Saya telah mendengar begitu banyak faedah bekerja dengan profesional tetapi saya tidak tahu bagaimana untuk mendapatkannya. Bolehkah anda mencadangkan seseorang yang boleh dipercayai?
sistem pendidikan kita itu dibuat untuk membuat pekerja yang nurut. bukan sistem pendidikan untuk menciptakan orang yg kreatif. saya pas kuliah di luar negeri sampai kaget ketika guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengutarakan jawaban. semua jawaban dianggap benar asalkan bisa memberikan fakta. kalau di indonesia, jawaban essay aja satu huruf pun gak boleh salah.
Oh ya kampus mana ? kog dosennya jelek, kalah sama kampus swasta temen saya, pdhl bukan swasta unggulan ky Binus cm swasta daerah, gak pernah cerita ada dosen aneh kek gt, kampusnya kalau lomba2 mahasiswanya di sponsorin, produk mahasiswanya jg dipromosiin sm kampus buat panggung buat dpt berita nasional, beberapa kali saya dulu dpt undangan di kampus2 untuk jd pemateri dr dalam daerah, luar daerah buat jadi pemateri krn mrk pengen mahasiswa tau trend di Industri ky gmn
negara mana bro? Saya sekolah di barat justru kebalikannya. Betul dosennya bilang semua jawaban di anggap benar tapi tetap saja yg pro sama dia nilainya lebih tinggi. Kala itu saya ambil finance dan di beri tugas dgn judul peg currency vs market currency. Saya pilih peg currency dan analisa saya terbukti benar di tangan sejarah.
sudahlah, hentikan menyalahkan sistem yg salah bukan sistem tapi karakter masyarakat indo yg malas sekolah tpi mau dapat duit sekolah aja malas apalagi kerja
Lulusan terbaik angkatan saya, IP hampir sempurna, salah satu universitas terbaik di bandung. gajinya cuma 800ribu! Saya lulus 7 tahun, hampir DO, IP 2 komaan. Nekat ngelamar ke luar negri dengan modal bahasa inggris dan portfolio dari tugas akhir. Sampai sekarang masih nyaman di Dubai. Di sini mereka ga tanya IP atau lu anak siapa. Tapi skill dan kemampuan komunikasi lu yang penting
Indonesia ini memang ga niat berinvestasi di segmen Pendidikan, mulai dari tenaga pendidik (Guru, Dosen) yg digaji ngelawak, sampe sistem pendidikan yg ga pernah beres, bayangin S2 lulus CPNS Dosen di PTN Satker Kemdikbud digaji gapok (80%) + uang makan + tunjangan keluarga = 2,3jt + 700rb (37rb per kehadiran, tergantung jumlah hr kerja per bulan) + 250rb (kalo sudah menikah dan punya anak) = 3,25jt. Ga dpt Tukin, ga dpt tunjangan fungsional, ga dpt serdos, ga dpt remunerasi. Buat dpt Serdos dan Tunjangan Fungsional mesti nunggu sampe 4 tahun krn aturan yg bener2 ga memihak dosen, bayangin 4 tahun mesti hidup sengsara. Alhasil dosennya sibuk cari proyek diluar kampus jarang ngajar ke kelas, mahasiswa terlantar cuma dikasi tugas dan ujian, ya jelas mahasiswa pada males kuliah. Disisi lain ada CPNS Kementerian lain yg "cuma" lulusan SMA bisa berpenghasilan hampir 10jt, bener2 ga ada niat memajukan pendidikan. Indonesia emas 2045?? Jangan terlalu muluk2, mimpi silahkan setinggi2nya tapi juga harus dibarengi dengan langkah2 tepat utk mencapai mimpi tsb, klo ga ya jadinya mimpi hanya sekedar mimpi. miris. Diatas itu contoh di Negeri ya, yg mana seharusnya pemerintah bs lebih leluasa mengaturnya tp malah ga bisa mereka atur dg baik, bayangin gmn kalo di Swasta yg mana andil pemerintah lebih sedikit.
Emang negara gak niat maju. Gimana sih?? Gak niat gitu loh. Kalau niat, terus ada halangan, maka halangan tersebut dipikir bagaimana caranya ditanggulangi. Kalau kita itu real nggak niat.
Saya juga nggak kuat Mas, memutuskan mundur setelah sekira 1 tahun jadi dosen tetap non PNS dan akhirnya dapat NIP, nyesel jadi dosen di PTN satker di kemendikbud, kerjaan nggak kira kira.
Iklan2 jalan di India selalu kursus Coding, kursus AI, kursus Math, dll. Kalo di Indo iklan di jalan biasanya jasa sedot WC, pinjol murah, kredit cepat, dll. Bisa dilihat hasilnya.. IQ rata-rata 78
Ini kelihatan banget tidak pernah mengikuti media india, betapa parahnya unemplyment di india parah, gelar universitas di obral semurah mungkin, bahkan lulusan s2 sana masih nganggur bahkan ada yang jadi tukang sapu jalan, pendisikan sana sangat suck dan unqualified, yg cerdas2 pada migrasi ke luar negri, makanya muncul istilah brain drain, dimana kaum intelek pada kabur di luar
Statistically ambil persentasenya aja, jumlah programmer Indonesia itu 2,9 jt (menurut GitHub 2023) berarti ada 1%. Kalau diambil sample persentase yang sama (1%) terhadap total populasi India (1,4 miliar) berarti ada total 14jt programmer India. Artinya total jumlah penduduk Jakarta + Surabaya masih kalah sama jumlah programmer India
@@masyariel7209India sistem kasta berpengaruh, walau lulusan S3 klau kastanya rendah aplg Dalit, susah bisa kerja jadi dosen disana?, ordalnya lbh ngeri drpd konoha
Ok jadi gini netizen sekalian.. Pendidikan itu secara devinisi adalah serangkaian proses belajar.. Tapi perlu dibedakan antara Pendidikan dengan Sistem Pendidikan. Pendidikan adalah reflek alamiah makhluk hidup seperti manusia dan hewan2 tingkat tinggi untuk menurunkan kesadarannya pada generasi mudanya. Hal ini dimaksudkan agar mereka setelah lahir mampu beradaptasi dengan lingkungannya dan pada akhirnya bertahan hidup. Lain halnya dengan Sistem Pendidikan. Meskipun rumpun evolusinya sama tapi tujuannya sudah agak berbeda. Sistem Pendidikan lebih seperti teknologi atau engineering. Fungsinya membentuk SDM yang memiliki kapasitas untuk mencapai tujuan bersama atau sistemik. Oleh karenanya, perlunya kejelasan tujuan suatu sistem terlebih dahulu, setelah itu baru kemudian didesain cara untuk membentuk SDM yang sesuai. Kelemahan sistem pendidikan di Indonesia yang pertama adalah tampaknya ada ketidak pahaman mengenai konsep dasar pendidikan. Hal ini tercermin dari campur aduknya antara pendidikan formal, non formal, parenting dan sekolah. Bisa dicermati dari perundangan pendidikan yang kata2nya selalu tidak kongkrit dan cenderung multi interpretasi. Kedua, mungkin karena alasan yang pertama, praktek pendidikan formalnya akhirnya tidak selaras dengan tujuannya. Saya contohkan dengan praktek penggunaan seragam yang nampak justru membiasakan murid dengan penyeragaman. Sedangkan konteks realita di Indonesia, hendaknya anak dibiasakan untuk beragam. Ketiga, karena profesional pendidikan dibayar sangat rendah, mmungkin sudah terlalu lama pendidikan bukan menjadi prioritas, akibatnya ahli dibidang ini sangat sedikit sekali. Oiya... Saya dulu pernah menjadi guru pns. Mundur setelah 10 tahun mengabdi. Kemudian menjadi penggiat pendidikan. Sekarang bermukim di Selandia Baru. Memang tidak mudah memperjuangkan pendidikan Indonesia. Oleh karennya saya mengapresiasi para konten kreator yang mengemukakan topik2 pendidikan. Apresiasi juga untuk Mbak Risa. Tetap semangat memperjuangkan pendidikan.. Angel tapi mesakke bangsaku.. Salam pendidikan.. 😊🙏
menurut saya , semenjak kuliah s1 terjangkau dan s1 itu di lulus luluskan aja jadinya rate s1 itu rendah, sertifikat keahlian saja tinggal beli menurut saya di normalkan saja nga naik kelas ya harus tinggal dan mengulang , uang sekolah di kasi batas bawah dan batas atas gaji guru harus umr x 1,2 sebelum ke sana wajib ada screening bakat anak setelah tamat smp kalo bakatnya seni harap di maklumi mate nya jelek, atau bahkan masuk ke kurikulum seni yg matenya cuman basic aja dan seninya yg di asah
Bagus nih, di sini bukannya dana besar dipakai buat ningkatin SDM, malah dibuat yg sia sia, misalnya upacara kenegaraan di dua tempat pakai 87 miliar, bangun IKN pakai uang rakyat 600 triliun. Uang habis hanya buat simbolisme saja bukan buat meningkatkan SDM.
Teman saya, kerja depan komputer, ngutak ngatik excel ama powerpoint... 2,5 juta itu bisa dpt setengah hari tingkat kesulitannya sudah pasti di bawah kerjaan dosen yg harus ngajar, baca/tulis academic paper yg ngejelimet dll... terkadang kita memang harus pintar cari kesempatan dlm kesempitan
ada mengaku kerjaan teman anda lebih mudah dari dosen ?. coba tanya teman anda, kerja seperti itu mudah atau tidak 🤣, apakah mencari klien based lebih mudah daripada mengajar jadi dosen?. apakah teman anda mengangap anda sebagai teman? 😂
Agar Indonesia setara Eropa maka kurikulum harus dirombak total menjadi basis inovasi tingkat tinggi(sebagaimana yang dilakukan China sejak tahun 2001). Sehingga gaji guru bisa di atas 20 juta perbulan.
Yang jadi masalah: 1. Otonomi daerah disalah gunakan karena pejabatnya tidak punya kompetensi ( satpol PP bisa jadi Kadis), KkN dan NKK, Kepala sekolah, guru dan honorer hanya untuk menghabiskan anggaran 2. Guru yang berpotensi tidak punya kesempatan seperti guru penggerak, karena menjadi ancaman bagi guru KKN dimana mereka yg nikmati anggaran 3. Akreditasi hanya formalitas dan asessornya juga kroni2 pejabat daerah. 4. Guru yang berpotensi tidak bisa kreatif karena masih banyak dihambat oleh guru kroni dan tersingkir. 5. Tunjangan jabatan / sertifikasi harus rela dipotong kalau tidak informasi / input data kegiatan ajar mengajar guru tsb lupa di input, akibatnya tunjangan tidak terbayar bahkan bisa disuspend oleh sistim. 6. Tidak banyak yg mau jadi guru karena numerasi kecil kecuali punya dedikasi utk mengajar. Akibatnya banyak guru hanya untuk bertahan hidup / strugle cari object diluar dg ngajar dimana2, ngojek dll. 7. Sebelum ini kurikulum dan buku berubah ubah jadi beban lain untuk dipelajari dan biaya utk orang tua. 8. Guru / dosen seringkali mempersulit murid / mahasiswa karena mereka tidak / kurang kompetensi dan kurang waktu. Banyak sekali Leon, dll 😢😢
Maaf ya di daerah itu guru honorer SD itu msh banyak yg di byr 500 000, di SMP 600 - 900 rb. Tdk dilihat S1/ S2 nya & itu di sekolah negeri. Bahkan PNS pun masa kerja 20 - 30 th menjelang pensiun pun gajinya 4,5 jt.
