana pundi2 uang mrk akan dtng. Krn nurut sy, satu startup yg sehat ato bisa sehat kalo dari awal sdh bisa tahu dimana pundi2 uangnya akan dtng dan adalah sesuatu yg baik kalo dari pundi2 uang tersebut sudah bisa menunjang jalannya perusahaan itu (istilah sy belon ada investor perusahaan ud bisa jln, kalo kadang2 nombok ya ok ok aja asal kita tahu kenapa nomboknya, sudah tdk asing kalo perusahaan baru ada rugi2 diawal.... Yg paling penting bukan total bisnisnya rugi dan ruginya beruntun dan kalo bisa dpt investor berarti dapat jackpot dan tinggal melejit saja)
Dan belom lagi bnyk dari VC atau investor mrk "mengharamkan" kalo startup company itu diisi oleh orng yg berumur (tua), dimana sebagian alesannya dibilang uda tua, uda ngak laku utk dijual lagi 😁, atau menganggap orng yg tua pasti ketinggalan dgn yg muda2... Yes ini ada benarnya, tapi bukan berarti bener sepenuhnya, seperti yg pak Helmy ada bilang orng yg tua lebih ada pengalaman (kita bicara orng tua yg memang sudah punya bisnis dan tahu gimana menjalankan bisnis yg baik)
Padahal hal yg paling penting dari 1 perusahaan bisa berhasil bukan hanya dari ide2 cemerlang atau apapun istilah dunia startup skrng ini.
Salah satu masalah yg penting adalah pengaturan cost berbanding income, ini bisa dilihat brp bnyk karyawan yg mrk punya dan brp besar gaji2 yg diberikan, salah satunya sudah bukan rahasia umum kalo skrng gaji para programmer ato orng it sudah tdk wajar krn kita sudah sering lihat hal hal bajak membajak staff dimana salah satu senjatanya, ya iming2 gaji lbh besar dan fasilitas lbh besar, sekali lagi banyak dari mrk tdk menekankan dari awal dari mana pundi2 uang itu akan dtng...
Yg terjadi skrng ini kebanyakan berpikir besarin dulu marketnya, bakar uang utk promo promo atau apapun namanya itu biar bisa dapat market yg besar (biar market value jadi besar), urusan income nanti akan atau baru dipikirin...
Mangkanya pada saat situasi seperti skrng ini, baru para startup panik n bingung krn dana investor2 nya pada stop dan cost nya sdh sangat besar sehingga terjadi hal2 yg skrng lagi trend, pecatin karyawan la... Iritin sana sini ato yg paling extrem ya tutup.
Ada sedikit catatan yg lucu dari para VC atau investor ini juga, mrk dengan gampangnya bilang, oooiiii krn situasi tdk baik, dana skrng distop, lakukan pengiritan, skrng buat pundi2 income sendiri...
Nah pertanyaannya lagi... Selama ini ngapain aja para VC atau investor??? Mrk jugakan yg selalu mengajarkan mrk bakar duit terus, mrk juga kan yg selalu mengajarkan atau memberikan masukan agar selalu memperbesar market, buat packaging atau bisnis model yg bisa cari customer sebanyak banyaknya, sdh bukan hal aneh selama ini kita selalu melihat bagaimana para perusahaan startup bakar bakar uang, mulai dari startup yg belom besar tapi sdh dapat pendanaan sampai startup yg sudah super duper besar... Ato dibilang unicorn atau corn corn lainnya...
Sdh tidak asing kalo startup yg sdh super duper besar itu bnyk dari mrk sanpai skrng masih rugi... Mrk bisa hidup krn masih ada pendanaan...
Kita juga bisa lihat bagaimana skrng bnyk dari perusahaan super duper besar tersebut yg tiba2 diproduknya mengeluarkan biaya2 aneh yg nota bene dari awal tdk ada, misalnya kita bisa lihat kalo ada perusahaan startup yg tiba2 customer dikenakan biaya pemakaian aplikasi... Atau biaya lain apapun namanya itu...
Ini sich sah sah saja, tapi alangkah baiknya kalo cara2 mendapatkan pundi2 uangnya telah dilakukan dari awal...
