JEJAK ISLAM: Pesona Masjid Raya Sultan Riau Pulau Penyengat Destinasi Wisata Kepri

แชร์
ฝัง
  • เผยแพร่เมื่อ 6 ต.ค. 2024
  • Pesona Masjid Raya Sultan Riau Pulau Penyengat Destinasi Wisata Kepri
    TRIBUNBATAM.id - Masjid Raya Sultan Riau adalah salah satu situs paling ikonik di Pulau Penyengat.
    Masjid tua ini menyimpan sejarah panjang, sehingga ditetapkan sebagai situs cagar budaya oleh
    pemerintah Indonesia.
    Satu hal yang paling unik dari masjid ini adalah penggunaan putih telur sebagai campuran bahan
    bangunannya.
    Telur tersebut digunakan untuk membangun tembok masjid dan dipercaya bisa membuatnya lebih
    kokoh.
    Warna masjid ini relatif sangat mencolok dibanding bangunan lainnya lantaran dibalut dengan cat
    berwarna kuning cerah.
    Selain sebagai tempat ibadah, Masjid Raya Sultan Riau juga menjadi destinasi wisata religi sekaligus sejarah yang banyak didatangi wisatawan.
    Bila hendak ke Masjid Raya Sultan Riau Pulau Penyengat, kamu bisa menggunakan transportasi laut yang biasa disebut kapal pompong.
    Tarif per orang dikenakan Rp 9 ribu per orang dengan lama perjalanan sekitar sepuluh menit.
    Perjalanan pun sekitar 10 menit.
    Dari dermaga penyeberangan atau Pelabuhan Sri Bintan Pura (SBP), bangunan masjid yang berwarna
    kuning cerah terlihat mencolok di antara bangunan-bangunan yang ada di Pulau bersejarah tersebut.
    Arsitektur Masjid ini memiliki 13 kubah dan empat menara masjid berujung runcing setinggi kurang lebih 18 meter.
    Jika jumlah kubah dan menara digabungkan, menjadi angka 17. Jumlah ini melambangkan sebagai jumlah rakaat dalam salat.
    Luas keseluruhan kompleks masjid sekitar 54,4x32, 2 meter. Bangunan induknya berukuran 29,3 x 19,5 meter, dan ditopang oleh empat tiang.
    Pada halaman masjid, juga terdapat dua rumah sotoh, diperuntukan bagi para musafir dan tempat
    menyelenggarakan musyawarah.
    Di depan pintu masuk utama masjid terdapat lampu kristal hadiah dari Raja Prusia.
    Di sini juga terdapat Al-Qur’an tulisan tangan Abdurrahman Stambul yang ditempatkan dalam kotak
    kaca.
    Namun peninggalan paling berharga di masjid ini ada di dalam dua lemari yang terdapat di ruangan
    depan masjid. Lemari yang di pintunya terdapat kaligrafi. Lemari ini milik Yang Dipertuan Muda X Raja Muhammad Yusuf Al Ahmadi.
    Di dalam lemari terdapat ratusan kitab dan buku yang dikumpulkan oleh Raja Muhammad Yusuf Al
    Ahmadi, nama yang diabadikan menjadi nama Gedung Perpustakaan dan Arsip Daerah Kepulauan Riau.
    Di kanan dan kiri halaman depan masjid terdapat bangunan panggung tanpa dinding yang disebut balai- balai.
    Tempat tersebut digunakan untuk menunggu waktu salat atau pada saat bulan ramadan menjadi
    tempat untuk buka puasa bersama.
    Sementara itu Ketua Pengurus Masjid Raya Sultan Riau Penyengat, Raja Al Hafiz mengatakan, Masjid
    penyengat adalah hadiah pernikahan dari Sultan Mahmud dengan anak Raja Haji Fisabilillah yakni Raja Hamidah Engku Putri.
    Pulau Penyengat juga sebagai pusat penyebaran agama islam.
    Sebab itu, banyak sekali ulama besar,
    hingga wafatnya di sini.
    Satu diantaranya, Habib Syekh Alwi Assagaf yang makamnya di samping Raja Ali Haji Fisabilillah.
    Aktivitas di Masjid Pulau Penyengat saat Ramadhan di buka selama 24 jam penuh, bahkan bisa
    menginap.
    Masjid menyediakan tepat penginapan.
    Masjid Penyengat juga melaksanakan buka bersama selama Ramadhan hingga tadarusan.
    Keunikan yang ada bagi masyarakat Pulau Penyengat, setiap menjelang buka puasa, memberikan menu
    berbuka yang biasa disebut Joadah ke rumah-rumah secara berganti.
    Menyambut kedatangan bulan suci tersebut, kebiasaan masyarakat juga menghias kampung. Mulai
    lampu teplok hingga lampu-lampu berwarna kuning.

ความคิดเห็น •