Otonomi daerah tidak sepenuhnya salah, asal usul adanya guru honorer ya karena pemerintah pusat yang tidak becus merekrut guru ASN sesuai dengan kebutuhan sekolah, akhirnya Pemda dan sekolah harus merekrut guru honorer untuk mengisi posisi yang kosong
Kerren banget ahh dari awal sampai akhir sesuai realita. Semoga bisa ditindaklanjuti lebih baik yang dibicarakan. Dapat banget ilmunya dari sharing ini 🙌
Memang pelajaran BHS inggris sebelum mas Mentri ini dijadikan pelajaran pilihan jadi boleh ada dan boleh tidak. Baru dijaman pak Mentri ini diwajibkan sejak SD
Bagi anak muda yang sebelum lulus sekolah mulai cari informasi kuliah atau kerja diluar negeri. Zaman sekarang informasi sudah sangat mudah didapatkan. Banyak beasiswa dan kerjaan diluar, pintar-pintar cari dan setelah lulus sekolah bisa langsung berangkat kuliah atau bekerja. Jangan habiskan masa muda kalian dengan konsep YOLO jika tidak punya spesial privilege. Bersusah 3-5 tahun untuk masa depan yang lebih baik. Semangat para generasi muda.
Sekarang baru setahunan jadi dosen... Jaman S1 banget paling menghindari profesi ini... Pertama, aku nggak percya diri buat ngajar sebenernya, walau dikata orang saya udh expert di bidangnya dan bisa ngajarn, tapi JADI DOSEN NIH GA CUMA NGAJAR YA GES YA... Kedua, saya emang dari jaman SMP lebih suka kerja praktisi, apa2 yang berbau praktek, bisa saya ganyang, mau itu dari pelajaran saintek, bahkan pertukangan wkwkwkw kek keterampilan kelistrikan misalnya (jaman aku SMP ada pelajaran ngenalin kelistrikan secara praktis kayak instalasi rumah sama dasar ilmu listrik sebelum dibabat habis sama kurikulum merdeka, dan ini pelajaran berguna banget karena jadi paham paling nggak buat sehari2nya di rumah). Ketiga, saya paham banget kerjaan dosen sekarang effortnya emg gede banget buat saya pribadi dibandingkan yang saya lebih suka belajar skill... dan terakhir ini yang sebenernya nggak mau pingin saya omongin, tapi emg lumayan bikin nyesek karena realita bener-bener butuh, ya di gaji pokok... rendah kalau memang nggak ada tambahan tunjangan, entah ngajar di kelas tambahan, bimbing, dsb... Swasta juga macem2 kebijakannya, ada yang "pelit" ada juga yang masih bisa ngasih gaji yang layak, tapi tetep aja, rata2 emang ya segitu2 aja... Lalu? Kenapa tetep jadi dosen nih? Bahkan berusaha buat bisa naik jafung...?? Saya pribadi hidup dari pekerjaan Alm. Papaku jadi dosen selama 30 tahun lebih dan alhamdulillah, walau nggak yang jadi kaya banget, tapi bisa dapet pendidikan yang sampe S-2 gini... Awalnya saya kerja di studio dan gaji lebih dari gaji pokok jadi dosen, cukup skill yang dibutuhkan dan bisa berkembang ke skill lain kayak marketing, manajemen, dan pengelolaan diri. Diminta resign sama Papa, karena saya cewek, kerja di studio itu berat, tapi buat saya menyenangkan sih.... Tapi ya udh, saya anaknya kan nurut2 banget, dan saya yakin ada sesuatu yang harus saya pelajari selama saya harus berpindah profesi jadi dosen.... Ya udah... Hanya itu yang jadi kekuatan saya percaya, jadi dosen yo bisa bisa aja hidup, tapi ya emg effort gede.... Ya bismillah...
Kurikulum pendidikan di Indonesia sebaiknya sejak dini diajarkan budi pekerti, diajarkan kedisiplinan, dopan santun dan menghargai orang lain. Pelajaran yang diajarkan sebaiknya yang mengajarkan murid utk meningkatkan daya pikirnya bukan sekedar hapalan. Bahasa Inggris wajib diajarkan sejak SD, agar siswa lbh siap dalam menghadapi globalisasi.
Betul, akan lebih baik dalam suatu kelompok masyarakat kecil. Misal satu desa atau tiap RT. Mendiskusikan asosiasi tetangga yang dapat mengedukasi anak-anak. Bagi anak-anak sendiri selama bisa bersenang-senang dengan temannya. Dia akan melakukannya tanpa ragu-ragu. Mirip seperti pengajaran agama khusus anak, tapi agama agaknya terlalu luas bahasannya. Bikin saja pengajian yang berfokus pada pembetukkan karakter. Mengajarkan berbagai hal yang anda sebutkan. Kalo di lembaga formal seperti sekolah anak-anak bisa langsung menerapkan hal yang dipelajarinya sambil bersaing dalam meraih prestasi. Gak ada lagi guru yang bilang "Ini anak gak sopan" yang mengakibatkan mental anak tersebut terganngu hingga hasil belajarnya pun menurun drastis.
Salah satu problemnya adalah sejak kuliah keguruan, tidak ada mata kuliah wajib bagi calon guru untuk mengasah keahlian dalam budi pekerti. Bahkan mata kuliah psikologi anak autis saja belum tentu tersedia. Calon guru selama kuliah hanya diajarkan hal-hal administrasi, dan belum tentu relevan dengan kebutuhan anak 🙄
Setelah menonton sampai selesai, saya respect sekali sih sama Bu Risa ini, karena paduan dari saking cerdasnya beliau dan saking ruwetnya topik masalah edukasi ini, topiknya jadi meloncat ke sana kemari, ini harusnya jadi masukan bagi team The Overpost. Memang baik sih yang dilakukan saat ini dengan tidak memotong orang berbicara, tapi tetap lebih baik setelah beliau titik untuk tetap meluruskan topik ke pembicaraan saat ini. Overall menurut saya, kejanggalan yang sebenarnya terjadi itu sejatinya adalah ( kita sudah tahu bahwa ada yang salah secara sistemik, ada yang harus diperbaiki by overall design, tapi dimasukin ke laci "salah kaprah", laci "nanti harganya mahal", dan laci-laci lain yang penting "urusan orang lain saja lah yang pikirin, jangan pas saya ambil jabatan" ) Ini tu masalah berat, benang ruwet, ujung mana ujung ga ketemu, tapi memang butuh orang yang siap mati dan jadi musuh orang banyak untuk selesaikan. Jangan cengar-cengir dulu, kita-kita ini yang komen bisa jadi salah satu musuh bagi orang itu nanti. Lholhaiya, nek biaya edukasi tiba-tiba naik 2.5x lipat dari sekarang sebagai salah satu solusi untuk cover biaya untuk membetulkan semua ini, gimana? Nek tiba-tiba yang dulunya dikasih beasiswa masih bisa wira wiri luar negeri besok harus rela digaji kecil selama 10 tahun, gimana? Semangat dan sukses terus bagi Pendidikan di Indonesia, ya civitas academicanya, ya masyarakatnya, ya pemerintahnya. Masih jauh kita harus bertarung, jangan sampai kita gantung cita-cita hanya setinggi tiang, harus setinggi-tingginya. Dengan niat dan nurani yang baik, pasti bisa.
Apapun kegiatan, proses, sistem, harus ditentukan dulu nanti hasil akhirnya harusnya seperti apa. Baru setelah itu disusun apa2 yang diperlukan untuk menciptakan hasil akhir. Salahnya kita, kita banyak nyontek negara2 lain dan mengambil apa2 yang dirasa bagus tanpa terlebih dulu menentukan hasil yang diinginkan. Akhirnya banyak kegiatan yang mubazir, proses yang gak efektif, dan sistem yang overload. Sayangnya memperbaiki pendidikan kita itu gak mudah karena pendekatan birokrasi kita yang terlalu rigid. Banyak kasus, diatas instruksinya A, saat di daerah jadi B, lalu disekolah jadi C.
"Ini tu masalah berat, benang ruwet, ujung mana ujung gak ketemu, tapi memang butuh orang yang siap mati dan jadi musuh orang banyak untuk selesaikan." Jadilah seperti kucing yang memikili banyak nyawa. Bikin jalan yang mengikuti sistem, melawan sistem(secara mendasar), atau inovasi dari sistem yang lama. Sehingga, jika satu jalan pun tidak bisa. Masih ada jalan lain. Hiduplah kembali dari kematian!
Wong hasil pemikiran para guru besar yang mengingatkan MK dan Penguasa nggak digubris sama sekali, padahal di Sekretariat Kepresidenan banyak para cendekiawan muda lulusan LN. Apa mereka juga nggak didengar.
Pada Sumpah Pemuda ditetapkan Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional, bahasa pergaulan secara nasional. Sedang bahasa inggris yang digunakan untuk pergaulan Internasional di Indo bukan hal yang wajib.
5:50 Gw langsung tau dari sini, dia bukan critical thinker, dia bukan big picture person. Ini tipe-tipe orang yang banyak tau, tapi ga kreatif ga problem solving. Percaya deh. Dari cara dia sering mengutip otoritas, dari cara dia jawab ga meluas. Gw uda tau ini orang bukan tipe problem solver yang independent thinker. Sudah pasti ini 100%.
Tipikal birokrat. Seberapapun liberal almamater seseorang yg pernah study abroad ketika masuk ke sistem pendidikan Indonesia ia pun segera akan terjebak jadi birokrat
Lulusan Magister Harvard, Pernah/sudah bekerja di KSP. Suka - suka aja dengan program Nadiem. Tapi tidak ada progress dalam pendidikan dan sistem pendidkan hingga 2024 sekarang. Boleh saya tahu role and/peran anda serta signifikasi dari role yang and kerjakan......? apa yang signifikansi yang bisa di measure ......?
Aku digaji 700rb guru kontrak.. Skrg aku resign krn ada tawaran dari perushaan yg ksh ak 4 jt Pgalaman digaji 700, males bget bget bekerja gk ad semangatnya sama skali
Ya Allah, iya sama bgt lagi. Aku lulusan pendidikan, ga ambil opportunity jadi guru karena gajinya bener" underpaid bgt bahkan kadang dirapel juga gajinya. Jadi aku putusin buat cari kerja dibidang lain, Alhamdulillah dpt 6 bulan kerja di PT walaupun masih underpaid dari UMR gapapa setidaknya tidak lebih kecil dari gaji aku sebelumnya jadi guru..
sama 2 tahun kerja sebagai guru smk gaji sekitaran itu, akhirnya masuk perusahaan dapat 5 kalilipat dari gaji guru, sayang sekali jadi pendidik di negri sendiri digaji seperti itu
miris, yang positif di bully / tidak ada rekognisi yang negatif dan tidak bermutu di tinggi2kan bahkan masuk tv... tp jg nanti hilang sendiri hanya karena viral sesaat.