Semoga bermanfaat, kalau ada kata sy yg kurang berkenan mohon dimaafkan 🙏🏽
Sekedar tambahan, dunia bisnis digital apapun namanya itu, basiknya dalam nenjalankan usahanya adalah sama dengan offline, yg beda hanya istilah2 yg dipakai dan marketnya
Jauh2 lebih besar dan jauh2 lebih cepat. Jadi pakailah prinsip2 offline dlm nenjalankan bisnis didunia digitalnya....
Terima kasih sharingnya
Bener bgt tuh.. itu di prus gw yg skrg. Bikin2 ide ini itu sumber pendapatannya ga dipikirin, financial projectionnya gatau bikinnya gmn. Gak dipikirin jg research demand marketnya. Pusying
Generasi milenial memang sopan santun-nya tdk ada... bahkan cenderung sok tau.. sya setuju dg pendapat om helmy
Mentor senior itu yg mahal adalah jam terbang pengalamannya. Dia tau persis bagaimana di lapangan. Gak sekedar pintar dari buku.
sangat related sekali dengan keadaan skarang yg terjadi oom helmi....bagaimana suatu kebudayaan dalam lingkup kerja di paksa berubah oleh zaman. banyak budaya perusahaan yg berubah ketika generasi baru muncul ....terimaksaih bung helmi...
Bisnis yg sukses orang lain bisa di tiru.....tp milk orang sdh punya bagianya masing"
memang terasa yg muda muda sekarang itu sopan santunnya semakin berkkurang
sebagai karyawan decacorn yang hampir 3 tahun lebih di dunia startup saya mau berpendapat,
sebelumnya saya bekerja di perusahaan minuman paling terkenal di dunia, memang betul semua yang dikatakan oleh pak helmy.
terasa betul disini kurangnya hormat sama yang senior, dan yang sering saya bingungkan, kenapa harus ambil orang orang luar untuk di posisi top level, padahal saya yakin talenta lokal yang lebih relate dan kompeten banyak. dan yang paling penting juga rata rata startup itu hanya memodifikasi dari yang ada dan didorong oleh promo untuk menaikan growth, tidak punya intellectual property yang pure.
Masalah attitude itu memang kurang untuk anak2 pintar lulusan kampus terbaik kecuali yg didikan langsung dari orangtuanya baik. Tapi kalo mereka kerja di perusahaan agak mendingan karena takut dipecat atau segan sama atasan, berhubung itu usaha sendiri dan merasa jadi bos jadi bebas semaunya.
Soal orang luar, itu terkait dana/modal karena di negara kita bisnis ini tidak disupport langsung modalnya dari pemerintah sedangkan sumber dana mayoritas berasal dari pihak asing.
Contoh: kalo mau jujur barang yg dijual oleh Tokopedia, Lazada, Shopee dsb pasti mayoritas dari luar negeri karena pasar bebas dan mereka punya modal.
@@ronaldalex3612 Ya memang, bisnis di indonesia sepaling kayanya orang di indonesia aja duitnya ngga bisa menyaingi kapitalisasi dari investor2 asing di tokped dkk. Realitanya memang ekonomi indonesia itu sizenya kecil dibanding. Jadi kalo ngomongin adu kuat "dompet" pengusaha indonesia ngga akan mungkin bisa bersaing dengan investor asing jika cuma adu kuat duit. Yang bisa dilakukan adalah yaa mau ngga mau kita memang bergantung asing untuk hidup, karena jumlah pengusaha indonesia aja sedikit sekali, sedangkan kita ada 275juta jiwa. Maka asing mengambil peran untuk dapet "kue" potensial dari 275 juta jiwa, setidaknya asing realisasi investasi real di dalam negeri, bangun pabrik dll. Bukan DIRECT INVESTMEN, yang cuma modal duit tok. Tapi memperkerjakan orang2 di indonesia.
Saya menduga, barangkali mereka gagal karena mereka kesulitan untuk menemukan sosok (senior atau orang tua) yang layak untuk dijadikan sebagai seorang advisor (fellow) yang mengerti secara amat sangat mendalam aspek teknis dan juga aspek manajemen dari bisnis mereka, seperti yang kerap dilakukan oleh Tech Giants ketika masih merangkak.
Contoh:
Google punya Jeff Dean dan Sanjay Ghemawatt.
Meta punya Yann LeCun. 😁
Mereka gagal karena cara berpikir yang salah, perusahaan dibuat untuk cari untung kalau bakar duit itu sama saja dengan lembaga sosial.
