Kisah Mbah Husein Ilyas Bertemu Langsung Rasulullah SAW | Bangkit TV

แชร์
ฝัง
  • เผยแพร่เมื่อ 14 ธ.ค. 2020
  • KH. Husein ilyas Mojokerto yang biasa disapa Mbah Husein kali ini menceritakan perjalan beliau pada waktu sakit dan sampai ke tanah suci Mekkah Madinah untuk menunaikan ibadah haji.
    beliau menceritakan perjalan mulai beliau memakai pesawat dan sampai ke tanah suci madinah dan bertemu kanjeng nabi Muhammad SAW dan Nabi Ilyas as.
    Bagaimanakah cerita selengkpanya. simak videonya sampai selesai agar tidak salah faham.
    Semoga bermanfaat untuk kita semua.
    Salam Bangkit TV
    ----------------------
    Ikuti juga akun media sosial kami di:
    Website : www.bangkitmedia.com
    Facebook : / nu.yogya
    Instagram : / bangkitmedia_com
    Twitter : / bangkit_nujogja

ความคิดเห็น • 25

  • @haricahyono8717
    @haricahyono8717 2 ปีที่แล้ว

    Subhanallah,,, temanggung hadir 👍👍👍😭😭😭

  • @Bengetmakmurnambela
    @Bengetmakmurnambela 3 ปีที่แล้ว +1

    Beruntung nya kalo bisa bertemu Mbah Husein

  • @kibuyutbuyut677
    @kibuyutbuyut677 ปีที่แล้ว

    Kobiltu yai

  • @saelanbandungselatan878
    @saelanbandungselatan878 2 ปีที่แล้ว

    Mbah yai khusen ...kulo kangen ngaji jum at pagi...kapan nggih dibuka malih...