Jaman sdh rusak.moral manusia menurun.sebab banyak aturan dan norma baik dipertentangkan.dan dihilangkan.dianggap mengganggu kemajuan.sebaliknya aturan yg kotor jd aturan baru.blm lama ada usulan anak2 remaja diharuskan pakai kondom.itu sama aja membolehkan sex bebas.
Kita harus defenisikan keberhasilan pendidikan kita seperti apa? Kalau patokan keberhasilan pendidikan kita adalah skor PISA, maka kurikulum , buku dan guru2 dll harus diubah seperti model PISA, cara nya: 1. Training guru2 nya agar terlatih mengajar soal2 PISA 2. soal2 ujian /UN harus sesuai standard PISA 3. Perbanyak buku2 test standard PISA Intinya kalau terbiasa maka menjadi mudah.. Sama dengan mengukur kemahiran dalam berberhasa Inggris apakah menggunakan TOEFL atau gak penting TOEFL yang penting mammpu conversation Dan jangan lupa evaluasi secara rutin
Untuk bisa begitu harus revisi undang-undang. Pertanyaannya adalah seperti yang sudah dibahas di video ini apakah ada kesepakatan antara DPR dengan pemerintah untuk hal demikian? 😏
no 1 akan jadi masalah ketika guru banyak yg gagal men standar pisa no 2 jadi masalah ketika siswa nga belajar dan gagal no 3 jadi masalah kalo no 1 gagal intinya kita harus merubah budaya , kalo siswa nga lulus yauda, tahanakan 1 tahun kedepan ujian lagi bukan di lulus luluskan aja , sama seperti gurunya , nga bisa standar yauda ikut pelatihan lagi jngn kasi gaji full , budaya kita terlalu lembek , dikit dikit kasian , kasian kasian , hari ini ribuan sarjana tiap tahun wisuda, emas sama sampah sulit memilahnya
@@margierahayu1941 Tergantung luar negeri sebelah mana; banyak tuh anak Medan kerja di salah satu negara tetangga yang malah jadi korban bahkan pelaku perdagangan manusia
Benar....saya mengajar di SD negeri di jakarta dan pelajaran bahasa inggris hendak dihapus dan hanya jadi pelajaran tambahan bukan pelajaran wajib. Menurut saya kebijakan yang aneh ketika itu, masa anak di ibukota gak belajar bahasa internasional ? Kalau orang tua mampu bisa me les kan anak nya di tempat les tapi bagaimana anak yang ekonomi keluarganya kurang? Mereka hanya bisa menmpelajari bahasa inggris di sekolah...alhamdulilah sekarang pelajaran bahasa inggris kembali di pelajari walaupun yang mengajar guru kelasnya bukan guru lulusan bahasa inggris
Mungkin sedikit tambahan dari saya tentang bagian terakhir yang dijelaskan kak Risa. Sebagai contoh kasus jenjang studi saya, saya punya sarjana di bidang bioteknologi. Kalau menurut interpretasi kebanyakan orang, habis S1 ini, saya bisa terjun langsung ke dunia kerja apa saja. Mau berhubungan dengan bidangnya apa tidak, yang penting gaji yang didapatkan bakalan lebih tinggi dari apa yang akan didapatkan kalau saya cuma lulus SMA/SMK. Tapi menurut undang-undang (berdasarkan interpretasi saya dari pembicaraan di video), jenjang S1 di Indonesia itu terbatas untuk kelanjutan di dunia akademisi, yang kalau dibandingkan, gajinya biasanya lebih kecil karena ada unsur sukarelanya atau pengabdiaannya. Dari S1, lanjut S2, lalu S3, habis itu postdoctoral, lalu assistant professor, associate professor, dan finally full professor. Ini semua ada komponen risetnya, tidak wajib untuk S1 ke S2, tapi seterusnya harus ada. Kebetulan, S1 saya ada gelar tambahan honors seperti yang sudah diterangkan Kak Risa, saya melakukan riset dan menulis tesis. Komponen riset di S1 ini memudahkan saya untuk diterima di jenjang berikutnya yang ada komponen risetnya juga. Dari riset ini, objektif akhirnya itu untuk mendapatkan hasil riset yang bisa dipublikasikan di jurnal riset. Semakin terkemuka jurnalnya yang diukur berdasarkan yang namanya impact factor, semakin bagus reputasi penulis-penulis publikasinya, dan semakin bagus juga kesempatan untuk diterima di institusi yang terkenal kalau misalnya mau pindah kerja. Reputasi yang diakumulasi ini juga menjadi tolak ukur untuk jenjang professor untuk naik kelas ke jenjang yang lebih tinggi (ada 3 jenjang professor yang saya tuliskan di atas) di samping mengajar jadi dosen dan membimbing anak riset. Dari reputasi ini juga, kesempatan untuk mendapatkan pendanaan untuk melakukan riset baru lebih besar karena reputasi yang diakumulasi meningkatkan rasa kepercayaan dari pemberi dana. Kalau analoginya di dunia bisnis, misalnya hasil riset ini akan dijadikan start up, tentunya reputasi-reputasi ini yang akan dipertimbangkan apakah pendana akan memberikan dana untuk lanjutkan riset sampai mendapatkan produk tahap akhir, contohnya obat atau vaksin. Return value dari riset ini akan besar kalau produk riset dikomersialkan.
persis kayak penjelasan mantan mendikbud M nuh. sebagian besar dana pendidikan buat dana desa dengan tujuan politis. jangan jangan demi dukungan para kades. harga mahkota di kepala pangeran solo mahal banget 😂😂😂
Itulah pentingnya manajemen keuangan di mana dana pendidikan dari pemerintah pusat tidak bisa sertamerta diberikan secara lepas tangan. Kenapa tidak memberlakukan sistem rekening bank dan e-money sehingga mudah terlacak ke mana saja aliran uang beredar dan untuk kepentingan apa 😏
pernah ngobrol sm dosen di malaysia, produk risetnya diminati sm industri, jd dosen makmur, ekonomi muter disini, kampus bikin riset, pemerintah gak jualin ke industri,
@@Memburu_HartaKarun_PasarModalyoi, makanya ilmu sosial dasar itu penting untuk mengetahui permasalahan yang ada di masyarakat, sisanya adalah meinjau langsung kondisi masyarakat itu. Jadi ilmu yang telah dipelajari tadi bisa membuat relevan dengan kondisi yang ada sekarang. Setelah tau masalahnya, sisanya selesaikan masalah!
gw juga bikin riset cuma jadi jurnal. kalo ke pemerintah cuma dikasih mengharumkan nama bangsa. mindset yang sangat koplak + mental gretongan mending gw simpen ajalah hasil riset gw, kalo ada yang mau bayar + bagi royalti baru dah.
Jika kultur riset digunakan ke industri dan dapat insentif misal pajak dari pemerintah, tentu sinergi industri dan pendidikan akan berjalan, kalau pebisnis akan lebih melihat apa yang lebih menguntungkan
Relate banget di kampusku swasta dosennya kwalahan banget pengabdian ngajar and research. Mahasiswa diharapakan reswarch sinta 3 4. Mahasiswa diajar klo mau kerja doang d3 aja, kalian tuh s1 buat research. Kenyataannya sih we just want money pak to live better kenyataanya diluar sana d3 itu dianggap juuuauh inferior dibanding s1 makanya kami s1 pak, like we don't have a choice dan sbenernya kek bukannya kami mau research makanya s1. Ngerti banget ranting terakhirnya cee :)
Ini udah beberapa kali Ko Leon mancing pertanyaan tapi Bu Risa jawabannya main aman nih. Jadinya dipodcast ini banyak jawaban yang abu-abu dan statementnya kurang strong.
Lha Bu Risa bos PTS kota malang biasa dia yg nggaji dosen swasta karyawannya .... hehehe ... mungkin dia nggaji anak buahnya juga dibawah UMR .... cek !
Sekolah tinggi ke luar Negeri tapi tidak tau problem dan mengenal problem di tempat dia tinggal. Itulah orang Indonesia Kuliah karena ikut2tan atau disuruh orang tua tapi gk tau tujuan kuliah untuk apa? dan Negera kita masyarakat kita literasinya rendah bahkan terendah se-Asia 😅 Selesai sekolah uda gk mau baca buku
@@myname7037kriteria penerimaannya jelas bang, ada batas minimal IPK, ada batas minimal TPA, ada batas minimal TOEFL atau IELTS, harus memiliki pengalaman di keorganisasian ataupun di masyarakat terkait terapan dari Ilmu yang telah dipelajari, untuk sopnya juga jelas, kuliah harus lulus tepat waktu, dan mengabdi kepada negara setelah kembali ke 62, masalahnya banyak warga 62 yang hanya mengambil beasiswa kemudian bekerja di luar negeri, yang amsyong ya negara karena pakai duit kalian 🫢🗿
Itulah jadi dosen di indonesia, kalo lu ngandelin income dari dosen jangan deh, mending dosen jadi kerjaan sampingan aja. Alm pak abdul hamid beliau sudah S3, merasa miris sama penghasilan pokok dosen di negara ini. Perguruan Indonesia ini ada 3 Kasta : 1. SATKER 2. BLU 3. PTNBH dan perhatikan juga itu kampus bawaan kementrian mana, karena beda beda penghasilannya, namun diantara itu semua yang paling miris adalah kampus SATKER. ini juga miris Jafung dosen (PNS) dari 2007 - sekarang kagak naek : Asisten Ahli = Rp.375.000 Lektor = Rp. 700.000 Lektor Kepala = Rp.900.000 Guru Besar = Rp.1.300.000 itu juga kalo mau dapet lu kudu kerja dulu 1 tahun. tahun 2012 dosen sempet demo di kemendikbud, tapi ya pada budeg kagak di dengerin, ya udah dosennya jalan masing masing, punya negara juga kagak dengerin aspirasi dosennya. giliran diaspora pejabatnya tereak paling kenceng NKRI... NKRI.. tapi kagak mikirin kesejahteraan dosen. banyak juga dosen jual hasil risetnya ke negara lain, ya butuh duit lah, ya masa cuma mengharumkan nama bangsa tapi duitnya zonk, yang bener aja, manusia juga butuh dipenuhi sandang, pangan dan papannya / butuh duit. belum lagi sertifikasi dosen 1x gaji syaratnya : 1. TKDA & TKBI tiap ujian bayar mulai dari 150.000 Per Ujian 2. Pekerti ikut diklat biaya termurah 1.500.000 3. minimal 3 tahun jadi dosen 4. ujian lagi kalau kampus BLU atau PTNBH ya ini mending lah belum lagi sebagian pejabat kemendikbud kebanyakan halu, bikin aturan mulu tapi kagak mikir impactnya (dosen pns) ya dosen disuruh nongkrong di kampus, sementara di negara tetangga dosen dibebaskan kerja dimana aja, contoh : ada kampus di negara A, sementara dosennya lagi riset di negara B dan itu diperbolehkan, riset sambil ngajar. negara ini bener bener ketinggalan. kalo swasta ya aturan kampus itu sendiri ya, tapi ada lho dosen swasta sebulan digaji dibawah 1 Jt. mindset negara ini mengajar = pengabdian, lu laper, dapur lu ga ngebul ya bodo amat. padahal hidup itu realita / butuh duit coy.
namanya tri dharma bg, tips dari temen saya kalo blum jadi dosen pns kuliah s3 di negara tetangga , skalian carmuk dan cari job dosen profesor grade a di malay bisa ampe 60 jta perbulan , kerja senin ampe jumat , sabtu ahad libo jngn balik ke indo , wkwkwkwk hancur bg kalo balek ke indo, kalo pts hancur lebur , gaji nya kalo pns belajar lagi twk tiu tkp dll, blum tentu pns buka
saya lulusan s2... di s2 teknik sipil tidak diajari marketing bagaimana mencari konsumen....maka saya kalah dengan irfani grup yang pemiliknya cuma lulusan smp tapi punya banyak konsumen dan proyek swastanya keren sekali...
