ไม่สามารถเล่นวิดีโอนี้
ขออภัยในความไม่สะดวก

YADNYA DALAM BINGKAI FILSAFAT | PART 1 | Dharma Wacana

แชร์
ฝัง
  • เผยแพร่เมื่อ 27 มิ.ย. 2020
  • Matur Suksma,
    Sudah menonton video ini , silahkan like jika anda suka video ini, dan mohon juga untuk bagikan ke teman-teman dan saudara kalian ya.. serta tinggalkan komentar jika anda punya pertanyaan atau ada hal yang perlu di diskusikan. Dan Jangan lupa menonton video yang lainnya ya..
    Video Ini Bagian dari Video "Yadnya Dalam Bingkai Filsafat"
    Part 1 : • YADNYA DALAM BINGKAI F...
    Part 2 : • YADNYA DALAM BINGKAI F...
    Part 3 : • YADNYA DALAM BINGKAI F...
    Mohon berikan saran masukan kalian kepada tim kami , melalui :
    Panca Tirta Production
    Email : ketutwirata65@gmail.com
    Phone : 08125416768
    Subscribe Panca Tirta merupakan salah satu bentuk Rsi Yadnya
    #dharmawacana #agamahindu #IdaPanditaMpuNabeJayaAcharyananda

ความคิดเห็น • 40

  • @OppoA-kj9bm
    @OppoA-kj9bm 3 ปีที่แล้ว +1

    sangat mutlak diperlukan pemahaman pengetahuan dan filsafat tentang warisan budaya-nya bagi generasi muda HINDHU di zaman era globalisasi sekarang ini, matur suksme Ida Pandita 🙏🙏🙏

  • @Aryawan555_Dedy
    @Aryawan555_Dedy 4 ปีที่แล้ว +2

    Pemabaran Dharma yg sangat bermanfaat untuk umat

  • @nengahrjamena4656
    @nengahrjamena4656 3 ปีที่แล้ว +1

    Matur suksme tityang aturkan kepada Ida Pandita Mpu Nabe Jaya Acharyananda atas pencerahan nya yg sangat membahagiakan hati yg tercerahkan

  • @adiwijaya7379
    @adiwijaya7379 4 ปีที่แล้ว +1

    Suksme Guru Mpu Acharya 🙏. Sangat jelas skali smua ada di sloka2 Suci. Seharusnya Pinandite2 kt slesai memuput upakare sll memercikan Tirte dn memercikan ilmu pengetahuan kitab suci it ke umat. andai dr jaman dahulu ini mjd budaya mgkn umat tdk paling dlm mecari ilmu pengetahuan dn tdk trjd perdebatan2 umat sprti yg tjd skr.,.🙏Rahayu.

  • @nengahrjamena4656
    @nengahrjamena4656 3 ปีที่แล้ว +1

    Sungguh membahagiakan pencerahan tentang filsafat yadnya,
    mudah2an dapat dikruvutkan menjadi standar banten ritual dengan makna dan sumber referensi weda yg diturunkan ke ritual. kemudian pada kehifuan sehari hari

  • @komangparwata5319
    @komangparwata5319 3 ปีที่แล้ว

    Luar biasa program niki didalam mbuka tabir akan nilai2 Yadnya puniki.
    Matur sukseme Panca Tirta dan para sulinggih dan praktisi agama niki.
    Salam rahayu