Starup harusnya dibangun sesuai kebutuhan setiap kearifan lokal...bukan ikut2an star up luar negeri (mereka ciptakan sesuai kebutuhan lokal)...
Karena yg dipikirin bukan profit tapi growth. Coba sebutkan startup yg mikirin profit? Pasti ga setuju vc, karena mereka ga bisa goreng valuasi. Karena ga setuju akhirnya manajemen harus mikirin bisnis nya bisa growth 100x 1000x lipat dari seharusnya. Mikir bolak balik dah. Sekarang kita sudah tau seberapa rugi nya GOTO, BUKA. Padahal dengan growth yg megah, coba bayangin startup kecil disuruh growth gila2an dalam YoY kalo ga, ga bisa diinvest.
Karena masi banyak org kaya yg seolah niat bantu. Padahal masi cari cuan dr jual seminar². Padahal isi seminar ny ya teori2 aja dan cmn deger cerita. Yg utama klo bos2 pengusaha ngajak maju rakyat d bawah jangan cuman teori. Tapi praktek bersama.
betul.. kebanyakan teori.. dari pada kerja nyata. sama kaya drone elang hitam... cuma tersedia gambar 3D terus di framing beritanya deh. hahahaha
Semua bisnis bisa saja gagal, bisa bangkrut, bisa tutup. Apalagi bisnis yang dirintis dan didirikan oleh perseorangan.
BUMN kita aja, yang berbisnis dengan jutaan "keistimewaan" yang diberikan oleh negara aja bisa rugi, bisa bangkrut.
Padahal mereka "diproteksi" dengan macam macam peraturan, macam macam undang undang, diberi akses suntikan modal "tak terbatas" ketika kesulitan keuangan, beberapa usaha "tanpa pesaing," kalaupun ada, pesaing tdk punya "kekuatan" yg sepadan, dan produk usaha yg selalu dibayar cash oleh konsumen tidak dihutang.
BISNIS SMARTPHONE DAN MOBIL LISTRIK INDONESIA AKAN BERJAYA DENGAN TEKNOLOGI KUANTUM KOMPUTER RAKITAN SAYA!
Indonesia akan memiliki kualitas produk dan kekuatan branding yang sangat tinggi dengan program inovasi tingkat tinggi. Bagaimana tidak?! Dengan inovasi tingkat tinggi yang dibalut dengan teknologi komputasi tinggi maka produk teknologi Negeri akan mudah berekspansi ke seluruh penjuru Bumi. Di tengah persaingan harga produk smartphone dan mobil listrik yang begitu keji, tidak ada jalan lain untuk memajukan industri smartphone dan mobil listrik Negeri kecuali dengan independensi sains dan teknologi!
Kenapa banyak yg gagal?
Founder founder yg delusi luar biasa.
Bisnis yg dibangun tanpa memecahkan
masalah yang real ada di masyarakat.
Kebanyakan cuma bangun apps tapi apps nya kualitas sampah asal jadi yg penting dapet user, yg penting “digital 4.0”
Indikator indikator bisnis yang dibuat buat cuma untuk bacot menjilat investor, padahal profit 0 besar! bahkan minus!
Salam hormat pak Helmy.
Saya kira kelemahan kita cuma dua pak. Rasa bangga sebagai Bangsa (Nasionalisme) sudah tipis. Perlu Police dan bahkan Law Inforcement untuk membangkitkan Nasionalisme agar semua bangga pakai produk dalam negeri. Yang kedua, masyarakat terlalu miskin untuk memperhatikan orang lain. Terima kasih pak.
Terima kasih Pak Helmy ..... sangat bermanfaat ...
Anak skrg seringkali bermasalah dg cara bicaranya khususnya kpd org yg lebih tua.
Gaya bahasa yg digunakan seringkali "kurang pas" , gk jarang bikin org yg denger geleng².
Kurang mau mendengar & mencari tahu. Maunya jawaban instan.
Mungkin utk tech orangtua udah ketinggalan. Tp utk hubungan antar atasan-karyawan, antar instansi pemerintah, dng cust/ vendor, menangani konflik, negosiasi - orangtua tuh udah makan garam lbh banyak drpd anak muda makan nasi 😁👍
Mereka ide banyak dan pintar, tapi dilapangan kadang tidak demikian bermainnya. Teori ilmu dan ide boleh fresh, tapi gaya "permainan" belum tentu sama. Karena ujungnya bisnis is about trust, ada aspek sosial didalamnya, ada intimacy didalamnya, kalau itu saja sulit gimana bisa berdagang. Karena berdagang bukan soal teori, ilmu, konsep, ide2 baru dll, tapi komunikasi. Kalo komunikasi saja buruk gimana mau berbisnis.
