Surah Al-A’raf ayat 205 (7/205) “Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah engkau termasuk orang-orang yang lalai. Tafsir Al Azhar di dalam ayat ini Allah memberikan tuntunan bagaimana zikir atau mengingat Allah itu: Pertama: Hendaklah Allah itu diingat di dalam hati, atau direnungkan. Sebab renungan yang mendalam itu adalah memperkuat rasa ikhlas. Kedua: Hendaklah dengan merendah diri, yang disebut Tadharru'. Menekur mengingat hina dan papa kita makhluk ini di hadapan Allah. Kita ini tidak lebih daripada 'Abiid, yaitu Hamba. Di hadapan Allah Yang Maha Mulia, Maha Kaya dan Maha Kuasa. Kita serahkan diri bulat-bulat kepadaNya.
Ketiga: Hendaklah dengan perasaan takut. Takut akan Keagungan Rububiyah dan Kebesaran Uluhiyah. Jika dicabutNya pertolonganNya dari kita, tidak ada yang lain yang akan kuasa menggantikanNya. Keempat: Tidak usah disorak-sorakkan, dihimbau-himbaukan. Berkata lbnu Katsir: "Lantaran itu sebaiknya janganlah berzikir itu dengan bersorak-sorai atau suara keras." Dari terjemahan Tafsir Al-Mishbah ulama memahami ayat ini sebagai membagi dzikir kepada dua kategori, pertama dalam hati dan kedua tidak mengeraskan suara. Keduanya diperintahkan oleh ayat ini, ada pun dzikir yang keras, maka ini tidak disinggung, bukan karena ia tidak dapat dinamai dzikir, tetapi kurang sesuai dengan tata krama mengagungkan Allah swt. Dalam konteks ini Nabi saw. menegur sementara sahabat beliau yang berdzikir keras di malam hari sambil bersabda: “Kalian tidak menyeru yang tidak hadir atau yang tuli” Dari terjemahan tafsir Al Munir Ayat ini mengajarkan bahawa yang lebih utama adalah menyembunyikan (melunakkan) zikir. Imam Ahmad dan Ibn Hibban meriwayatkan bahawa nabi saw. bersabda, “zikir terbaik adalah zikir yang tersembunyi”.
Alhamdulillah
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّد
Alhamdulillah...utara hadir ❤❤
AllahuAkbar Alhamdulillah ..... ... ...
Masya Allah ❤
Assalamualaikum...... terbaik Ustaz...... terima kasih atas perkongsian dan ilmu..... Alhamdulillah...
Bismillah..
Jazallahu'anna Sayyidina Muhammadan Sallahu Alaihi Wassallam Maa Huwa Ahluh🤲
Alhamdulillah Haaza Fadlun wa Rahmatun Min Robbi Yaa Sahabat2 Syurga.
Mari Berselawat Dan Berzikir Banyak2 wahai Sahabat2 Syurga.
Allahumma solli ala Sayyidina Muhammad waAlihi WaSohbihi Wassallim🤲
Astagfirullah Lil Mu'minina wal Mu'minat Minal Ahya wal Amwat
#KeepPray4Palestine
Terbaik tok wali kito..jgn main game pulok nnti takut dok sempat zikir
gila dlm cinta menjiwai hihihi.
Surah Al-A’raf ayat 205 (7/205)
“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa
takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah
engkau termasuk orang-orang yang lalai.
Tafsir Al Azhar
di dalam ayat ini Allah memberikan tuntunan bagaimana zikir atau
mengingat Allah itu:
Pertama: Hendaklah Allah itu diingat di dalam hati, atau direnungkan.
Sebab renungan yang mendalam itu adalah memperkuat rasa ikhlas.
Kedua: Hendaklah dengan merendah diri, yang disebut Tadharru'.
Menekur mengingat hina dan papa kita makhluk ini di hadapan Allah. Kita ini
tidak lebih daripada 'Abiid, yaitu Hamba. Di hadapan Allah Yang Maha Mulia,
Maha Kaya dan Maha Kuasa. Kita serahkan diri bulat-bulat kepadaNya.
Ketiga: Hendaklah dengan perasaan takut. Takut akan Keagungan
Rububiyah dan Kebesaran Uluhiyah. Jika dicabutNya pertolonganNya dari
kita, tidak ada yang lain yang akan kuasa menggantikanNya.
Keempat: Tidak usah disorak-sorakkan, dihimbau-himbaukan.
Berkata lbnu Katsir: "Lantaran itu sebaiknya janganlah berzikir itu dengan
bersorak-sorai atau suara keras."
Dari terjemahan Tafsir Al-Mishbah
ulama memahami ayat ini sebagai membagi dzikir kepada
dua kategori, pertama dalam hati dan kedua tidak mengeraskan suara.
Keduanya diperintahkan oleh ayat ini, ada pun dzikir yang keras, maka ini
tidak disinggung, bukan karena ia tidak dapat dinamai dzikir, tetapi kurang
sesuai dengan tata krama mengagungkan Allah swt. Dalam konteks ini
Nabi saw. menegur sementara sahabat beliau yang berdzikir keras di malam
hari sambil bersabda: “Kalian tidak menyeru yang tidak hadir atau yang
tuli”
Dari terjemahan tafsir Al Munir
Ayat ini mengajarkan bahawa yang lebih utama adalah menyembunyikan (melunakkan) zikir. Imam Ahmad dan Ibn Hibban meriwayatkan bahawa nabi saw. bersabda, “zikir terbaik adalah zikir yang tersembunyi”.
Hadis riwayat siapa?
Terbaik & Mantap TG Muhaizad. Terima Kasib❤❤❤