  • @sarjanaputra9053
    @sarjanaputra9053 2 ปีที่แล้ว

    *TAMBAH BINGUUUUNNNGG*

  • @dewisnu9168
    @dewisnu9168 9 หลายเดือนก่อน +1

    Om Swastiastu,
    Sebenarnya banten dan ritual upacara agama itu adalah sebagai media visualisasi saja, sebab jika dikatakan sebagai ungkapan rasa terimakasih, memang tidak salah tapi terlalu berlebihan bila hanya sebagai ucapan terimakasih mengingat ritual upacara yadnya itu banyak sekali sarananya, bantennnya dan masing-masing banten/sesajen dan prosesi memiliki arti dan maknanya masing-masing, sehingga lebih tepat banten dan ritual upacara yadnya adalah sebagai simbolis
    Contohnya begini ibarat kan anda mengalami kegalauan pikiran yg hebat dan berat rasanya anda mengatasi kegalauan mental anda, lalu anda pergi ke psikolog dan psikolog memberikan solusi menulis segala uneg" Anda di kertas kemudian membejeknya dan melemparnya sambil berteriak sebagai perumpamaan anda membejek semua kekalutan pikiran dan dan melempar semua kekalutan pikiran anda
    Tapi setelah itu apakah kekalutan pikiran anda benar-benar akan hilang dan anda akan benar-benar terbebas dari kekalutan pikiran??
    Sama seperti ajaran agama mengajar kan manusia memiliki 6 musuh dalam dirinya yaitu sad ripu namun karena begitu beratnya menaklukkan sad ripu dalam diri sehingga diumpamakan dalam upacara mepandes atau mesangih yg mengikir gigi yg bermakna dengan ini saya mengikis 6 musuh(sad ripu) dalam diri kita
    Tapi pertanyaannya, apakah dengan demikian 6 musuh dalam diri kita sudah pasti terkikis?
    Nah itulah Visualisasi=Perumpamaan 🙏😇
    Sekali lagi banten dan ritual upacara ini hanya sebuah metode saja, meskipun sebenarnya ada berbagai cara dalam mengikis sad ripu dalam diri ibaratnya ada banyak jalan menuju roma
    Semoga bisa dipahami
    Rahayu 🙏🙏😇😇
    Suksma 🙏😇😇😇

  • @tidaksempurnachanel3525
    @tidaksempurnachanel3525 3 ปีที่แล้ว +2

    KEYAKINAN HINDU DIBALI ADA 3 :
    1. KEYAKINAN YANG KONSISTEN DENGAN HUKUM KARMA :
    Jadi segala kejadian yang menimpa kita 100% adalah karena Karma kita.
    Ini dasarnya Panca Sradha yaitu Hukum Karmapala. Jadi ritual atau upacara hanyalah simbol penghormatan/sembah kepada Tuhan dan simbol untuk memperkuat tekad kita berKarma baik sehingga kehidupan kita lebih baik. Sehingga walaupun ritual ada tingkatannya (Alit-Madya-Utama) tetapi diyakini memiliki makna yang sama asal sesuai sastra Weda dan kemampuan atau Yadnya Satwika.