  • @kibuyutbuyut677
    @kibuyutbuyut677 ปีที่แล้ว

    Idolaku

  • @HaryantoSMP1PaliyanGK
    @HaryantoSMP1PaliyanGK 3 ปีที่แล้ว +3

    ”Barang siapa melihatku di dalam mimpi, maka ia akan melihatku dalam waktu JAGA (bukan mimpi), dan syaitan tidak bisa menyerupaiku." (Hadits ini tidak hanya di kitab shahihnya Imam Bukhari, tetapi juga terdapat dalam kitab shahihnya Imam Muslim dan haditsnya Imam Abu Dawud). Kecuali kalau istilah "waktu jaga/sadar" itu mau "dipelintir" atau "dicorupt?" --- mungkin "dicari-cari" cara lain dengan "tafsir akal-akalan" misalnya ditambahai "seolah-olah, seakan-akan" dll --- walaupun teksnya sudah begitu jelas....
    Dengan kata lain, hadits Nabi SAW diatas telah "dibuktikan kebenarannya" oleh ulama-ulama besar terdahulu dan kemudian (zaman ini) ---- seperti kupasan dibawah.
    Kupasan yang paling menarik disertai dengan dalil yang saling terhubung dengan dalil lain tentang perjumpaan dengan Nabi Saw (mimpi dan jaga) menurut saya adalah Kitab Tanwiru al-Halaki fi Imkani Ru`yati an-Nabiyyi Jiharan wa al-Malak karya Syaikh Jalaluddin as-Suyuthi (Imam Suyuthi). Terjemahannya bisa kita cari di toko buku dengan judul Berjumpa Nabi & Malaikat di dalam Tidur & Jaga. Bahkan dalam terjemahan ini oleh penerjemahnya, M. Alwi Fuadi ditambah penjelasan-penjelasan dari kitab-kitab di luar Tanwiru al-Halak sehingga lebih lengkap dan disertai kisah-kisah dari pengalaman ulama-ulama dan auliya` masyhur yang telah membuktikannya, tidak hanya sekedar menafsirkan melalui analisa logika semata.
    Pengalaman-pengalaman aneh (karomah) yang terjadi pada diri ulama sebetulnya sebagai wujud “karunia ruhaniah” yang menjadi perhiasan atau rahasia dengan Allah Swt. Contoh dalam khazanah kitab-kitab klasik yang terkenal adalah;
    Pertama, Imam Suyuthi (Jalaluddin As-Suyuthi) yang masyhur dengan Tafsir Jalalain dan kitab-kitab lainnya tentang ilmu al-Quran (Asbabun Nuzul dll) dan menjadi rujukan bagi para ahli tafsir al-Qur`an sesudahnya --- ketika ditimpa hal besar pada suatu waktu beliau menulis surat wasiat yang ditujukan kepada beberapa muridnya, “Saya telah berkumpul dengan Nabi Saw waktu jaga (dengan sadar) lebih dari 70 kali dan sabda Nabi Saw kepadaku: Siapa yang kondisinya begini, maka tiadalah ia berhajat pada pertolongan dan bantuan dari siapapun.”
    Kedua, Imam al-Qurthubi, si empunya Kitab Tafsir al-Jami`li Ahkamil Qur`an, yang juga menjadi rujukan Imam Ibn Katsir dalam tafsirnya memiliki pengalaman sebagaimana as-Suyuthi. Kata Imam al-Qurthubi, “….(diawali penuturan agak panjang ketika mau berangkat haji)…DAN SUNGGUH DEMI ALLAH AKU MELIHAT NABI DALAM KEADAAN SADAR PERSIS KEADAANNYA SEBAGAIMANA AKU MELIHATNYA DALAM MIMPIKU TANPA ADA TAMBAHAN DAN PENGURANGAN SEDIKITPUN. "
    Ketiga, Syaikh Abdul Qadir al-Jailani dikenal sebagai “wali Allah” yang paling masyhur karomahnya, dan mungkin juga paling banyak kisah-kisah biografi (manakib)-nya ditulis oleh banyak ulama di zaman sesudahnya, bertemu dengan Nabi SAW dalam keadaan jaga 17 kali. Ulama-ulama lain yang memiliki kisah serupa sesungguhnya banyak sekali terutama dari kalangan “auliya`” (para wali Allah) sebagai “karamah” karunia Allah kepada mereka. Antara lain Imam Ghazali, Izzudin ibn Abdissalam, Syaikh Abul Hasan As-Sadzily, Syaikh Abdus Salam bin Masyis, Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki, Syaikh Muhyidin Ibn Arabi, Syaikh at-Tijani, Syaikh Abul Husein bin Sam`un, Riwayat al-Yafii, Syaikh Khalifah bin Musa al-Hadzailaki, Abi Yahya bin Syafii, Syaikh Abu Yahya Abi Abdillah al-Aswani, Syaikh Abul Abbas at-Tabkhi, Syaikh Abdullah ad-Dalasi, Syaikh Abbas al-Harrar, dan masih banyak lagi. Termasuk kisah dari negeri kita, seorang ulama-auliya` yang mashur di Jawa tahun 1980-an KH. Abdul Hamid Pasuruan. Adalah Gus Mik/KH. Hamim Jazuli dan seorang sahabatnya menemui KH. Abdul Hamid. Kata Kiai Hamid, “Wah, Gus sampean telat. Tadi malam (malam Jum’at) khataman Riyadhus Shalihin, “dirawuhi” Kanjeng Nabi,”. Gus Miek hanya tersenyum (KH. Hamid menuturkannya juga tidak kepada sembarang orang, paling tidak yang memiliki derajat auliya`, yang memiliki kedudukan /maqom sama). Syaikh Muhammad bin Alawi al-Maliki ulama aswaja yang banyak orang-orang Indonesia belajar kepadanya di Mekkah, (meninggal beberapa tahun lalu) termasuk ulama yang memiliki karamah sebagaimana ulama-ulama diatas.
    Keempat, pada zaman sahabat, yang sampai kepada kita adalah riwayat Ibn Abbas dan sahabat Utsman bin Affan. Dan mungkin pengalaman sahabat nabi lain yang sebetulnya tidak ditulis ada beberapa atau bahkan tidak sedikit, sebab hal demikian “rahasia dan perhiasan” yang dikaruniakan Allah sehingga harus dijaga (dalam adab biasanya tidak boleh diceritakan sebelum yang bersangkutan meninggal). Sahabat Utsman ibn Affan beberapa saat sebelum terbunuhnya (syahid) juga dijumpai Nabi Saw …… yang mengabarkan perjumpaanya