Gaji sebenarnya bukan motivasi tapi memang kita yang s3 aja kalau balik Indo susah. Di luar sangat dihargai berdsarkan skills dan knowledge, di Indo mau melamar kerja aja susahnya minta ampun banyak banget requirement, belum tes psikologi dll yang gak tahu buat dosen misalnya tujuannya apa ya? Susah buat bangun Indonesia jadi malas pulang semua akademisi diluar.
Di sisi lain ada lulusan S3 dari kampus luar negeri yang bahkan tidak memiliki kepekaan kecendekiaan. Selama cuma bisa ngomong teori ini itu tanpa ada realitasnya, ya omdo 😊
s3 mending kerja di luar lah bg , kerja senin ampe jumat , sabtu minggu hiling keluar kota di indo waduh , senin ampe jumat di kampus , sabtu minggu kerjain side job buat bayar anak sekolah , alamak
Mungkin beda orang beda motivasi ya. Aku pribadi motivasi kerja ya ke gaji juga, soalnya pernah dapat gaji yang bener-bener underpaid bgt dan kerjanya harus overtime sangat tidak manusiawi
Benar. Kalau disini karena kebanyakan gaji sudah lebih dari cukup, jadi kalau kerja atau kuliah itu mengikuti passion. Kalau di Indonesia mmg agak lain. Uang memang penting tapi bkn segalanya😊
Sekarang konten kreator d youtube kebanyakan bkn lu2san dgn pendi2kan tinggi tp bs hidup mewah jd mainse kita ga usah hrs kuliah tinggi2 jg bnyk yg sukses..org indo senengnya d suguhin hal2 semacam itu soalny baru tranding..
Yup! Bener kalau di AS nggak harus “pagi2” alias awal2 mulai di SMA udah wajib keren lah nilai nya di ilmu IPA kalau mau jadi dokter (misalnya)… di AS nggak begitu.
Iya di Amerika rata-rata untuk sekolah S1 berbiaya sekira US$ 50 ribu per tahun, belum termasuk akomodasi dan makan. Tapi kalau S2 dan S3 bisa cuma US$ 40 ribuan. Tapi akan beruntung jika dapat graduate assistantship--- kuliah sambil kerja ngajar atau kerja riset dibiayai professornya. Begitu. Saya begitu caranya... tidak pakai LPDP dan sekarang kerja di USA.
Lagipula kewajiban pulang ke Indonesia bagi semua penerima beasiswa LPDP setelah lulus secara akademik sangat tidak masuk akal karena di jaman sekarang yang namanya perkembangan ilmu dan teknologi bisa lintas negara, atau mewajibkan untuk berada di luar negeri selama bertahun-tahun 😊
di indonesia, makin tinggi profesi seseorang, apalagi lulusan S3, bahkan Prof banyak memanfaatkan jabatan utk menipu level dibawahnya, halus bahkan tak sadar , disuruh S3 sampai publikasi internasional biaya ribuan dollar tapi tanggung sendiri biayanya, sampai terpaksa dosen2nya terpaksa "menipu" mahasiswanya.
*GILA GELAR SKANDAL GURU BESAR* Sejumlah dosen dan pesohor memanipulasi gelar guru besar. Bersekongkol dengan asesor lewat jurnal predator. profesor ecek-ecek masih bergentayangan. Mereka mendapatkan gelar tersebut tak lagi memakai cara Djokosutomo, melainkan lewat pintu belakang jalur akademik. Syarat menjadi profesor antara lain menulis karya akademik di jurnal ilmiah internasional bereputasi sebagai penulis pertama. Lewat jalur ilegal mereka mempublikasi tulisan di jurnal predator-jurnal yang menayangkan tulisan tanpa tinjauan sejawat. Berikutnya, mereka main mata dengan asesor di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi yang menilik pemenuhan syarat menjadi guru besar. Kegilaan akan gelar guru besar ini tak lepas dari cara berpikir pemerintah yang sungsang. Sejak enam tahun lalu, pemerintah berambisi mencetak banyak guru besar agar jumlahnya mencapai 20 persen dari total dosen. Tujuannya adalah mendongkrak peringkat pendidikan kita yang terpuruk, antara lain karena jumlah profesor hanya sekitar 2 persen pada 2022. Kebijakan pendidikan kita yang mengukur segala hal secara kuantitatif tersebut akhirnya menciptakan “pasar”. *Mereka yang kebelet menjadi guru besar bertemu dengan para pengasong gelar akademik.* majalah.tempo.co/amp/opini/171863/skandal-gelar-guru-besar
7:24 tapi ini rawan banget. cz internet kan siapa saja bisa nulis. semakin kita ketergantungan suatu product semakin mudah pula kita dimanipulasi. apalagi kecenderungan orang yang gak baca artikel sampai selesai dan gak mau repot repot nelusur dan crosscheck informasi.
2010 saya sekolah di Belanda, setahun habis 300-400JT, yg terjadi disana malah sekolah mengijinkan student mereka untuk merusak hasil kerja student lainnya bila mereka tidak suka atau mereka mengganggap hasil kerja student lainnya itu SAMPAH.... Dua kali student lain menghancurkan hasil kerja saya karena mereka tidak suka & mereka pikir hasil karya saya sampah. Saya nangis2 minta tolong ke sekolah, mereka enggak bantu sama sekali.... kesimpulan. sekolah di uar negri belom tentu semuanya bagus. mesti lebih hati2 dlm memilih sekolah. jangan sampai senasib dgn saya. saya berani bayar mahal utk belajar biar bisa pinter dikit kyk Rem Koolhas. Namun disana, saya malah diinjek2 oleh student lainnya. its like my work not worth anything until they not allowed me to bring it hometo make it better....
Masih mending donk 2,5 jt/bulan. Aku lulusan S1, digaji di awal mengajar digaji 250rb/bulan. Aku bisa beli apa dengan uang segitu. Alhamdulilah disyukuri.
Saya S.Pd. pindah2 kerja dulu pernah dapat sejutaan, dua jutaan, skrg malah ngajar les per sesi 35rb, itupun dalam seminggu paling banyak 4-5 sesi, kalau di Indo kayknya kalau niatnya kerja banyak duit mending ambil Diploma aja, terutama yg kesehatan atau teknik.
Aduh, diploma kesehatan juga gajinya miris, Bro. Perawat dan bidan gaji di bawah sejuta sebulan tuh masih banyak, kecuali PNS ya, biasanya gaji+jaspel bisa 2 digit sebulan
Simpel aja sih, karena orang menjadi dosen orientasinya mungkin bukan uang, tapi mengamalkan ilmu pengetahuan? Nggak perlu dibicarakan panjang lebar, kan?
Jadi ingat lulusan UI kalah bersaing seleksi kerja di PT PAL dengan lulusan STM tapi punya pengalaman/sertifikasi keahlian di luar negeri bertahun tahun___ pendidikan penting tapi pendidikan tinggi tidak primer banget
semua pendidikan itu penting. yg dipilih itu pasti yg skillnya paling oke. lah itu yg STM punya sertifikasi dari luar negeri. berarti pendidikan penting dong.
Univ itu lulusan teoritis base on textbook. STM & certifications lebih kearah praktek lapangan dg keahlian khusus. Seharusnya ke2nya saling mendukung, tanpa ilmu teoritis gelar praktis hanya akan bertahan sementara karena dasar (basic fundamental) ada di penelitian. Semakin tinggi strata pendidikan akan semakin sempit ilmunya tapi mempunyai pendalaman yang spesifik. Meanwhile sertikasi lebih karena standar kebutuhan industri. Si A punya sertifikat ngeLas akan lebih dipercaya di bidang nge-las. Si B lulusan univ mana bisa ngeLas kalau di kampus hanya pegang buku ? Si A yg lulusan STM disuruh riset di laboratorium akan dipastikan kalah telak dengan mahasiswa bangku kuliah. Ke2nya saling mendukung, ga ada yg superior. Liat contoh di Jerman, pendidikan praktis sampai S2 (fsch) lulusan nya ke arah praktis kebutuhan industri. Sedangkan, lulusan Univ akan kuat di bidang riset ke industri spesifik. Kalau di Indonesia, praktis (max di STM) & basic riset (univ/institut) ga ada yang nyambung dengan industri. Why ? Yah karena Indonesia adalah hasil akhir dari sebuah produk penjualan (supply chain ⛓️)
saya sering diskusi dengan beberapa teman-teman dosen swasta banyak yang mengeluh persoalan gaji bahkan ada yg mendapatkan gaji dibawah 2 juta dengan lulusan S2 dalam negeri terbaik. waktu saya menjalani proses perkuliahan S2 saya sering diskusi dgn bbrapa teman dan rata-rata jawaban mereka untuk melanjutkan studi karena kekhawatirannya untuk tidak mendapatkan kerja jika bermodalkan ijazah S1, nah pertanyaan kemudian bgaimana kita mau mengajar mahasiswa S1 tentang masa depan yang lebih layak sedangkan kita sendiri belum mendapatkannya. sedangkan untuk menjadi dosen itu memerlukan biaya publikasi karena suatu kewajiban sebagai dosen untuk menjalankan Tridharma Perguruan Tinggi.
@@afrizal46162 Kebetulan aku kenal satu dosen kampus swasta yang ngajar materi tentang IT, dan dia merasa ahli di bidang Big Data tapi modalnya cuma kopas dari Internet; itu pun dari sumber ga jelas. Yang lebih parah adalah dosen ini asal kopas tanpa tau konteks dari materinya; mungkin karena dalam bahasa Inggris dan dia dengan modal sok tau digabung dengan mood dan cocokologi menerangkannya ke mahasiswa 😊
Pemerintah gak tau unsur kemajuan negara yaitu pendidikan secara lengkap termasuk gaji guru/dosen yg masih rendah. Taunya buat istana baru, ibukota baru yg hanya simbolis dan prestise semata. Padahal dana 600 triliun itu bisa mengatasi masalah gaji dosen/guru yg masih kecil di bawah UMR. Kalo bisa gajinya diatas UMR, karena ini demi kemajuan dan kemunduran negara.
Segala pelajaran formal yg amat berguna buat kelangsungan bersaing di era globalisasi ini kalau mau DIGANTI sama pelajaran AGAMA adalah sebuah KETOLOLAN yg amat LUARBINASA. Balek kita pelan2 jd jaman primitif.