    Contoh : wabah covid dan penyakit lainnya adalah Karma manusia itu sendiri yang tidak menyayangi Bumi. Jadi harus diterima dengan lapang dada dan berusaha dengan usaha benar (protokol kesehatan) untuk bisa melewati wabah ini. Sesuai dengan hukum Karma... benar usaha kita benar hasilnya.
    2. KEYAKINAN YANG KONSISTEN DENGAN RITUAL.
    Jadi kejadian yang terjadi diatur oleh kekuatan Dewa, dimana dengan ritual kita akan disayang oleh Dewa. Semakin besar ritual semakin disayang.
    Ini dasarnya Lontar lontar yang didasari dari kitab Purana, Mahabaratha, Ramayana dan juga keyakinan kepercayaan dimasa lalu. Keyakinan inilah yang menimbulkan Ritual itu ada tingkatannya dimana semakin besar ritual diyakini semakin besar pula hasilnya. Jadi Alit-Madya-Utama diyakini memiliki makna tingkat yang berbeda.
    Contoh : wabah adalah kutukan Dewa Dewa karena Ritualnya kurang. Dewa dewa menjadi tidak sayang, tidak melindungi dan pergi menjauh.
    Dan sebaliknya jika Bumi Bali rahayu ini diyakini karena Ritual Ritual yang telah dilakukan. Jika tidak rahayu berarti ada Ritual yang kurang... dilakukanlah Ritual tambahan sampai wabah sirna, entah sirna alami atau karena ritual... tapi tetap diyakini Rituallah penyebabnya.
    3. KEYAKINAN ABU ABU/ KARMA & RITUAL BERPENGARUH.
    Kejadian yang menimpa kita karena gabungan Karma dan Ritual.
    Ini dasarnya adalah gabungan antara Panca Sradha/Hukum Karma dan Lontar lontar kepercayaan. Ada yang persentase keyakinannya lebih ke Karma ada yang lebih ke Ritual. Sering terjadi pembenaran sesuai kondisi.
    Contoh : Kalau Bumi Bali Rahayu ini diyakini karena rajin melakukan Ritual.
    Kalau ada Wabah ini dihubungkan dengan Karma manusia. Jadi dihubungkan dan diyakini sesuai kondisi.
    KESIMPULAN : Semua tipe keyakinan adalah wajar karena semua keyakinan adalah Ciptaan Tuhan sendiri dan seperti kata Bhagawadgita : semua jalan/keyakinan akan menuju-Ku/Kedamaian.
    Jadi ketiga KEYAKINAN diatas jika DIYAKINI akan sama sama memberikan dampak KETENANGAN UMAT ketika hidup di Dunia. Jadi benar kata Lao Tsu orang bijak dari Cina "KEYAKINAN adalah teman terbaik kita" karena keyakinan memberikan ketenangan. Tinggal dipilih sesuai HATI NURANI dan KECERDASAN SPIRITUAL kita.
    Pada akhirnya GUMI LINGGAH AJAK LIU ADE KENE ADE KETO.. ADE KEYAKINAN KENE ADE KEYAKINAN KETO..
    MARI MENERIMA KEBERAGAMAN KEYAKINAN YANG TIDAK LAIN ADALAH CIPTAAN TUHAN YANG MAHA PENCIPTA DAN MAHA KUASA.

