KISAH OSMAN GHAZI PENDIRI KESULTANAN USTMANI YANG HAMPIR MENACAPI 1 ABAD

แชร์
ฝัง
  • เผยแพร่เมื่อ 22 มิ.ย. 2024
  • Sejarah Turki Utsmani: Osman Ghazi pendiri Kesultanan Utsmaniyah

    Osman Ghazi atau Osman Bey merupakan pendiri Kesultanan Utsmaniyah atau kekaisaran Turki Ottoman . Ia lahir pada tahun 1258 di kota Sogut. Ayahnya adalah Ertugrul Gazi dan ibunya adalah Halima Sultan.
    Osman Gazi adalah pria jangkung dengan wajah bulat, mata cokelat, dan kulit gelap. Bahunya cukup besar dan bagian atas tubuhnya lebih panjang dari anggota tubuh lainnya. Dia biasa memakai mahkota Horasan dengan gaya Cagatay, yang terbuat dari kain merah.
    Osman Gazi adalah pemimpin yang brilian. Dia adil, berani, baik hati dan suka membantu orang miskin. Kadang-kadang dia menyumbangkan pakaiannya kepada orang miskin. Setiap hari, dia memberi semua orang di rumahnya makanan enak.
    Osman Gazi baru berusia 23 tahun ketika dia menjadi pemimpin Klan Kayi di Sogut. Osman adalah penunggang kuda dan pemain pedang yang sangat brilian.
    Ia menikah dengan Mal Sultana yang merupakan putri dari Omer yang terkenal. Mal Sultan adalah ibu dari Orhan dan Orhan menggantikan Osman sebagai Raja.
    Sebagai pemimpin wilayah Sogut, Osman memiliki hubungan baik dengan tokoh sufi bernama Syekh Edebali.
    Dia biasa pergi ke rumah Syekh Edebali di mana sekelompok darwis bertatap muka di dalam Eskisehir Sultanonu dan menjadi tamunya. Suatu malam, saat mengunjungi seorang tamu di dargah Syekh Edebali, dia bermimpi.
    Ketika matahari bersinar, dia pergi ke Syekh Edebali dan berkata kepadanya, “Guruku, aku melihatmu dalam mimpiku. Sebuah bulan muncul di dadamu. Ia terbit, terbit, dan kemudian turun ke dadaku. Setelah itu, dari pusarku tumbuh pohon yang sangat rindang yang menaungi dunia. Di bawah pepohonan terdapat pegunungan yang mengalirkan udara, di mana orang mengambil airnya untuk minum dan berkebun.”
    Adapun dalam tafsirnya, Syekh Edebali percaya bahwa mimpi itu meramalkan kerajaan masa depan Osman yang makmur.
    “Saya punya kabar baik, Osman! Tuhan telah memberikan kerajaan dan putramu. Seluruh dunia akan dilindungi oleh putramu dan putriku akan menjadi istrimu.”
    Setelah kejadian tidak biasa ini, Syekh menikahkan putrinya Bala Sultana dengan Osman.
    Mendirikan Kesultanan Utsmaniyah
    Setelah kematian ayahnya, Osman mengambil alih komando suku dan mengorganisir pasukannya untuk berperang melawan Bizantium.
    Pada saat inilah, kekuatan Osman mulai terkenal dikalangan pengembara dan tentara bayaran yang kemudian bergabung di bawah kekuasaannya.
    Bermodalkan kekuatan militer dan kecakapan memimpin, kekuasaan Osman semakin kuat.
    Setelah Dinasti Saljuk runtuh, Usman I mendeklarasikan berdirinya Kesultanan Utsmaniyah di Turki pada tahun 1299.
    Ia juga melakukan beberapa penaklukan terhadap wilayah-wilayah yang penting, salah satunya adalah Kota Yenisehir, yang kemudian dijadikan ibu kota Utsmaniyah yang pertama.
    Perluasan wilayah
    Pada tahun 1302, setelah mengalahkan kekuatan Bizantium di dekat Nicea, Osman semakin mendesak pertahanan lawannya.
    Khawatir dengan pengaruh Osman yang semakin besar, Bizantium pun secara bertahap meninggalkan pedesaan Anatolia.
    Kendati demikian, Bizantium masih berusaha menahan ekspansi Ottoman, tetapi upaya mereka tidak terorganisir dengan baik.
    Sementara itu, Osman terus memperluas kendalinya ke dua arah, bagian utara di sepanjang aliran Sungai Sakarya, dan barat daya menuju Laut Marmara.
    Misi itu dapat diselesaikan pada 1308, dan dilanjutkan dengan penalukan Efesos, di dekat Laut Aegea.
    Wafat
    Menjelang akhir pemerintahannya, Kesultanan Utsmaniyah berusaha menduduki Kota Bursa. Akan tetapi, Osman tidak turun langsung ke medan perang dan dia meninggal pada tahun 1323, tepat setelah pertempuran di Bursa usai.
    Osman I memerintah Kesultanan Utsmaniyah antara tahun 1299 hingga tahun 1323.
    Osman Ghazi meninggal di Bursa pada tahun 1326. Ketika dia meninggal, dia meninggalkan sepasang sepatu bot tinggi, baju besi kuda, tombak, pedang, beberapa kuda, domba, wadah sendok, dan tiga kawanan garam.
    Ia kemudian digantikan oleh putra yang bernama Orhan. Setelah kematiannya, Osman sempat dimakamkan di kampung halamannya di Sogut.
    Namun, Orhan memindahkan makamnya ke Bursa, setelah berhasil menduduki kota tersebut dan menjadikannya ibu kota Utsmaniyah yang baru.
    Setelah itu, Kesultanan Utsmaniyah terus berkembang pesat hingga runtuh pada tahun 1924.
    #kisahislami #sejarah #sejarahislam #kisahnyata

ความคิดเห็น • 5

  • @user-fz7bb4ky1c
    @user-fz7bb4ky1c 3 วันที่ผ่านมา

    Sepertinya ceritanya terbalik
    Istri pertama osman bukannya bala hatun anak dari syech edabali

    • @SugGong
      @SugGong  3 วันที่ผ่านมา

      Osman menikah dengan dua orang istri, yakni Maihun Hatun dan Rabia Bala Hatun. Yang pertama adalah putri seorang kepala suku Turki Seljuk, Omer Abdulaziz Bey. Adapun yang kedua merupakan anak perempuan Syekh Edebali.
      Sumber republik.com maaf kalau salah🙏🙏🙏

    • @mochammadtajularipin7580
      @mochammadtajularipin7580 3 วันที่ผ่านมา

      Bala hatun tokoh fiktif di Turki sendiri 🙏​@@SugGong

    • @mochammadtajularipin7580
      @mochammadtajularipin7580 3 วันที่ผ่านมา

      ​@@SugGongsebaiknya sejarah dari negara asal Nya

    • @SugGong
      @SugGong  3 วันที่ผ่านมา

      Tapi cerita Osman Ghozi itu fakta kak