    Adapun sandaran-sandaran untuk memperkuat penjelasan diatas umumnya digunakan:
    Pertama hadits shahih, ”Barang siapa melihatku di dalam mimpi, maka ia akan melihatku dalam waktu jaga, dan syaitan tidak bisa menyerupaiku (Bukhari, Muslim, dan Abu Dawud). Kalimat “ waktu jaga” tidak mungkin kalau yang dimaksud di akherat kelak, sebab tidak usah repot-repot dicantumkan dalam hadits tentang mimpi --- semua umat Muhammad di akherat kelak pasti ketemu dengan Nabi? Artinya buat apa kalimat WAKTU JAGA itu ditempelkan disitu? Tidak setiap yang mimpi bertemu Nabi juga pasti ketemu pada waktu jaga (kecuali karomah para wali). Jadi pengertiannya sama dengan hadits bid`ah, tidak semua, seperti kata sahabat Umar , “inilah sebaik-baik bid`ah!”
    Kedua, ketika Isra Mi`raj Nabi Saw bertemu dengan Nabi Musa As padahal sudah meninggal jauh ratusan tahun sebelum Nabi saw? “ ….janganlah kamu ragu tentang perjumpaanmu (dengan Musa)” (as-Sajadah:23).
    Ketiga, sahabat Ibn Abbas meriwayatkan bahwa para nabi (dimalam Mi`raj) shalat dengan Rasul Saw dengan 7 saf ---- 3 saf terdiri dari rasul-rasul --- 4 saf lagi untuk nabi-nabi. Pertemuan ini dalam keadaan jaga dan Nabi Saw telah bertanya sesuatu kepada mereka , “Dan tanyalah orang-orang yang Kami utus sebelum kamu (Muhammad) diantara para rasul Kami itu (az-Zukhraf: 45).
    Keempat, disebutkan para nabi tidaklah dimakan oleh bumi sedikitpun. Nabi Musa telah meninggal berabad-abad, tetapi Nabi Saw melihat Nabi Musa shalat di dalam kuburnya. Disebutkan juga dalam hadits Isra` Mikraj Nabi Saw melihat Nabi Musa di langit keempat beserta melihat Nabi Adam dan Ibrahim As. Jika ini benar tentunya Nabi Muhammad Saw juga “hidup” setelah wafatnya, dan beliau dalam kenabiannya. Bukankah beliau "Sulthanul Anbiya`”, pemimpin dari sekalian para nabi?
    Kelima, disebutkan, “Janganlah kamu mengira orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka hidup disisi Tuhannya dengan limpahan rizki (QS Ali Imran: 169). Apakah hal ihwal mereka lebih tinggi dibanding kedudukan Nabi Saw? Tentu para nabi lebih berhak dari mereka.
    Peristiwa Israk Mi`raj adalah peristiwa besar yang "menggoncangkan" . Dari sinilah Nabi Saw diuji karena banyak umatnya yang semula sudah beriman kembali menjadi kufur (murtad, hampir separoh?) lantaran banyak yang tidak percaya cerita Nabi Saw. yang mengaku ketemu para nabi yang sudah meninggal dan dianggap “ngoyoworo” , bohong besar-besaran, “tidak masuk akal”. Sementara dari musyrikin menertawai dan menganggapnya gila. Tetapi dari sini juga sahabat Abu Bakar mendapat gelar ash-Shidiq dari Nabi Saw karena orang pertama yang membenarkan peristiwa Isra` Mikraj itu.
    Kisah-kisah Isra` Mikraj bertemu dengan orang meninggal dalam keadaan jaga sebetulnya “masih kalah dalam hal tidak masuk akal” dibanding “orang meninggal itu hidup lagi” dalam waktu yang cukup lama. Syaikh Jalaluddin as-Suyuthi mengambil pendapat Imam Abu Ahmad bin Jamrah antara lain , “Tidak memahami sifat qudrah, Maha Kuasa-Nya (hanya mendasarkan akal semata), adalah bodoh (jahil) dengan kemampuan Dzat yang Maha Kuasa dan seakan-akan dia tidak pernah mendengar kisah-kisah dalam al-Qur`an tentang sapi betina (al-Baqarah:73), kisah Nabi Uzair dan keledainya (al-Baqarah:259), kisah Nabi Ibrahim dengan empat bagian burung (al-Baqarah:260).
    Dengan kata lain, itulah bagian dari mukjizatnya al-Quran yang menurun melalui “KAROMAH” para sahabat dan wali-Nya. Bukankah para sahabat juga tidak sedikit yang memiliki “mukjizat” (dalam tanda petik) seperti halnya para nabi? Sahabat Umar bin Khathab memimpin perang dengan komando dari Madinah padahal perangnya berlangsung di luar negeri, berkirim surat kepada Sungai Nil di Mesir sehingga airnya naik sekitar 7 m, sahabat Ala` al-Hadhrami memimpin perang ke Bahrain di zaman Khalifah Abubakar dengan menyeberangi lautan (berjalan di atas laut) dengan 8000 pasukan.
    Sulit diterima akal sehat, tetapi itulah “karomah para wali-Nya” - tidak ada yang tidak mungkin kalau itu “izin” atau “kehendak-Nya”.
    Berbahagilah sahabat Abubakar mendapat gelar as-Shidiq (orang yang membenarkan) mempercayai pertemuan Nabi Saw dengan para nabi yang sudah wafat berabad-abad dalam keadaan jaga (bukan mimpi). Sebagaimana orang-orang pada zaman itu, lalu poisisi kita kira-kira mempercayai seperti sahabat Abubakar atau mengingkari seperti banyak orang yang tadinya sudah muslim kemudian berbalik menjadi kufur???