Sekolah tetap diperlukan. Setidak nya melatih cara berpikir secara Systematic. Problem solving. Networking juga penting. Kalau pelajaran sejarah, PMP, PSPB dll itu gak penting2 amat lah.
artinya mapel nya yg harus diupdate sesuai kebutuhan zaman ya bang, kalau yg cuma pengetahuan aja , di google dan di yutub juga banyak, malah lebih lengkap lagi
@@RyanLabombaTV iya. Kurikulum sekolah umum di indo sih udah ketinggalan jaman banget. Gak tau deh menteri pendidikan dari dulu sampe yang skrg gak ada yang becus ngurusin beginian. Padahal syarat utama untuk maju suatu negara ya pendidikan yang bagus
Saya gaji pertama dosen kontrak di tahun 2017 1.700.000 seluruh keluarga shock berat. padahal mereka sendiri yang pengen saya jadi dosen. tapi berjuang 7 tahun dikit dikit naik. banyak bersyukur.
Jujur ya, sebagai pendidik, aku melihat, sistem pendidikan di Indonesia semakin ngawur, beda dengan jaman saya masih 160 sks untuk S1, S2 48 sks. Di mana kemampuan analisa dan riset ditempa habis-habisan. Dengan S1 ditambah berbagai sertifikasi keahlian manajemen produksi dan inventory, saya bisa memimpin departemen pabrik di luar negeri. Karena kemampuan analisa dan prediksi benar-benar terasah semasa kuliah. Ke sini saya melihat anak sekarang kemampuan analisanya semakin kurang, dan semakin malas berfikir. Beberapa kali, saya menguji di mata kuliah global supply chain, banyak yang dapat jelek, padahal saya menghindari memberikan soal hitung-hitungan, saya ingin setidaknya mereka menguasai kemampuan analisa, itu saja banyak yang pusing.
karena orang pintar nga begitu jadi contoh untuk sukses bg banyak yg masuk bumn dll itu bukan orang pintar dan sekarang di lulus luluskan aja , jadi orang pintar dan sedang dan bodoh itu sama rata , strata 1 ipk min 3 ,
Perlu jadi perhatian, terutama dosen kontrak, PPPK, yayasan ataupun kontrak dengan NIDK, jabatan mereka stuck bahkan ketika sudah strata-3 yang seharusnya lektor malah turun jadi asisten ahli, tentunya hal ini menyebabkan kecilnya gaji dari dosen bersangkutan.. ketika membandingkan dengan performa dosen dari kredit poin yang sudah dikumpulkan baik dari pengajaran, pengabdian masyarakat ataupun artikel ilmiah tidak sebanding, seharusnya dosen tersebut sudah lektor kepala malah ditahan tetap menjadi asisten ahli, alhasil pendapatan mereka tidak meningkat, terutama untuk universitas yang masih baru, karena untuk renumerasi dana dikeluarkan oleh PT bersangkutan.. perlu ada regulasi baru dari pemerintah, juga untuk menertibkan universitas2x abal2x yang banyak bermunculan (belum terakreditasi ataupun terakreditasi C ke bawah), karena tidak bisa untuk mendaftar pekerjaan 🫢🗿
Betul Pikir deh pengalaman kita bayar gaji tiap bulan ART LULUSAN SMP SMA BAHKAN SD GAJI JADI LEBIH TINGGI DRPD YG LULUSAN S1 & S2 MOHON MAAF ...INI NYATA
main aman bang. Infonya jadi kurang. Ditanya setuju dengan iq 78 ga dijawab. Trus ngomongin rata-rata gaji dosen di jkt dan Surabaya itu 20-30 jt. Kalau pejabat kampus sih iya. wkwkw
@@wahyuwfskalau yang iq 78 itu cuma sentimen richard lynn yang cenderung rasis terhadap negara2 muslim bang, tidak ada tes atau data ilmiahnya bang. Tapi soal kebijakan dan kesejahteraan tenaga pendidik beliau memang ada bias sehingga kurang tepat jawabnya.
Yang dibenarin menurut gw, gak usah muluk2.. basic nya aja dl.. JAGA KEBERSIHAN LINGKUNGAN, BUANG SAMPAH GAK SEMBARANGAN.. Ingat di Indonesia ada SEMANGAT GOTONG ROYONG yang harus kita kedepan kan.. GOTONG ROYONG untuk kebaikan bukan untuk KKN!!
*Tidak mungkin saya boleh masuk ke dalam pelaburan tanpa panduan. Oleh itu saya bertanya apakah pendekatan terbaik?*
Terdapat banyak idea pendapatan pasif tetapi dinasihatkan untuk berunding dengan profesional.
Saya telah mendengar begitu banyak faedah bekerja dengan profesional tetapi saya tidak tahu bagaimana untuk mendapatkannya. Bolehkah anda mencadangkan seseorang yang boleh dipercayai?
Saya bekerja dengan *Donald Nathan Scott.*
Bagaimana saya boleh menghubunginya?
*CARIAN*
sistem pendidikan kita itu dibuat untuk membuat pekerja yang nurut. bukan sistem pendidikan untuk menciptakan orang yg kreatif. saya pas kuliah di luar negeri sampai kaget ketika guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengutarakan jawaban. semua jawaban dianggap benar asalkan bisa memberikan fakta.
kalau di indonesia, jawaban essay aja satu huruf pun gak boleh salah.
😂 biar ga miskin yah jangan jadi guru apalagi kuliah pendidikan 😂 auto jadi langganan pinjol😂 mending jadi kang parkir bisa 20-50jt sebulan 😂😅😂
Oh ya kampus mana ? kog dosennya jelek, kalah sama kampus swasta temen saya, pdhl bukan swasta unggulan ky Binus cm swasta daerah, gak pernah cerita ada dosen aneh kek gt, kampusnya kalau lomba2 mahasiswanya di sponsorin, produk mahasiswanya jg dipromosiin sm kampus buat panggung buat dpt berita nasional,
beberapa kali saya dulu dpt undangan di kampus2 untuk jd pemateri dr dalam daerah, luar daerah buat jadi pemateri krn mrk pengen mahasiswa tau trend di Industri ky gmn
negara mana bro? Saya sekolah di barat justru kebalikannya. Betul dosennya bilang semua jawaban di anggap benar tapi tetap saja yg pro sama dia nilainya lebih tinggi. Kala itu saya ambil finance dan di beri tugas dgn judul peg currency vs market currency. Saya pilih peg currency dan analisa saya terbukti benar di tangan sejarah.
@@satrofajarmasa sih, mas? ✋🏻🙄
sudahlah, hentikan menyalahkan sistem
yg salah bukan sistem tapi karakter masyarakat indo yg malas sekolah tpi mau dapat duit
sekolah aja malas apalagi kerja
Lulusan terbaik angkatan saya, IP hampir sempurna, salah satu universitas terbaik di bandung. gajinya cuma 800ribu! Saya lulus 7 tahun, hampir DO, IP 2 komaan. Nekat ngelamar ke luar negri dengan modal bahasa inggris dan portfolio dari tugas akhir. Sampai sekarang masih nyaman di Dubai. Di sini mereka ga tanya IP atau lu anak siapa. Tapi skill dan kemampuan komunikasi lu yang penting
Pilihan anda sangat tepat
800 ribu/bln kerja apa temen mu itu?
@@ndevi558guru honorer atau dosen honorer mungkin...
Indonesia ini memang ga niat berinvestasi di segmen Pendidikan, mulai dari tenaga pendidik (Guru, Dosen) yg digaji ngelawak, sampe sistem pendidikan yg ga pernah beres, bayangin S2 lulus CPNS Dosen di PTN Satker Kemdikbud digaji gapok (80%) + uang makan + tunjangan keluarga = 2,3jt + 700rb (37rb per kehadiran, tergantung jumlah hr kerja per bulan) + 250rb (kalo sudah menikah dan punya anak) = 3,25jt. Ga dpt Tukin, ga dpt tunjangan fungsional, ga dpt serdos, ga dpt remunerasi. Buat dpt Serdos dan Tunjangan Fungsional mesti nunggu sampe 4 tahun krn aturan yg bener2 ga memihak dosen, bayangin 4 tahun mesti hidup sengsara.
Alhasil dosennya sibuk cari proyek diluar kampus jarang ngajar ke kelas, mahasiswa terlantar cuma dikasi tugas dan ujian, ya jelas mahasiswa pada males kuliah.
Disisi lain ada CPNS Kementerian lain yg "cuma" lulusan SMA bisa berpenghasilan hampir 10jt, bener2 ga ada niat memajukan pendidikan. Indonesia emas 2045?? Jangan terlalu muluk2, mimpi silahkan setinggi2nya tapi juga harus dibarengi dengan langkah2 tepat utk mencapai mimpi tsb, klo ga ya jadinya mimpi hanya sekedar mimpi. miris.
Diatas itu contoh di Negeri ya, yg mana seharusnya pemerintah bs lebih leluasa mengaturnya tp malah ga bisa mereka atur dg baik, bayangin gmn kalo di Swasta yg mana andil pemerintah lebih sedikit.
Emang negara gak niat maju. Gimana sih?? Gak niat gitu loh. Kalau niat, terus ada halangan, maka halangan tersebut dipikir bagaimana caranya ditanggulangi. Kalau kita itu real nggak niat.
@@anantasutrisno7136 negara ini cita2 nya selangit tp usahanya ga ada, astagaaa
Saya juga nggak kuat Mas, memutuskan mundur setelah sekira 1 tahun jadi dosen tetap non PNS dan akhirnya dapat NIP, nyesel jadi dosen di PTN satker di kemendikbud, kerjaan nggak kira kira.
@@topikprep391 klo.msh surem kyk gitu liat aja 5 tahun kedepan ga bakal ada yg mau jd tenaga pendidik (guru/dosen)
@@ariesagetia6865 jadi dosen di PTN berbadan hukum yang stabil dan gede, lumayan sih remunnya...
Iklan2 jalan di India selalu kursus Coding, kursus AI, kursus Math, dll. Kalo di Indo iklan di jalan biasanya jasa sedot WC, pinjol murah, kredit cepat, dll. Bisa dilihat hasilnya.. IQ rata-rata 78
Juga spanduk Rokok, cagub, cabup, Cawalkot, capres.
Ini kelihatan banget tidak pernah mengikuti media india, betapa parahnya unemplyment di india parah, gelar universitas di obral semurah mungkin, bahkan lulusan s2 sana masih nganggur bahkan ada yang jadi tukang sapu jalan, pendisikan sana sangat suck dan unqualified, yg cerdas2 pada migrasi ke luar negri, makanya muncul istilah brain drain, dimana kaum intelek pada kabur di luar
@@masyariel7209 lah , pdb aja india 3x lipat dari indo
Statistically ambil persentasenya aja, jumlah programmer Indonesia itu 2,9 jt (menurut GitHub 2023) berarti ada 1%. Kalau diambil sample persentase yang sama (1%) terhadap total populasi India (1,4 miliar) berarti ada total 14jt programmer India. Artinya total jumlah penduduk Jakarta + Surabaya masih kalah sama jumlah programmer India
@@masyariel7209India sistem kasta berpengaruh, walau lulusan S3 klau kastanya rendah aplg Dalit, susah bisa kerja jadi dosen disana?, ordalnya lbh ngeri drpd konoha
Ok jadi gini netizen sekalian.. Pendidikan itu secara devinisi adalah serangkaian proses belajar..