    • @m-dc5083
      @m-dc5083 ปีที่แล้ว

      Apakah para dewa madih pamtih dengan yadnya yg dilakukan manusia ???
      Karena anda mengatakan semakin besar ritual ,semakin disayang ! apakah itu masuk akal ??

  • @wayansuwika9395
    @wayansuwika9395 4 ปีที่แล้ว +1

    Luar biasa

  • @ardanagede5777
    @ardanagede5777 3 ปีที่แล้ว

    Suksme ratu tyang nk sampun 22 tahun mebakti nk ke pura sebates kramaning sembah gen akhirnya tyang mengerti sedikit tentang yadnya

  • @dewaardana2411
    @dewaardana2411 2 ปีที่แล้ว

    Saya usul, lontar lontar yg terkait panca yadnya di terjemahkan lalu di jual ditoko buku, sehingga masyarakat bisa membaca dan tau lontar, walau cuma tetjemahan

    • @pancatirtaproduction9518
      @pancatirtaproduction9518  2 ปีที่แล้ว

      Pemda Bali sudah menyediakan

    • @dewisnu9168
      @dewisnu9168 9 หลายเดือนก่อน

      ​@@pancatirtaproduction9518Om Swastiastu
      Jika Banten disebut sebagai suatu bentuk ucapan rasa terimakasih kepada Tuhan, itu tidak salah, tetapi terlalu berlebihan jika banten disebut sebagai ucapan rasa terimakasih kepada Tuhan, karena tiap banten/upakara memiliki arti dan maknanya tersendiri yang kadang terkesan rumit, sebab jika hanya sebagai ucapan rasa terimakasih, mengapa tidak buah"annya saja yang diperbanyak? Sedangkan banten sendiri ada banyak, kadang terkesan rumit dan memiliki arti tersendiri.
      Kemudian jika banten disebut sebagai "Kitab Tanpo Tulis" Yaitu Kitab Suci tanpa tulisan, lalu apa gunanya ada lontar dan membaca lontar dan apa gunanya ada Kitab Suci? Ya belajar saja hanya dari banten dan tidak perlu ada lontar, tidak perlu ada Kitab Suci, tidak perlu belajar lontar, tidak perlu baca Kitab Suci, tidak perlu baca lontar dan tidak perlu baca Kitab Suci karena Kitab sucinya adalah banten
      Lalu mengapa mesti pakai banten?
      Sebenarnya semua itu hanya metode saja, sebagai salah satu metode dalam menjalankan Hindu.
      Karena Hindu tradisi Bali menggunakan metode "Tantra" dan "Tantra" erat kaitannya dengan "Visualisasi" dan untuk melakukan "Visualisasi" ini dibutuhkan alat sebagai media dan sebagai simbol yg kemudian dikembangkan dengan budaya lokal menjadi banten-banten
      Sebagai simbol memahami ajaran
      Sebagai simbol mempraktikkan ajaran
      Secara metafisik karena menggunakan ilmu tantrik
      Jadi, waktu zaman kerajaan dulu di Bali ada 2 agama yaitu agama Siwa dan agama buddha
      Agama Siwa nya Tantra
      Agama buddha nya juga Tantra
      Agama Siwa nya pakai banten
      Agama Buddha nya juga pakai banten
      Karena banten sebagai media visualisasi karena sama" menggunakan metode Tantra
      Dan ilmu Tantra memang identik dengan banyak ritual dan banyak upacara baik Tantra Siwa maupun Tantra Buddha
      Di Jawa ada agama Buddha yg juga identik dengan ritual upacara agama dan juga menggunakan banten" yg sekilas mirip" Seperti banten di Bali tapi dalam versi Buddhis, dan agama buddha yg dimaksud adalah Khadam Choeling dari maha guru Khadam dari Tibet dan maha guru Khadam ini silsilah/parampara nya adalah dari Guru Dharmakirthi dari Suwarnadwipa Sriwijaya Melayu Kuno
      Selain itu di Jawa juga ada agama buddha sekilas mirip seperti umat Hindu di Bali tapi dalam versi Buddhis bahkan romo pandita nya juga pakai genta mirip pemangku di Bali dan pakai banten juga tapi Buddhisme nya beraliran Mahayana tapi tradisi Jawa yg mana dulunya mereka adalah Kejawen tapi setelah digali ajarannya ternyata mereka mewarisi agama buddha Mahayana dari zaman Majapahit yg disebut "Buddha Budhi Jawi" Agama buddha berbahasa Sansekerta dan kawi dengan tradisi Jawa sekilas mirip umat Hindu di Bali tapi dalam versi Buddhis
      Di Lombok Utara juga ada agama buddha hinayana/Theravada yg juga sekilas mirip umat Hindu di Bali karena ada tradisi" dan pakai banten juga mirip seperti umat Hindu di Bali tapi dalam versi Buddhis, sebenarnya zaman Hindu-Buddha dulu juga ada agama buddha hinayana/Theravada di Nusantara yg seperti itu dan berbahasa kawi dan berbudaya Jawa tapi tidak se populer Mahayana
      Maaf saya agak jauh sedikit membahas agama lain, tapi secara garis besar itulah semua itu hanya metode
      Banten adalah metode dari Tantra dan dipengaruhi oleh Tantra
      Sehingga semua itu sebenarnya hanyalah metode
      Jadi, mengapa pakai banten?
      Karena Hindu tradisi Bali menggunakan metode Tantra sehingga menggunakan teknik visualisasi yg kemudian dikembangkan menjadi banten-banten seperti sekarang
      Karena menggunakan metode Tantra dan karena dipengaruhi oleh metode Tantra dan Tantra memang identik dengan ritual dan upacara agama baik Tantra Siwa maupun Tantra Buddha juga demikiann
      Dan sekali lagi ini hanya metode
      Demikian menurut yang saya pelajari, mohon maaf sebelumnya bila saya ada salah kata, mohon dikoreksi kembali
      Suksma

  • @ibwinaya1164
    @ibwinaya1164 2 ปีที่แล้ว +1

    Yadnya dalam bingkai filsafat.
    Filsafat yg mana?
    Hindu mengenal 6 jenis filsafat,... sad dharsana.