  • @acim5759
    @acim5759 3 ปีที่แล้ว +1

    Canga'an genteng banyuwangi hadir mbah yai

  • @mohtohiron2238
    @mohtohiron2238 3 ปีที่แล้ว

    Nderek nyimak mbah kyai Mugi berkah dan barokah

  • @chalimatussadiyah2064
    @chalimatussadiyah2064 2 ปีที่แล้ว

    Qobiltu ijazah

  • @soondaygaming5219
    @soondaygaming5219 3 ปีที่แล้ว

    Maap pak kiyai rosululloh ada diindonesia sudah lama dari tahun 2018 sudah dohir s moga pak kiyai penuh berkah dalam lindungan alloh amiin

  • @anaz8344
    @anaz8344 3 ปีที่แล้ว

    Barakallah

  • @maulanamalikibrahim9831
    @maulanamalikibrahim9831 2 ปีที่แล้ว

    SALLALLAHU ALAIHI WASSALAM 😢😢😢😢

  • @yuiyuu716
    @yuiyuu716 3 ปีที่แล้ว

    ijin gamalaken pak yai semoga baroka gobiltu ijasah dan smg kulo cepet bisa bertemu kanjeng nabi Muhammad rosulollah alaisalam amin,, ya robal alamin

  • @AbdulMunir67
    @AbdulMunir67 3 ปีที่แล้ว

    Qobiltu atas ijazahnya Yai......terimakasih admin...semoga Allah membalas dengan kebaikan yang banyak

  • @nrl7284
    @nrl7284 2 ปีที่แล้ว

    💚💚💚😞

  • @imaroh3409
    @imaroh3409 3 ปีที่แล้ว +1

    Assalamualaikum,embah yai semoga sehat selalu dlm lindungan Allah ilmu nya sangat bermanfaat buat kmi yg miskin ilmu

  • @redaksibangkit8000
    @redaksibangkit8000 3 ปีที่แล้ว

    subhanallah...

  • @yunitatia220
    @yunitatia220 3 ปีที่แล้ว

    Qobiltu amin semoga bisa istikomah

  • @kibuyutbuyut677
    @kibuyutbuyut677 ปีที่แล้ว

    Guruku

  • @baguspermana5909
    @baguspermana5909 3 ปีที่แล้ว

    🙏🙏

  • @endangkusmana857
    @endangkusmana857 2 ปีที่แล้ว

    Gue bagaimana mau ngikuti pemahamannya ! Dari omongannya aja gue dah...nggak percaya !

  • @kibuyutbuyut677
    @kibuyutbuyut677 ปีที่แล้ว

    😂😂😂😂😂

  • @salamsuparno3877
    @salamsuparno3877 3 ปีที่แล้ว

    Banyak khurafat nya

    • @Langkeso
      @Langkeso 3 ปีที่แล้ว

      Emang !!

    • @nrl7284
      @nrl7284 2 ปีที่แล้ว

      bayangkan kalau kita hidup di zaman nabi, ketika nabi muhammad baru pulang dari isra miraj dan bercerita ... apakah kita akan percaya ? 🤔
      mungkin kita tidak akan percaya ...