.
& doa dari KEDUA ORANG TUA kita...
.
Lemak pule Kabah Helmy...iduplah semangai nian...tuape kendak lajutulah setuju kendak...😁
mestinya start up itu pakai crypto, karena native ud transparan gcg Good governance Clean Government, ud bnyk kan stable coin sekarang klo takut volatile ...so, jangan vc yg mengada2 kasi valuasi ujung2 nya ide dicuri & founders disingkirin, jangan ipo saham lebih megada2 lg 'main' insiders nya, trus masih manual audit itung ulang settle ulang, banyk insider nya n digelapin..klo otomasi malah dimarkup beli software nya, rental virtualisasi nya dll ujung2nya ga ada dana lg buat sayembara bounty hunter klo mau minimalisasi amit2 hack kan klo digital
nice "view" from senior....
Ini topiknya menarik, kita lihat Mas "Menteri" Nadiem dimana beliau sangat sukses di Gojek, tetapi sayangnya tidak ada putra bangsa lain yang menyamai beliau dengan bisnis startup nya padahal proyek codingnya yang digadang2 bisa menopang bisnis tsb.
Lebih sayang lagi ternyata Mas Menteri tidak berhasil merubah secara signifikan sistem pendidikan di RI, mestinya minimal rangking universitas jadi naik dan digunakan bahasa Inggris untuk sehari2 bagi semua sekolah terutama di kota besar.
Mas menteri sebenernya bisa berhasil kalau para bawahan smp guru2 dilapangan merasa mereka PNS. Jd mereka ga takut kena PHK kalau nggak menjalankan dan mengikuti program yg Menteri Pendidikan berikan.. Seandainya semua tenaga pendidikan adalah karyawan yg dibawah langsung menteri pendidikan bukan menteri dalam negeri. Atau semua tenaga guru dibayar profesional seperti dokter dan pilot. Pasti nurut dan patuh sehingga mudah mas menteri menyampaikan maksud dan tujuan dr reformasi yg dia lakukan.
@@Windshearahead Betul sekali, apalagi sudah jadi profesor pasti sulit diatur, bukannya bantu program beliau malah ada rektor yg kampusnya dibuat bisnis dengan terima uang suap untuk masuk universitas.
Good Advice Bung Helmy
Tetap semangat hingga tiba saatnya
lesson learning mau sehabat apapun kita buat produk, apa lagi pada masa startup banyak yg menglorifikasi "kita perusahaan teknologi" seolah2 sebuah aliran paham bisnis baru, padahal pada prakternya sama saja seperti konvesional. Begitu cara pikir anak muda, mau hasil instant tapi tidak memahami esensi dari berbisnis itu sendiri. Akhirnya mereka berlomba2 menghalalkan segala cara untuk mencapai nilai kejayaan yang semu.
Banyak kok anak startup yg memanipulasi data aplikasinya tuh banyak di gunakan masyarakat, supaya dapat pendanaan berseries2.. pas di ujung, ketauan deh bobroknya. saya pelaku startup dari tahun 2017 yang gak mengejar pendanaan semu.
Bos, menurut saya bisnis yg berbasis teknologi itu gak lama. Karena teknologi terutama IT terus berkembang. Itu sebabnya banyak yg gagal
Setuju sekali pak dan tentunya butuh modal tidak sedikit.
Lah katanya teknologi terus berkembang kok bisnis teknologi tidak lama ,, gimana se om penjelasan nya gx mudeng ? 🤔
@@bamsputra7649 Itu dia banyak orang di negera kita yg bukan ahlinya sangat mudah menilai suatu bidang atau bisnis
Startup digital d Israel maju2, tp di Israel budaya hormat ke senior/orang tua itu sangat2 super sekali dalam segala aspek, termasuk Digital Startup. Budaya Yahudi, umur 30an awal masih belum boleh berbicara di depan publik, cek aja d Alkitab, apa ada tertulis kisah hidup Yesus dr remaja belasan tahun hingga umur 30? Ngga ada. Yesus waktu melakukan mukjizat pertamanya, merubah air menjadi anggur bilang ke Bundanya, "Saat-Ku belum tiba", tapi tetap dilakukan juga oleh Yesus. Budaya Yahudi jg mirip Jepang, soal karir itu panjaaaang tahapnya, senior pasti nempel ketat, anak muda Indonesia pasti akan menganggapnya sangat membosankan. Klo diaplikasikan d Indonesia apa bisa? Apalagi sampai harus melakukan Ojigi, membungkuk ke Senior/orang yg lebih tua.