  • @dewisnu9168
    @dewisnu9168 9 หลายเดือนก่อน +1

    Om Swastiastu
    Jika Banten disebut sebagai suatu bentuk ucapan rasa terimakasih kepada Tuhan, itu tidak salah, tetapi terlalu berlebihan jika banten disebut sebagai ucapan rasa terimakasih kepada Tuhan, karena tiap banten/upakara memiliki arti dan maknanya tersendiri yang kadang terkesan rumit, sebab jika hanya sebagai ucapan rasa terimakasih, mengapa tidak buah"annya saja yang diperbanyak? Sedangkan banten sendiri ada banyak, kadang terkesan rumit dan memiliki arti tersendiri.
    Kemudian jika banten disebut sebagai "Kitab Tanpo Tulis" Yaitu Kitab Suci tanpa tulisan, lalu apa gunanya ada lontar dan membaca lontar dan apa gunanya ada Kitab Suci? Ya belajar saja hanya dari banten dan tidak perlu ada lontar, tidak perlu ada Kitab Suci, tidak perlu belajar lontar, tidak perlu baca Kitab Suci, tidak perlu baca lontar dan tidak perlu baca Kitab Suci karena Kitab sucinya adalah banten
    Lalu mengapa mesti pakai banten?
    Sebenarnya semua itu hanya metode saja, sebagai salah satu metode dalam menjalankan Hindu.
    Karena Hindu tradisi Bali menggunakan metode "Tantra" dan "Tantra" erat kaitannya dengan "Visualisasi" dan untuk melakukan "Visualisasi" ini dibutuhkan alat sebagai media dan sebagai simbol yg kemudian dikembangkan dengan budaya lokal menjadi banten-banten
    Sebagai simbol memahami ajaran
    Sebagai simbol mempraktikkan ajaran
    Secara metafisik karena menggunakan ilmu tantrik
    Jadi, waktu zaman kerajaan dulu di Bali ada 2 agama yaitu agama Siwa dan agama buddha
    Agama Siwa nya Tantra
    Agama buddha nya juga Tantra
    Agama Siwa nya pakai banten
    Agama Buddha nya juga pakai banten
    Karena banten sebagai media visualisasi karena sama" menggunakan metode Tantra
    Dan ilmu Tantra memang identik dengan banyak ritual dan banyak upacara baik Tantra Siwa maupun Tantra Buddha
    Di Jawa ada agama Buddha yg juga identik dengan ritual upacara agama dan juga menggunakan banten" yg sekilas mirip" Seperti banten di Bali tapi dalam versi Buddhis, dan agama buddha yg dimaksud adalah Khadam Choeling dari maha guru Khadam dari Tibet dan maha guru Khadam ini silsilah/parampara nya adalah dari Guru Dharmakirthi dari Suwarnadwipa Sriwijaya Melayu Kuno
    Selain itu di Jawa juga ada agama buddha sekilas mirip seperti umat Hindu di Bali tapi dalam versi Buddhis bahkan romo pandita nya juga pakai genta mirip pemangku di Bali dan pakai banten juga tapi Buddhisme nya beraliran Mahayana tapi tradisi Jawa yg mana dulunya mereka adalah Kejawen tapi setelah digali ajarannya ternyata mereka mewarisi agama buddha Mahayana dari zaman Majapahit yg disebut "Buddha Budhi Jawi" Agama buddha berbahasa Sansekerta dan kawi dengan tradisi Jawa sekilas mirip umat Hindu di Bali tapi dalam versi Buddhis
    Di Lombok Utara juga ada agama buddha hinayana/Theravada yg juga sekilas mirip umat Hindu di Bali karena ada tradisi" dan pakai banten juga mirip seperti umat Hindu di Bali tapi dalam versi Buddhis, sebenarnya zaman Hindu-Buddha dulu juga ada agama buddha hinayana/Theravada di Nusantara yg seperti itu dan berbahasa kawi dan berbudaya Jawa tapi tidak se populer Mahayana
    Maaf saya agak jauh sedikit membahas agama lain, tapi secara garis besar itulah semua itu hanya metode
    Banten adalah metode dari Tantra dan dipengaruhi oleh Tantra
    Sehingga semua itu sebenarnya hanyalah metode
    Jadi, mengapa pakai banten?
    Karena Hindu tradisi Bali menggunakan metode Tantra sehingga menggunakan teknik visualisasi yg kemudian dikembangkan menjadi banten-banten seperti sekarang
    Karena menggunakan metode Tantra dan karena dipengaruhi oleh metode Tantra dan Tantra memang identik dengan ritual dan upacara agama baik Tantra Siwa maupun Tantra Buddha juga demikiann
    Dan sekali lagi ini hanya metode
    Demikian menurut yang saya pelajari, mohon maaf sebelumnya bila saya ada salah kata, mohon dikoreksi kembali
    Suksma