Tapi perlu dibedakan antara Pendidikan dengan Sistem Pendidikan.
Pendidikan adalah reflek alamiah makhluk hidup seperti manusia dan hewan2 tingkat tinggi untuk menurunkan kesadarannya pada generasi mudanya. Hal ini dimaksudkan agar mereka setelah lahir mampu beradaptasi dengan lingkungannya dan pada akhirnya bertahan hidup.
Lain halnya dengan Sistem Pendidikan. Meskipun rumpun evolusinya sama tapi tujuannya sudah agak berbeda.
Sistem Pendidikan lebih seperti teknologi atau engineering. Fungsinya membentuk SDM yang memiliki kapasitas untuk mencapai tujuan bersama atau sistemik.
Oleh karenanya, perlunya kejelasan tujuan suatu sistem terlebih dahulu, setelah itu baru kemudian didesain cara untuk membentuk SDM yang sesuai.
Kelemahan sistem pendidikan di Indonesia yang pertama adalah tampaknya ada ketidak pahaman mengenai konsep dasar pendidikan. Hal ini tercermin dari campur aduknya antara pendidikan formal, non formal, parenting dan sekolah. Bisa dicermati dari perundangan pendidikan yang kata2nya selalu tidak kongkrit dan cenderung multi interpretasi.
Kedua, mungkin karena alasan yang pertama, praktek pendidikan formalnya akhirnya tidak selaras dengan tujuannya. Saya contohkan dengan praktek penggunaan seragam yang nampak justru membiasakan murid dengan penyeragaman. Sedangkan konteks realita di Indonesia, hendaknya anak dibiasakan untuk beragam.
Ketiga, karena profesional pendidikan dibayar sangat rendah, mmungkin sudah terlalu lama pendidikan bukan menjadi prioritas, akibatnya ahli dibidang ini sangat sedikit sekali.
Oiya... Saya dulu pernah menjadi guru pns. Mundur setelah 10 tahun mengabdi. Kemudian menjadi penggiat pendidikan. Sekarang bermukim di Selandia Baru.
Memang tidak mudah memperjuangkan pendidikan Indonesia. Oleh karennya saya mengapresiasi para konten kreator yang mengemukakan topik2 pendidikan. Apresiasi juga untuk Mbak Risa. Tetap semangat memperjuangkan pendidikan..
Angel tapi mesakke bangsaku..
Salam pendidikan.. 😊🙏
menurut saya , semenjak kuliah s1 terjangkau dan s1 itu di lulus luluskan aja
jadinya rate s1 itu rendah, sertifikat keahlian saja tinggal beli
menurut saya di normalkan saja
nga naik kelas ya harus tinggal dan mengulang ,
uang sekolah di kasi batas bawah dan batas atas
gaji guru harus umr x 1,2
sebelum ke sana wajib ada screening bakat anak setelah tamat smp
kalo bakatnya seni harap di maklumi mate nya jelek, atau bahkan masuk ke kurikulum seni yg matenya cuman basic aja
dan seninya yg di asah
Bagus nih, di sini bukannya dana besar dipakai buat ningkatin SDM, malah dibuat yg sia sia, misalnya upacara kenegaraan di dua tempat pakai 87 miliar, bangun IKN pakai uang rakyat 600 triliun. Uang habis hanya buat simbolisme saja bukan buat meningkatkan SDM.
Demi Allah, Gw lulusan S2 Ilmu Komputer - IPB. Jdi dosen di Univ Krisnadwipayana, gaji 1.4 jt / bulan.
😢
Menyedihkan, perguruan tinggi memperlakukan dosen seperti perusahaan memperlakukan buruh. Buruh ada UMP nya, dosen tidak.
Cari kerja ditempat lain
🥲
Senasib, cuma saya di Univ Matahari Terbit
Tantangan menjadikan PT nya bermutu sehingga banyak peminat. Mahasiswanya banyak, ukt nya lbh mahal, kesejahteraan dosennya meningkat.
Teman saya, kerja depan komputer, ngutak ngatik excel ama powerpoint...
2,5 juta itu bisa dpt setengah hari
tingkat kesulitannya sudah pasti di bawah kerjaan dosen
yg harus ngajar, baca/tulis academic paper yg ngejelimet dll...
terkadang kita memang harus pintar cari kesempatan dlm kesempitan
2,5 juta setengah hari?? Kerja paa itu?? 😅
@@muriahmad501 admin judi online😂
ada mengaku kerjaan teman anda lebih mudah dari dosen ?. coba tanya teman anda, kerja seperti itu mudah atau tidak 🤣, apakah mencari klien based lebih mudah daripada mengajar jadi dosen?. apakah teman anda mengangap anda sebagai teman? 😂
@@MArif-bw1bg sotoy kau, admin itu 5 jt/bln justru biar kau tau. kan dia bilang 2,5 jt/hari
Agar Indonesia setara Eropa maka kurikulum harus dirombak total menjadi basis inovasi tingkat tinggi(sebagaimana yang dilakukan China sejak tahun 2001). Sehingga gaji guru bisa di atas 20 juta perbulan.
smua itu trgantung pemimpin negeri ini wahai kawan, kl takut Tuhan dan cinta rakyat, maka akan jdi Indonesia emas
xijingping hari ini dilantik presiden indo , bsk dia mundurkan diri
sakin rumitnya masalah di indo
Konten-konten berkualitas gini yang susah dapet views banyak. Semoga content creator tetap semangat ya upload-upload edukasi seperti ini.
Pilihan Nama The Overpost ini mewah, Maknanya lebih kepada konsep atau ide yang ingin disampaikan
Yang jadi masalah:
1. Otonomi daerah disalah gunakan karena pejabatnya tidak punya kompetensi ( satpol PP bisa jadi Kadis), KkN dan NKK, Kepala sekolah, guru dan honorer hanya untuk menghabiskan anggaran
2. Guru yang berpotensi tidak punya kesempatan seperti guru penggerak, karena menjadi ancaman bagi guru KKN dimana mereka yg nikmati anggaran
3. Akreditasi hanya formalitas dan asessornya juga kroni2 pejabat daerah.
4. Guru yang berpotensi tidak bisa kreatif karena masih banyak dihambat oleh guru kroni dan tersingkir.
5. Tunjangan jabatan / sertifikasi harus rela dipotong kalau tidak informasi / input data kegiatan ajar mengajar guru tsb lupa di input, akibatnya tunjangan tidak terbayar bahkan bisa disuspend oleh sistim.
6. Tidak banyak yg mau jadi guru karena numerasi kecil kecuali punya dedikasi utk mengajar. Akibatnya banyak guru hanya untuk bertahan hidup / strugle cari object diluar dg ngajar dimana2, ngojek dll.
7. Sebelum ini kurikulum dan buku berubah ubah jadi beban lain untuk dipelajari dan biaya utk orang tua.
8. Guru / dosen seringkali mempersulit murid / mahasiswa karena mereka tidak / kurang kompetensi dan kurang waktu.
Banyak sekali Leon, dll 😢😢
aku tambahin, yg lagi musim bbrp dekade hingga hari ini guru/dosen yg cabul meningkat kasusnya (menyalahgunakan jabatan/profesi)
Maaf ya di daerah itu guru honorer SD itu msh banyak yg di byr 500 000, di SMP 600 - 900 rb. Tdk dilihat S1/ S2 nya & itu di sekolah negeri. Bahkan PNS pun masa kerja 20 - 30 th menjelang pensiun pun gajinya 4,5 jt.
Selama belum ada revisi undang-undang, problem seperti itu akan selalu berulang 😶
Otonomi daerah tidak sepenuhnya salah, asal usul adanya guru honorer ya karena pemerintah pusat yang tidak becus merekrut guru ASN sesuai dengan kebutuhan sekolah, akhirnya Pemda dan sekolah harus merekrut guru honorer untuk mengisi posisi yang kosong
Kerren banget ahh dari awal sampai akhir sesuai realita. Semoga bisa ditindaklanjuti lebih baik yang dibicarakan. Dapat banget ilmunya dari sharing ini 🙌
Memang pelajaran BHS inggris sebelum mas Mentri ini dijadikan pelajaran pilihan jadi boleh ada dan boleh tidak. Baru dijaman pak Mentri ini diwajibkan sejak SD
Keren podcastnya, kebetulan saya guru berencana kuliah ke lur negeri buat ningkatin skill berharap kedepannya pendidikan di Indo lebih baik
Bagi anak muda yang sebelum lulus sekolah mulai cari informasi kuliah atau kerja diluar negeri. Zaman sekarang informasi sudah sangat mudah didapatkan. Banyak beasiswa dan kerjaan diluar, pintar-pintar cari dan setelah lulus sekolah bisa langsung berangkat kuliah atau bekerja. Jangan habiskan masa muda kalian dengan konsep YOLO jika tidak punya spesial privilege. Bersusah 3-5 tahun untuk masa depan yang lebih baik. Semangat para generasi muda.
Mantabs!
Semoga gk hanya sesi di bidang finansial/investasi tp jg makin banyak sesi2 di bidang pendidikan kyak gini ya bro :)
Sekarang baru setahunan jadi dosen... Jaman S1 banget paling menghindari profesi ini... Pertama, aku nggak percya diri buat ngajar sebenernya, walau dikata orang saya udh expert di bidangnya dan bisa ngajarn, tapi JADI DOSEN NIH GA CUMA NGAJAR YA GES YA... Kedua, saya emang dari jaman SMP lebih suka kerja praktisi, apa2 yang berbau praktek, bisa saya ganyang, mau itu dari pelajaran saintek, bahkan pertukangan wkwkwkw kek keterampilan kelistrikan misalnya (jaman aku SMP ada pelajaran ngenalin kelistrikan secara praktis kayak instalasi rumah sama dasar ilmu listrik sebelum dibabat habis sama kurikulum merdeka, dan ini pelajaran berguna banget karena jadi paham paling nggak buat sehari2nya di rumah). Ketiga, saya paham banget kerjaan dosen sekarang effortnya emg gede banget buat saya pribadi dibandingkan yang saya lebih suka belajar skill... dan terakhir ini yang sebenernya nggak mau pingin saya omongin, tapi emg lumayan bikin nyesek karena realita bener-bener butuh, ya di gaji pokok... rendah kalau memang nggak ada tambahan tunjangan, entah ngajar di kelas tambahan, bimbing, dsb... Swasta juga macem2 kebijakannya, ada yang "pelit" ada juga yang masih bisa ngasih gaji yang layak, tapi tetep aja, rata2 emang ya segitu2 aja...
