Bedah Editorial MI - Waspada Efek Kasus Trump

แชร์
ฝัง
  • เผยแพร่เมื่อ 5 ก.ย. 2024
  • MetroTV, PEREBUTAN kursi presiden di banyak negara di dunia, termasuk Indonesia, selalu diwarnai pertarungan yang sengit antarkadidat. Namun, bisa dibilang tidak ada yang sampai pada pertaruhan nyawa seperti di Amerika Serikat.
    Bukan hanya kandidat, presiden yang tengah menjabat pun turut bertaruh nyawa. Kekerasan memang telah menjadi bagian dari 'tradisi' kelam perpolitikan 'Negeri Paman Sam'. Penembakan Donald Trump, pada Sabtu (13/7) waktu setempat, menambah panjang daftar peristiwa kekerasan terhadap para presiden maupun kandidat.
    Trump yang tengah berkampanye di hadapan pendukungnya di Pennsylvania, mengalami luka tembak di telinga kanan. Tersangka penembaknya yang disebut sebagai pemuda berusia 20 tahun ditembak mati oleh Secret Service. Biro Investigasi Federal (FBI) menyatakan kejadian itu merupakan percobaan pembunuhan terhadap Trump.
    Dalam catatan sejarah AS, upaya pembunuhan telah menewaskan empat presiden, yakni Abraham Lincoln, James Garfield, William McKinley, dan John F Kennedy. Selain itu, satu kandidat presiden, Robert F Kennedy ditembak mati lima tahun setelah peristiwa pembunuhan terhadap kakaknya John F Kennedy.
    Total, telah terjadi 15 kasus serangan atau percobaan pembunuhan. Sedikitnya tujuh dari sembilan presiden terakhir menjadi target, termasuk Barack Obama, Joe Biden, dan Trump saat menjabat presiden.
    Kompetisi yang tajam dalam politik kursi kepresidenan tidak bisa dimungkiri dapat memancing perseteruan atau konflik akibat perbedaan pilihan. Perseteruan bisa dengan mudah memunculkan tindakan kekerasan. Fenomena ini tidak asing dalam pelaksanaan pemilu di Indonesia, walau tidak secara langsung menjadikan presiden atau kandidat sebagai target.
    Bukan tidak mungkin, jika kekerasan telah menjadi tradisi kepemiluan, Indonesia akan menjiplak sejarah AS. Amerika yang sudah tersistematisasi demokrasinya saja bisa terpolarisasi amat tajam, bahkan menggunakan kekerasan, akibat kebencian yang disulut perbedaan. Apalagi, tidak lama lagi negeri ini akan memasuki kompetisi pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak. Pilkada mesti menjadi rivalitas yang sehat, bukan perpecahan berujung kekerasan.
    Penembakan terhadap Trump mesti menjadi alarm agar kita lebih mengedepankan persatuan ketimbang mempertajam perbedaan. Segala perselisihan sepatutnya diselesaikan secara adil dan transparan, sesuai ketentuan hukum, bukan dengan kekerasan.
    Dari sisi berbeda, penembakan terhadap Trump menunjukkan betapa situasi global saat ini masih begitu rapuh oleh gejolak-gejolak politik yang berpotensi turut mengancam perekonomian. Dampaknya tentu akan dirasakan pula oleh Indonesia.
    Harus diakui, perekonomian nasional tidak sedang baik-baik saja. Tekanan ekonomi global membuat performa berbagai industri lesu yang pada gilirannya menambah beban fiskal anggaran negara karena penerimaan negara dari pajak dunia usaha loyo.
    Indonesia mesti benar-benar mempersiapkan mitigasi, khususnya dalam menghadapi tekanan ekonomi. Kita perlu ingatkan agar pemerintah saat ini maupun pemerintahan baru yang mulai bekerja pada Oktober mendatang senantiasa berhati-hati dalam mengelola anggaran.
    Peringatan itu rupanya memang perlu terus menerus disampaikan karena bolak balik muncul wacana utak-utik anggaran yang bila terealisasi rawan membuat anggaran negara jebol. Mulai dari wacana meperlebar defisit APBN hingga melampaui 3%, menaikkan rasio utang sampai dengan 50% dari produk domestik bruto (PDB), dan terbaru adanya dorongan untuk merelaksasi APBN.
    Penyesuaian otomatis berupa pemblokiran anggaran di kementerian/lembaga sebesar lima persen untuk memperkuat bantalan fiskal menghadapi situasi ketidakpastian ekonomi seperti saat ini. Relaksasi akan menimbulkan konsekuensi menipiskan bahkan menghapus bantalan tersebut.
    Jangan sampai nafsu menghabiskan anggaran untuk belanja yang bukan prioritas mengalahkan kewarasan dalam mengelola anggaran. Kasus penembakan Trump ialah tanda bahwa kita mesti selalu waspada.
    #apbn2024 #apbn #donaldtrump #presidenamerika #pemerintah #ekonomi #bedaheditorialmi #Metrotv
    -----------------------------------------------------------------------
    Follow juga sosmed kami untuk mendapatkan update informasi terkini!
    Website: www.metrotvnew...
    Facebook: / metrotv
    Instagram: / metrotv
    Twitter: / metro_tv
    TikTok: / metro_tv
    Metro Xtend: xtend.metrotvn...

ความคิดเห็น • 5

  • @muhammadmakhfudz709
    @muhammadmakhfudz709 หลายเดือนก่อน +1

    Yg paling aman kegiatan politik di Indonesia ,karena dg mudahnya lakukan politik termasuk Nepotisme bebas dilakukan penguasa ,tak seperti di AS,rawan dg pembunuhan

    • @muhammadmakhfudz709
      @muhammadmakhfudz709 หลายเดือนก่อน +1

      Kekerasan demokrasi di Indonesia adalah kebohongan dan pembodohan terhadap rakyat dg selewengkan bantuan beras atau sembako untuk dukung nepotisme

  • @mrschanel4222
    @mrschanel4222 หลายเดือนก่อน

    Prioritaskan kesejahteraan warga lokal. bukan keuntungan dibagi buat pemda pemprov dan pusat. pemeritahan sekarang sangat korup.

  • @dwibudi5585
    @dwibudi5585 หลายเดือนก่อน

    MasaAllah Miris
    Innalillahi wainnaillaihi Rojiun
    Has buna Allah wanikmal wakil
    Beda dgn RI yg di bidik anak RI
    He he he .