  • @madesaka2454
    @madesaka2454 3 ปีที่แล้ว

    Saya menggunakan filsafat Sri Krisna Weda Bhagavad Gita, sabda Sri Krisna,, mohon saran nya

  • @tidaksempurnachanel3525
    @tidaksempurnachanel3525 3 ปีที่แล้ว

    Ratu Ida Pandita.. saya mau bertanya tentang yang dikatakan Sugih Metape Lacur. Kalau Lacur Metape Sugih sudah bisa tiang fahami.
    Sugih metape lacur itu batasannya punapi?
    Batasan Sugih nike punapi?
    Seandainya sudah sesuai dengan batasan Sugih tetapi memilih upacara yang sedang atau alit karena beberapa alasan seperti :
    1. Memang memiliki KEYAKINAN bahwa dijaman ini ritual bijaknya dipilih ketingkat yg sederhana walau sugih. karena Alit-Madya-Utama maknanya sama.
    2. Karena faktor TENAGA yg kurang atau kondisi sakit, jadi memilih ritual yg sederhana walau sugih.
    3. Karena faktor WAKTU/PROFESI dimana memiliki tugas/pekerjaan yg waktu libur sedikit sehingga memilih ritual yang tingkat sederhana yg perlu waktu persiapan dan pelaksanaan lebih singkat walau dana ada.
    Pertanyaannya apakah ritual tetap dikatakan Sugih metape Lacur?
    Atau termasuk Satwika Yadnya?
    Menurut tiang ritual Satwika tidak bisa berpegangan hanya dengan Kemampuan Dana (Sugih), tetapi juga KEYAKINAN/KECERDASAN SPIRITUAL, WAKTU/PROFESI, dan TENAGA/KESEHATAN yang punya karya.
    Mohon pencerahannya Ratu..

    • @pancatirtaproduction9518
      @pancatirtaproduction9518  3 ปีที่แล้ว

      Ada orang kaya tetapi untuk meyadnya serba irit, maunya murah dan efisien, punya uang banyak tapi makanan serba irit, ada tamu tidak berani menyuguhi makanan

    • @tidaksempurnachanel3525
      @tidaksempurnachanel3525 3 ปีที่แล้ว

      @@pancatirtaproduction9518
      Maksud tiang napi batasan KAYA nike?
      Supaya jangan sampai umat yg sebenarnya kemampuan menengah dikatakan sugih... akhirnya baru membuat yadnya sedang dikatakan Nak Sugih Metape Lacur.
      Harus jelas napi Sugih nike???
      Karena tiang perhatikan sebagian besar umat yg melakukan yadnya utama tidak sugih (dari pengertian Sugih yaitu : memiliki warisan 7 turunan, tanpa kerja aktif sudah mendapatkan penghasilan sesuai gaya hidup misalnya pengusaha besar, deposito besar. Tabungan hari tua dan pendidikan anak sudah terpenuhi)... tapi kenyataannya sebagian besar yg melakukan yadnya utama menengah bahkan menengah kebawah.