Lalu? Kenapa tetep jadi dosen nih? Bahkan berusaha buat bisa naik jafung...?? Saya pribadi hidup dari pekerjaan Alm. Papaku jadi dosen selama 30 tahun lebih dan alhamdulillah, walau nggak yang jadi kaya banget, tapi bisa dapet pendidikan yang sampe S-2 gini... Awalnya saya kerja di studio dan gaji lebih dari gaji pokok jadi dosen, cukup skill yang dibutuhkan dan bisa berkembang ke skill lain kayak marketing, manajemen, dan pengelolaan diri. Diminta resign sama Papa, karena saya cewek, kerja di studio itu berat, tapi buat saya menyenangkan sih.... Tapi ya udh, saya anaknya kan nurut2 banget, dan saya yakin ada sesuatu yang harus saya pelajari selama saya harus berpindah profesi jadi dosen.... Ya udah... Hanya itu yang jadi kekuatan saya percaya, jadi dosen yo bisa bisa aja hidup, tapi ya emg effort gede.... Ya bismillah...
Kurikulum pendidikan di Indonesia sebaiknya sejak dini diajarkan budi pekerti, diajarkan kedisiplinan, dopan santun dan menghargai orang lain. Pelajaran yang diajarkan sebaiknya yang mengajarkan murid utk meningkatkan daya pikirnya bukan sekedar hapalan. Bahasa Inggris wajib diajarkan sejak SD, agar siswa lbh siap dalam menghadapi globalisasi.
Betul, akan lebih baik dalam suatu kelompok masyarakat kecil. Misal satu desa atau tiap RT. Mendiskusikan asosiasi tetangga yang dapat mengedukasi anak-anak.
Bagi anak-anak sendiri selama bisa bersenang-senang dengan temannya. Dia akan melakukannya tanpa ragu-ragu.
Mirip seperti pengajaran agama khusus anak, tapi agama agaknya terlalu luas bahasannya. Bikin saja pengajian yang berfokus pada pembetukkan karakter. Mengajarkan berbagai hal yang anda sebutkan. Kalo di lembaga formal seperti sekolah anak-anak bisa langsung menerapkan hal yang dipelajarinya sambil bersaing dalam meraih prestasi. Gak ada lagi guru yang bilang "Ini anak gak sopan" yang mengakibatkan mental anak tersebut terganngu hingga hasil belajarnya pun menurun drastis.
Salah satu problemnya adalah sejak kuliah keguruan, tidak ada mata kuliah wajib bagi calon guru untuk mengasah keahlian dalam budi pekerti. Bahkan mata kuliah psikologi anak autis saja belum tentu tersedia. Calon guru selama kuliah hanya diajarkan hal-hal administrasi, dan belum tentu relevan dengan kebutuhan anak 🙄
Jaman orba sudah seperti itu, kenapa di rombak pertanyaannya? 🫢🗿
Setelah menonton sampai selesai, saya respect sekali sih sama Bu Risa ini, karena paduan dari saking cerdasnya beliau dan saking ruwetnya topik masalah edukasi ini, topiknya jadi meloncat ke sana kemari, ini harusnya jadi masukan bagi team The Overpost. Memang baik sih yang dilakukan saat ini dengan tidak memotong orang berbicara, tapi tetap lebih baik setelah beliau titik untuk tetap meluruskan topik ke pembicaraan saat ini.
Overall menurut saya, kejanggalan yang sebenarnya terjadi itu sejatinya adalah ( kita sudah tahu bahwa ada yang salah secara sistemik, ada yang harus diperbaiki by overall design, tapi dimasukin ke laci "salah kaprah", laci "nanti harganya mahal", dan laci-laci lain yang penting "urusan orang lain saja lah yang pikirin, jangan pas saya ambil jabatan" )
Ini tu masalah berat, benang ruwet, ujung mana ujung ga ketemu, tapi memang butuh orang yang siap mati dan jadi musuh orang banyak untuk selesaikan.
Jangan cengar-cengir dulu, kita-kita ini yang komen bisa jadi salah satu musuh bagi orang itu nanti. Lholhaiya, nek biaya edukasi tiba-tiba naik 2.5x lipat dari sekarang sebagai salah satu solusi untuk cover biaya untuk membetulkan semua ini, gimana? Nek tiba-tiba yang dulunya dikasih beasiswa masih bisa wira wiri luar negeri besok harus rela digaji kecil selama 10 tahun, gimana?
Semangat dan sukses terus bagi Pendidikan di Indonesia, ya civitas academicanya, ya masyarakatnya, ya pemerintahnya. Masih jauh kita harus bertarung, jangan sampai kita gantung cita-cita hanya setinggi tiang, harus setinggi-tingginya. Dengan niat dan nurani yang baik, pasti bisa.
Apapun kegiatan, proses, sistem, harus ditentukan dulu nanti hasil akhirnya harusnya seperti apa. Baru setelah itu disusun apa2 yang diperlukan untuk menciptakan hasil akhir.
Salahnya kita, kita banyak nyontek negara2 lain dan mengambil apa2 yang dirasa bagus tanpa terlebih dulu menentukan hasil yang diinginkan. Akhirnya banyak kegiatan yang mubazir, proses yang gak efektif, dan sistem yang overload.
Sayangnya memperbaiki pendidikan kita itu gak mudah karena pendekatan birokrasi kita yang terlalu rigid. Banyak kasus, diatas instruksinya A, saat di daerah jadi B, lalu disekolah jadi C.
"Ini tu masalah berat, benang ruwet, ujung mana ujung gak ketemu, tapi memang butuh orang yang siap mati dan jadi musuh orang banyak untuk selesaikan."
Jadilah seperti kucing yang memikili banyak nyawa. Bikin jalan yang mengikuti sistem, melawan sistem(secara mendasar), atau inovasi dari sistem yang lama.
Sehingga, jika satu jalan pun tidak bisa. Masih ada jalan lain.
Hiduplah kembali dari kematian!
Wong hasil pemikiran para guru besar yang mengingatkan MK dan Penguasa nggak digubris sama sekali, padahal di Sekretariat Kepresidenan banyak para cendekiawan muda lulusan LN. Apa mereka juga nggak didengar.
Pada Sumpah Pemuda ditetapkan Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional, bahasa pergaulan secara nasional. Sedang bahasa inggris yang digunakan untuk pergaulan Internasional di Indo bukan hal yang wajib.
Bermimpi untuk jadi Indonesia Emas, tapi garda terdepannya (guru/dosen) disepelekan 😢
5:50 Gw langsung tau dari sini, dia bukan critical thinker, dia bukan big picture person. Ini tipe-tipe orang yang banyak tau, tapi ga kreatif ga problem solving. Percaya deh. Dari cara dia sering mengutip otoritas, dari cara dia jawab ga meluas. Gw uda tau ini orang bukan tipe problem solver yang independent thinker. Sudah pasti ini 100%.
yang dimaksud si risa atau bro leon?
@@hendyprayogo853 risa lah, leon uda jelas critical thinker
Setuju😂
susah jadi problem solver di indo , bisa pecah kepalanya , terlalu rumit
Tipikal birokrat. Seberapapun liberal almamater seseorang yg pernah study abroad ketika masuk ke sistem pendidikan Indonesia ia pun segera akan terjebak jadi birokrat
Lulusan Magister Harvard, Pernah/sudah bekerja di KSP. Suka - suka aja dengan program Nadiem. Tapi tidak ada progress dalam pendidikan dan sistem pendidkan hingga 2024 sekarang. Boleh saya tahu role and/peran anda serta signifikasi dari role yang and kerjakan......? apa yang signifikansi yang bisa di measure ......?
Bisnis yg menjanjikan dgn rakyat adalah; 1.pendidikan 2.kesehatan 3.energy 4.pajak 5.6.7.10. Pikirkan saja. Itulah cara megeruk uang takyat 😅
Sebetulnya makan siang gratis sdh pernah di laksanakan di Indonesia tetapi untuk anak yg kurang gizi
effort pendidikan tidak sebanding dgn apresiasinya
Aku digaji 700rb guru kontrak.. Skrg aku resign krn ada tawaran dari perushaan yg ksh ak 4 jt
Pgalaman digaji 700, males bget bget bekerja gk ad semangatnya sama skali
ya kalo kontrak itu yg bayar kan bukan pemerintah Bro, ini topiknya kan yg resmi gaji ASN.
Ya Allah, iya sama bgt lagi. Aku lulusan pendidikan, ga ambil opportunity jadi guru karena gajinya bener" underpaid bgt bahkan kadang dirapel juga gajinya. Jadi aku putusin buat cari kerja dibidang lain, Alhamdulillah dpt 6 bulan kerja di PT walaupun masih underpaid dari UMR gapapa setidaknya tidak lebih kecil dari gaji aku sebelumnya jadi guru..
sama 2 tahun kerja sebagai guru smk gaji sekitaran itu, akhirnya masuk perusahaan dapat 5 kalilipat dari gaji guru, sayang sekali jadi pendidik di negri sendiri digaji seperti itu
miris, yang positif di bully / tidak ada rekognisi yang negatif dan tidak bermutu di tinggi2kan bahkan masuk tv... tp jg nanti hilang sendiri hanya karena viral sesaat.
Jaman sdh rusak.moral manusia menurun.sebab banyak aturan dan norma baik dipertentangkan.dan dihilangkan.dianggap mengganggu kemajuan.sebaliknya aturan yg kotor jd aturan baru.blm lama ada usulan anak2 remaja diharuskan pakai kondom.itu sama aja membolehkan sex bebas.
Kita harus defenisikan keberhasilan pendidikan kita seperti apa?
Kalau patokan keberhasilan pendidikan kita adalah skor PISA, maka
kurikulum , buku dan guru2 dll harus diubah seperti model PISA, cara nya:
1. Training guru2 nya agar terlatih mengajar soal2 PISA
2. soal2 ujian /UN harus sesuai standard PISA
3. Perbanyak buku2 test standard PISA
Intinya kalau terbiasa maka menjadi mudah..
Sama dengan mengukur kemahiran dalam berberhasa Inggris apakah menggunakan TOEFL atau gak penting TOEFL yang penting mammpu conversation
Dan jangan lupa evaluasi secara rutin
Untuk bisa begitu harus revisi undang-undang. Pertanyaannya adalah seperti yang sudah dibahas di video ini apakah ada kesepakatan antara DPR dengan pemerintah untuk hal demikian? 😏
no 1 akan jadi masalah ketika guru banyak yg gagal men standar pisa
no 2 jadi masalah ketika siswa nga belajar dan gagal
no 3 jadi masalah kalo no 1 gagal
intinya kita harus merubah budaya , kalo siswa nga lulus yauda, tahanakan 1 tahun kedepan ujian lagi
bukan di lulus luluskan aja , sama seperti gurunya , nga bisa standar yauda ikut pelatihan lagi jngn kasi gaji full ,
budaya kita terlalu lembek , dikit dikit kasian , kasian kasian ,
hari ini ribuan sarjana tiap tahun wisuda, emas sama sampah sulit memilahnya
Berat pendidikan di Indonesia, temen deket say lulusan S2 malah menyesal ngabisin waktu dan uang...endingnya kerja hanya di average UMR...Miris..