Bang Helmy, coba diundang Start Up yg cukup berhasil. Namanya Goers. Tks.
Mereka anak anak muda sukses , lihat dari keluarga mana dia berasal. Orang tua kaya raya , anaknya bilang mulai merintis dari nol.
Biar kesannya hebat, bro. Org kaya lama jg ga jujur gmn mrk mendapatkan kekayaannya. Kl bacotnya, kerja keras, networking, open minded. Mrk ga info hal2 "hitam" di belakangnya. Mis. siapa yg hrs diapproach, brp biaya utk approach, bagaimana menghindari tax. Krn itu jg menjadi jalan mereka menuju sukses!
Generasi milenial adalah generasi yg paling berpendidikan, ttp generasi yg memiliki kekayaan paling sedikit
Jd problmenya lbh ke EGO. Ini masalah klasik orang yg cepat kaya, EGO nya tinggi. Ada yg akhirnya nyadar, ada jg yg tambah parah.
Kl yg tua egonya biasanya mengorbankan yg muda makanya yg muda jd males liat generasi tua.
Yg muda sok tau ga mo diajarin, merasa udah tau banyak hal. Gitu aja terus sampe kesandung.
Hampir semua start-up dilepas begitu saja oleh para pemodal. Ibaratnya, seorang murid baru belajar membawa pesawat terbang, langsung dilepas untuk menerbangkan Boeing 747, pasti crash lah! Menurut saya, para start-up sekarang harus menahan diri. Memang benar, intuisi seorang start-up apalagi kalau dari generasi millenial, kreatifitasnya melesat kencang seperti pesawat antariksa. Tapi tetap, start-up ini perlu ada mentor untuk mengendalikan situasi. Contoh yang ekstrim ya, untuk apa dibuka 700 store Kopi Kenangan? Harga Kopi Kenangan yang Mantan dengan ukuran regular Rp 18.000. Apa semua anak millenial minat beli Kopi Kenangan? Banyak store Kopi Kenangan gulung tikar karena perencanaan yang tidak matang. Jadi hati-hati dengan perencanaan bisnis makro.
Terimakasih pak Helmy Yahya🙏🙏🙏🙏🙏
Bakauheni , Lampung Selatan hadirr mang 😇🙏
Pringsewu hadirrr 😊🙏
Izin nyimak sambil bersantap Rawon :D
great sharing pak Helmy
4:03 Partner
6:39 Komunikasi
Bukan salah anak muda yg tidak menghargai orang2 tua....hanya yg tua2 juga tidak melihat seklilingnya...terjun kelapangan....terjun lapaangan cuma pas kampanye
mantul wong kito galo....
Satu kata...mantabz om....
Kenapa startup banyak yang "fail"? ya simpel aja, judulnya aja startup jadi ini masih ide awal dan coba di terapkan. Pembuktiannya adalah dilapangan, segala teori, konsep dan lain2 itu apakah diterima masyarakat, cocok dengan masyarakat dan menyelesaikan permasalahan yang ada tanpa membuat masalah krusial. Disrupsi itu keniscayaan tapi apakah disrupsi itu mengarah ke efisiensi, kompetisi atau malah menimbulkan masalah yang masif.
Jadi ga heran jika banyak startup yang fail, ntah masalah manajeman, atau pendanaan. Atauuu memang idenya dan konsepnya tidak cocok diterapkan di masyarakat. Atauuu masalah komunikasi yang jelek. Sekali lagi ini bukan soal bisnis saja, tapi manajemen, komunikasi dan respect. Bisnis bukan melulu ide teori dan konsep2 jumpalitan. Tapi kalo "ngobrol" aja udah ga asik gimana mau ngomongin bisnis, kalo sikap aja udah "jumawa" gimana mau ngomongin bisnis triliunan?