    • @tidaksempurnachanel3525
      @tidaksempurnachanel3525 3 ปีที่แล้ว

      Seperti misalnya si A memiliki ekonomi menengah atau menengah keatas tetapi dianggap SUGIH karena rumahnya besar atau karena sebagai pejabat/dokter/berlayar...
      Tetapi karena
      1.Dia memiliki KEYAKINAN bahwa dijaman ini cukup melakukan upacara yg sederhana dimana makanan untuk tamu wajarlah/cukup lezat dan memuaskan. Dia memilih yadnya sederhana Karena dia yakin alit-madya-utama maknanya sama.. dia yakin dan tulus iklas.
      2. Karena profesi dokter/pejabat waktu yg dimiliki sedikit sehingga dia memilih yadnya yg sedang atau mungkin alit, agar waktu lebih singkat untuk persiapan dan pelaksanaan.
      3. Karena kondisinya sakit... agar tidak terlalu banyak dipikirkan baik dari segi pikiran dan fisik yg bisa memperparah kondisi kesehatannya, dia memilih yadnya sedang atau alit.
      Apakah ini termasuk Satwika atau Sugih metape lacur.

    • @pancatirtaproduction9518
      @pancatirtaproduction9518  3 ปีที่แล้ว

      Baik sekali, kalau covid ini berakhir, Kami akan bahas dalam bentuk dialog dan up load ke TH-cam. Mudah mudahan segera bisa diwujudkan. Kalau memungkinkan kami undang Anda menjadi penanya

  • @igstnyoman2624
    @igstnyoman2624 2 ปีที่แล้ว

    Manawa-dharma-sastra
    adhya-panam brahma yajna, pita-yajna tu tarpanam, homo daivo, bhalir bhauto, nr-yajna tithi-pujanandam.
    "Mengajar dan belajar adalah yadnya brahmana, upacara tarpana adalah yadnya untuk para leluhur, homa yadnya (Agnihotra) adalah yadnya kepada Dewa/ Tuhan, Bali yadnya (bhalir bhauto) adalah yadnya kepada Bhuta dan manusa yadnya adalah menerima tamu dengan ramah dan hormat."
    Lalu tiba-tiba orang membaca di yutube "Forkom Taksu Bali Larang Agnihotra." Dharma wecana ratu ini apakah sekedar teori yang dalam kenyataan-nya tidak ada, atau tidak boleh ada dan hanya agar kelihatan keren lalu baca Dharma-sastra.?

    • @pancatirtaproduction9518
      @pancatirtaproduction9518  8 หลายเดือนก่อน

      Yang sulit adalah reaksi sebagian orang yang tidak mau mengubah tradisi berdasarkan sastra. Contoh tentang hukum manak salah, tetap saja ada yang mendukung meskipun itu bertentangan dengan HAM

  • @purwiba5090
    @purwiba5090 4 ปีที่แล้ว +1

    Mau tanya..bagaimna tanggapan ida tentang banyaknya sampradaya di bali saat ini?

    • @pancatirtaproduction9518
      @pancatirtaproduction9518  4 ปีที่แล้ว

      Silahkan saksikan di channel ini. Sudah pernah di bahas dalam zoom

    • @purwiba5090
      @purwiba5090 4 ปีที่แล้ว

      @@pancatirtaproduction9518 apa judulnya

    • @pancatirtaproduction9518
      @pancatirtaproduction9518  4 ปีที่แล้ว +1

      @@purwiba5090 Pola keberagaman dalam Agama Hindu

    • @gustunitisastra7269
      @gustunitisastra7269 4 ปีที่แล้ว

      Menurut sy kurang baik,,karena akan terjadi perang teologi pada para Brahmananya, kadang kebahagiaan beragama didapat dengan berpikir sederhana dan simple,,

    • @vanhelsing8405
      @vanhelsing8405 4 ปีที่แล้ว +2

      @@gustunitisastra7269 tergantung orang tersebut memandang, ketika semua mengacu kepada kitab suci, itu lah yang paling bijaksana.

  • @blieuroi3377
    @blieuroi3377 3 ปีที่แล้ว

    kenapa selalu lihat bagawad gita, lalu kapan kita melihat catur wedanya ?

  • @sammeonk2526
    @sammeonk2526 4 ปีที่แล้ว

    Ampura tiang metaken tentang upacara Bhuta Yadnya :
    Apakah tujuan Buta Yadnya yg benar?
    1). Apakah untuk nyomye buta kale dalam artian dengan memberikan labaan/makanan mahluk halus,
    2). Apakah untuk menetralkan kekuatan gaib dengan upacara,
    3). Apakah untuk menyupat binatang supaya bereinkarnasi menjadi lebih tinggi derajatnya.
    Pengertian seperti tersebut diatas adalah saya jumpai sehari-hari baik dari orang yg dianggap mengerti maupun tidak.
    Namun saya menemukan petunjuk sastra yg bunyinya yaitu :
    "Bhuta yadnya ngarania taur muang kapujan ring tuwuh...
    matangnyan prihen tikang bhuta hita, aywa tan maasih-ring sarwa prani..." (kutipan Agastia Parwa dan Sarasamuscaya 135).
    Maksudnya:
    Bhuta Yadnya namanya mengembalikan unsur-unsur alam itu dengan menghormati tumbuh-tumbuhan. Oleh karena itu usahakanlah kesejahteraan alam itu (Bhuta Hita) jangan tidak menaruh belas kasihan kepada semua makhluk hidup (sarwa prani).
    Jadi manakah yg benar ? Apakah Bhuta itu artinya mahluk halus ataukah mahluk hidup dengan materi alamnya.
    Petunjuk sastra diatas justru jarang ditekankan dalam setiap Bhuta Yadnya di momen kegiatan agama.
    justru fakta yg ada di upacara mecaru saya lihat ada kontradiksi dimana setelah upacara, bantennya dibuang ke sungai.

    • @pancatirtaproduction9518
      @pancatirtaproduction9518  3 ปีที่แล้ว

      Silahkan ikuti zoom meeting, kirim WA ke Panca Tirta, langsung diakusikan bersama Ida Pandita

    • @tidaksempurnachanel3525
      @tidaksempurnachanel3525 3 ปีที่แล้ว

      Bhuta yadnya : Penghormatan yang suci dan tulus iklas kepada Alam atau roh roh/kekuatan alam yg disimbolkan dengan ritual... sehingga kita terhindar dari tindakan merusak Alam karena disini kita membiasakan diri mencintai alam... saat alam dikatakan leteh/kotor.. ritual Bhutayadnya sebagai simbolis untuk membersihkan kembali yang dapat mempengaruhi perasaan kita menjadi tenang... sebenarnya simbolis penghormatan dan simbolis penenangan diri.. jadi tidak perlu harus besar... alit-madya-utama maknanya sama... tetapi jika perasaan mulai mempengaruhi dan disamakan dengan menombok/ada yg diminta mulailah muncul tingkatan tingkatan.

    • @sammeonk2526
      @sammeonk2526 3 ปีที่แล้ว

      @@tidaksempurnachanel3525
      Beryadnya dengan alam menurut saya di jaman sekarang/ jaman kali yuga adalah perlu langkah nyata bukan hanya simbolis upacara yadnya, tapi dengan yadnya berupa tindakan langsung dengan melestarian alam.
      Seperti petunjuk dibawah ini kita beragama sesuaikan dengan jamannya :
      Tapah pararn kerta yuge
      Tretayam jnyanamucyate
      Dwapare yajnyawaewahur
      Danamekam kalau yuge
      (Manawa Dharmasastra, I.85)
      Artinya yaitu : Prioritas berAgama di jaman kerta yuga dengan bertapa, prioritas berAgama dijaman treta yuga dalam Jnana, jaman dwapara yuga dengan upacara yadnya sedangkan prioritas berAgama dijaman kali yuga adalah Dana Punia.

    • @pancatirtaproduction9518
      @pancatirtaproduction9518  3 ปีที่แล้ว

      Masukkan yang baik sekali, tityang sampaikan kepada Ida, agar suatu saat kita bahas di zoom