Bagaimana gak gagal... org cm jual mimpi doank. fundamentalnya gak kuat. tujuannya valuasi doank, not real business.. paper financing. poles cantik dpt investor atau masuk IPO...abis itu stuck dah. Regulator nya pun lemah gak serius mengawasi... yg jelas banyak korban karyawan yg di PHK.
Setuju. Keren Mas Helmi
Start up indo selalu cari karyawan lulusan luar angkasa dn fresh graduate
Agak males rekrut praktisi yg sudah berpengalaman, mereka lupa ketika ada anak muda gelarnya tinggi, artinya jam terbang di real sektor sangat minim
Kalau praktisinya cuma lulusan SMA gimana?
@@semarajaya9640 Praktisi lulusan kampus bagus juga banyak
super sekali 👍👍
SANGAT SETUJU SEKALI 🤠👍🇮🇩
Hadir...nyimak
Om Helmy bisakh bisnis jalan tanpa harus mengenal orang-orang penting ..?
lucunya teknologi maju, manusianya mundur.
that's why we need the balanced from old generation.
dari awal jauh sebelum pandemi jg emang statistik dari startup school 95%startup gagal sama seperti bisnis pada umumnya, hanya saja startup kelihatannya lebih menjadi sorotan karena berbagai faktor; trend, pandemi, bakar uang , mendisrupsi pemain lama, usia muda founder dll..
wah bener itu bang, setuju bang 👍
Awam ga paham,cuma jd inget drakor start up.aj booming bngt,dan ada.masanya😂inget han ji pyong sebagai investor😂
Yang paling utama itu belajar dulu pengenalan dirisejati sejatinya diri. Agar setiap bertindak selalu dalam sadar yg berkesadaran.
suka atau tidak kadang orang tua juga jadi salah satu penyebab gagalnya startup
Start up. Kumpulan orang2 snobbish (super sombong) yang berasumsi bahwa masalah di dunia ini hanya akan selesai dengan teknologi semata. Eh, padahal modalnya ngutang dari bank. Begitu BI menaikkan suku bunga, start2 up pada bangkrut. Bayar bunga hutangnya meroket. Akhirnya Karyawan2 nya pada di PHK.
Om helmy,,,undang moh ahsan dong
Hadiirr Palembang
Semuanya tetap balik ke hoki hehee
respect each other 👍
super pak...
Salam sukses dari RIZAL YAMAHA
Semoga boskasir dapat membantu para bisnis owner..
( mereka)/ ialah orang orang tengah sebagai tuntungan terakhir jurus jitak di kepala.
Alasannya sih klo menurut saya emang udah nasibnya
Setuju bangett..
salah milih funding, coba milih ycombinator. jangan lokal.
Y karena *SYARAT UTAMA SUKSES HARUS GA2L DAN ITU PASTI*
Hampir semua yg sukses sekarang pasti diawali kega2lan
Hanya orang bodoh yg belajar dari kesalahannya sendiri. Orang bijak belajar dari kesalahan orang lain
@@kin9leo232 gk paham konteks anda🤭🤭🤭👍👍👍👍👍
Subaidi sudah hilang pk, investor cari
maaf masalahnya terbalik..kadang yang "tua" ego nya malah tinggi...ga cocok ditempatkan posisi strategis..bisa fatal itu..
contoh "kebutaan akan industri digital" mentri jhony g plate yang secara brutal memblokir situs2 vital dalam industri kreatif..dengan dalih kedaulatan digital...jelas2 sangat sangat merugikan dan jelas2 buta akan teknology digital.
dengan perspektifnya kominfo YANG mayoritas dihuni pegawai berumur...mereka dengan congkak ingin membuat search engine pengganti google yaitu gatot kaca(berapa triliun tuh biayanya)....lucu, sekelas bing aja susah menggantikan google..
DAN SUSAH DIKASIH TAU PAK....yang tua juga jangan terlalu tinggi egonya, salah keputusan tanpa update informasi dan riset..bisa ancur tuh perusahaan bahkan negara.
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Sepakat 1 juta %,Pak
Setuju...
karena maunya tumbuh gak organik. wajar banyak gagal. rugi operasional tapi jualan saham.
Hayo. siapa nih yang disindir Pak Helmy?
Pak Helmi sepertinya merasa banyak anak muda kaum millenials yg tengil 😆😂| Memang ada sedikit hal yg beda cara mencari ilmu dulu dan sekarang, dulu pasti ada guru atau pembimbing, tapi lihat sekarang ada google, youtube dan sarana belajar daring lainnya. Mungkin hal ini yg membuat kaum millenials merasa mereka pinter tanpa bantuan orang lain, oh ya tadi pak Helmi bilang tentang jaringan, jangan salah anak muda juga merasa bisa membangun jaringan dari dunia maya 😁tapi walau begitu aku setuju kolaborasi itu sangat perlu
80 persen gagal? No wonder lah, bahkan kalo 80 persen berhasil pun pertanyaan bertahan berapa lama
Menurut saya program digital gagal karena ,,contoh toped2 dll iklan2 pake publik figur muka2 orang luar negeri,,boro2 mereka ngerti cara pake tuh aplikasi,,,juga iklan2nya pake artis2 terkenal walau ga salah,,,,cuma katanya mau dukung umkm,,,,,harusnya iklan2 pake wajah2 orang2 lokal perwilayah ...agar asumsi masyarakat sekitar perwilayah liat,,,wihh si anu hebat ..pake digitalisasi....
Istilahnya pecah kongsi. Sudah biasa terjadi sejak dulu.
Jadi inget ID Commerce 😅
seleksi alam
network tu hanya mirip genk alias cyrcle kelihat halus tp toksik n potensi KKN+korup sangat tinggi, potensi harga jual mahal, potensi akal2an produk terjadi seperti kejadian telkomsel suruh beli anti scam...gen millenial n gen z memilih utnuk mengakhiri gaya kolonial bukan merawat... makanya berpangku pada quantity ato quality ato pemasaran ato pengorbanan financial untuk masuk ke market supaya di kenal...seperti tu lah butuh pengeorbanan besar... tp pebisnis gaya kolonial ga mau pengorbanan tp langsung hasil tinggi tanpa pengorbanan financial...beda ketika pandemi n setelah perang..statrup memahami investor ga mau bakar uang..tp hasilnya akan tetep sama klo PHK n cari kerja susah karena ga ada uang yg di puter ..mentok puternya di bisnis2 para monopoli pangan, internet, sandang, papan
yg jelas bisnis gagal tu karena daya beli masyarakat turun, masyarakat gak ngerti kebutuhan n produk.
Tp yg banyak di tau para konsumen seperti hanya bayar cicilan rumah mobil montor-makan-minum-baju-sepatu-tagihan listrik-tagihan CC-tagihanPAM-bensi-pulsa biar nohp tetep aktif-quota internetan buat nonton yutub n sosmed an...selain yg td tu hanya kebutuhan tambahan...nha para pengusaha n startup klo usaha produknya di luar td masuknya pada konsumen hanya tambahan jd jangan harap lebih klo penjualan meningkat krn blm lagi ada perusahaan saingan yg colong mencolong ide+solusi..nhi riset mahal lho
sy kira semua sendi kehidupan gak akan lepas dengan HUKUM PARETTO
Soalnya kebanyakan PARTY. Achieve dikit aja PARTY ya bangkrut lah chuakssssssssssss
apakah UMKM yg dipinggri2 jalan juga gak banyak gagal?
Mngkn ada
Umkm jauh lebih bnyk yg gagal, cuma krn lingkup yg kecil jd gak keliatan di mata org2
@@bangkokom betul jadi fenomena startup gagal, ya normal aja, apalagi mereka yg buat startup rata2 baru memulai bisnis. Tidak usah terlalu mendewakan startup, roda perekonomian Indonesia itu penggerak utamanya UMKM
Itu mirip kek icarus syndrom
(1):5 atau 6 bln lalu brita=star up di +62 terancam bnyk yg di ujung tanduk.
(2):lalu -+1 bln lalu muncul berita baru=-+336 star up di +62 dpt kucuran modal dr pemret.
(3):lalu muncul berita baru baru ini di +62=bnyk star up di +62 bangkrut dan PHK karyawan nya.
dari 3 fenomena berita trsbt yg selisih waktu"krg lebih ny"bukankah ending ny -+ jdi pembahasan bpk Helmy ya?!
lalu,apkh star up yg bangkrut/bnyk PHK pekerja ny it bukan dlm/masuk kategori dpt modal dari pemret +62 BUMN,mkany seret modal dan gk survive?!
🤔kok kesanny cuci"cuan"kedok b1snis Krn ada penguasa/pjbt pemret ya?
"TERIMAKASIH"
Kalo semua berhasil bukan dunia namanya gez