Kenapa ga kuliah S2 di kampus luar negeri 😊
Kenapa gak dibalik. Sudah S2 saja dptnya UMR apalagi tidak
@@suyotosuyoto2194UMR itu untuk minimum SMA
Kerja di luar negeri
@@margierahayu1941 Tergantung luar negeri sebelah mana; banyak tuh anak Medan kerja di salah satu negara tetangga yang malah jadi korban bahkan pelaku perdagangan manusia
Sy subscribe skr pas tema pendidikan. Menarik sekali pemaparan kak Risa. Next tlg undang Mas Sabrang dan Guru Gembul. Terimakasih 😊
Saya pernah jadi dosen digaji 400k/bulan. Institusi kedua cuma 1,7 juta, diluar pulau pula 😢
Benar....saya mengajar di SD negeri di jakarta dan pelajaran bahasa inggris hendak dihapus dan hanya jadi pelajaran tambahan bukan pelajaran wajib. Menurut saya kebijakan yang aneh ketika itu, masa anak di ibukota gak belajar bahasa internasional ? Kalau orang tua mampu bisa me les kan anak nya di tempat les tapi bagaimana anak yang ekonomi keluarganya kurang? Mereka hanya bisa menmpelajari bahasa inggris di sekolah...alhamdulilah sekarang pelajaran bahasa inggris kembali di pelajari walaupun yang mengajar guru kelasnya bukan guru lulusan bahasa inggris
Setuju👍
Ya Allah...ini ngobrol paling keren sih yg aku nonton di 2024🎉❤
Mungkin sedikit tambahan dari saya tentang bagian terakhir yang dijelaskan kak Risa. Sebagai contoh kasus jenjang studi saya, saya punya sarjana di bidang bioteknologi. Kalau menurut interpretasi kebanyakan orang, habis S1 ini, saya bisa terjun langsung ke dunia kerja apa saja. Mau berhubungan dengan bidangnya apa tidak, yang penting gaji yang didapatkan bakalan lebih tinggi dari apa yang akan didapatkan kalau saya cuma lulus SMA/SMK. Tapi menurut undang-undang (berdasarkan interpretasi saya dari pembicaraan di video), jenjang S1 di Indonesia itu terbatas untuk kelanjutan di dunia akademisi, yang kalau dibandingkan, gajinya biasanya lebih kecil karena ada unsur sukarelanya atau pengabdiaannya. Dari S1, lanjut S2, lalu S3, habis itu postdoctoral, lalu assistant professor, associate professor, dan finally full professor. Ini semua ada komponen risetnya, tidak wajib untuk S1 ke S2, tapi seterusnya harus ada. Kebetulan, S1 saya ada gelar tambahan honors seperti yang sudah diterangkan Kak Risa, saya melakukan riset dan menulis tesis. Komponen riset di S1 ini memudahkan saya untuk diterima di jenjang berikutnya yang ada komponen risetnya juga. Dari riset ini, objektif akhirnya itu untuk mendapatkan hasil riset yang bisa dipublikasikan di jurnal riset. Semakin terkemuka jurnalnya yang diukur berdasarkan yang namanya impact factor, semakin bagus reputasi penulis-penulis publikasinya, dan semakin bagus juga kesempatan untuk diterima di institusi yang terkenal kalau misalnya mau pindah kerja. Reputasi yang diakumulasi ini juga menjadi tolak ukur untuk jenjang professor untuk naik kelas ke jenjang yang lebih tinggi (ada 3 jenjang professor yang saya tuliskan di atas) di samping mengajar jadi dosen dan membimbing anak riset. Dari reputasi ini juga, kesempatan untuk mendapatkan pendanaan untuk melakukan riset baru lebih besar karena reputasi yang diakumulasi meningkatkan rasa kepercayaan dari pemberi dana. Kalau analoginya di dunia bisnis, misalnya hasil riset ini akan dijadikan start up, tentunya reputasi-reputasi ini yang akan dipertimbangkan apakah pendana akan memberikan dana untuk lanjutkan riset sampai mendapatkan produk tahap akhir, contohnya obat atau vaksin. Return value dari riset ini akan besar kalau produk riset dikomersialkan.
persis kayak penjelasan mantan mendikbud M nuh. sebagian besar dana pendidikan buat dana desa dengan tujuan politis. jangan jangan demi dukungan para kades. harga mahkota di kepala pangeran solo mahal banget 😂😂😂
Itulah pentingnya manajemen keuangan di mana dana pendidikan dari pemerintah pusat tidak bisa sertamerta diberikan secara lepas tangan. Kenapa tidak memberlakukan sistem rekening bank dan e-money sehingga mudah terlacak ke mana saja aliran uang beredar dan untuk kepentingan apa 😏
@@myname7037 sepengetauan saya , pusat itu korup 2 sd 5% anggaran tpi kalo daerah 10 sd 40% anggaran
pejabat di daerah itu jauh lebih serakah
mbak jangan di tahan tahan, luberin semua deh the real dunia perkampusan.. jangan lupa administrasii yang ribet rueh... aku dukungggg keluarkan lagiii
pernah ngobrol sm dosen di malaysia, produk risetnya diminati sm industri, jd dosen makmur, ekonomi muter
disini, kampus bikin riset, pemerintah gak jualin ke industri,
Kalo riset nya emang bermanfaat buat pasar... Pasti auto laku ... Gak usah ngandelin pemerintah ..😂
@@Memburu_HartaKarun_PasarModalyoi, makanya ilmu sosial dasar itu penting untuk mengetahui permasalahan yang ada di masyarakat, sisanya adalah meinjau langsung kondisi masyarakat itu. Jadi ilmu yang telah dipelajari tadi bisa membuat relevan dengan kondisi yang ada sekarang. Setelah tau masalahnya, sisanya selesaikan masalah!
gw juga bikin riset cuma jadi jurnal.
kalo ke pemerintah cuma dikasih mengharumkan nama bangsa.
mindset yang sangat koplak + mental gretongan
mending gw simpen ajalah hasil riset gw, kalo ada yang mau bayar + bagi royalti baru dah.
Jika kultur riset digunakan ke industri dan dapat insentif misal pajak dari pemerintah, tentu sinergi industri dan pendidikan akan berjalan, kalau pebisnis akan lebih melihat apa yang lebih menguntungkan
ilmunya tinggi, lulusan California, tapi jiwa Jawa dan logat medoknya masih ada😎🔥
Surabaya Cindonya medok semua 😅😅
Overpost naek level nih .....
mulai bahas issue issue yg mempengaruhi hajat hidup rakyat jelata ... 😂
boleh dibilang ini salah satu channel favorit, membuat pintar
Relate banget di kampusku swasta dosennya kwalahan banget pengabdian ngajar and research. Mahasiswa diharapakan reswarch sinta 3 4. Mahasiswa diajar klo mau kerja doang d3 aja, kalian tuh s1 buat research. Kenyataannya sih we just want money pak to live better kenyataanya diluar sana d3 itu dianggap juuuauh inferior dibanding s1 makanya kami s1 pak, like we don't have a choice dan sbenernya kek bukannya kami mau research makanya s1. Ngerti banget ranting terakhirnya cee :)
Ini udah beberapa kali Ko Leon mancing pertanyaan tapi Bu Risa jawabannya main aman nih. Jadinya dipodcast ini banyak jawaban yang abu-abu dan statementnya kurang strong.
Sependapat bang
Rahasia dapur mungkin🤣
Lha Bu Risa bos PTS kota malang biasa dia yg nggaji dosen swasta karyawannya .... hehehe ... mungkin dia nggaji anak buahnya juga dibawah UMR .... cek !
Sekolah tinggi ke luar Negeri tapi tidak tau problem dan mengenal problem di tempat dia tinggal.
Itulah orang Indonesia
Kuliah karena ikut2tan atau disuruh orang tua tapi gk tau tujuan kuliah untuk apa?
dan Negera kita masyarakat kita literasinya rendah bahkan terendah se-Asia 😅
Selesai sekolah uda gk mau baca buku
Salah satu penyebabnya adalah ketidakjelasan SOP di dalam menyeleksi calon penerima beasiswa LPDP. Proses ga jelas, hasilnya ya ga jelas juga 😊
@@myname7037kriteria penerimaannya jelas bang, ada batas minimal IPK, ada batas minimal TPA, ada batas minimal TOEFL atau IELTS, harus memiliki pengalaman di keorganisasian ataupun di masyarakat terkait terapan dari Ilmu yang telah dipelajari, untuk sopnya juga jelas, kuliah harus lulus tepat waktu, dan mengabdi kepada negara setelah kembali ke 62, masalahnya banyak warga 62 yang hanya mengambil beasiswa kemudian bekerja di luar negeri, yang amsyong ya negara karena pakai duit kalian 🫢🗿
Itulah jadi dosen di indonesia, kalo lu ngandelin income dari dosen jangan deh, mending dosen jadi kerjaan sampingan aja.
Alm pak abdul hamid beliau sudah S3, merasa miris sama penghasilan pokok dosen di negara ini.
Perguruan Indonesia ini ada 3 Kasta :
1. SATKER
2. BLU
3. PTNBH
dan perhatikan juga itu kampus bawaan kementrian mana, karena beda beda penghasilannya, namun diantara itu semua yang paling miris adalah kampus SATKER.
ini juga miris Jafung dosen (PNS) dari 2007 - sekarang kagak naek :
Asisten Ahli = Rp.375.000
Lektor = Rp. 700.000
Lektor Kepala = Rp.900.000
Guru Besar = Rp.1.300.000
itu juga kalo mau dapet lu kudu kerja dulu 1 tahun.
tahun 2012 dosen sempet demo di kemendikbud, tapi ya pada budeg kagak di dengerin, ya udah dosennya jalan masing masing, punya negara juga kagak dengerin aspirasi dosennya.
giliran diaspora pejabatnya tereak paling kenceng NKRI... NKRI.. tapi kagak mikirin kesejahteraan dosen.
banyak juga dosen jual hasil risetnya ke negara lain, ya butuh duit lah, ya masa cuma mengharumkan nama bangsa tapi duitnya zonk, yang bener aja, manusia juga butuh dipenuhi sandang, pangan dan papannya / butuh duit.
belum lagi sertifikasi dosen 1x gaji syaratnya :
1. TKDA & TKBI tiap ujian bayar mulai dari 150.000 Per Ujian
2. Pekerti ikut diklat biaya termurah 1.500.000
3. minimal 3 tahun jadi dosen
4. ujian lagi
kalau kampus BLU atau PTNBH ya ini mending lah
belum lagi sebagian pejabat kemendikbud kebanyakan halu, bikin aturan mulu tapi kagak mikir impactnya (dosen pns)
ya dosen disuruh nongkrong di kampus, sementara di negara tetangga dosen dibebaskan kerja dimana aja, contoh : ada kampus di negara A, sementara dosennya lagi riset di negara B dan itu diperbolehkan, riset sambil ngajar.
negara ini bener bener ketinggalan.
kalo swasta ya aturan kampus itu sendiri ya, tapi ada lho dosen swasta sebulan digaji dibawah 1 Jt.
mindset negara ini mengajar = pengabdian, lu laper, dapur lu ga ngebul ya bodo amat.
padahal hidup itu realita / butuh duit coy.
namanya tri dharma bg, tips dari temen saya kalo blum jadi dosen pns
kuliah s3 di negara tetangga , skalian carmuk dan cari job dosen
profesor grade a di malay bisa ampe 60 jta perbulan , kerja senin ampe jumat , sabtu ahad libo
jngn balik ke indo , wkwkwkwk
hancur bg kalo balek ke indo, kalo pts hancur lebur , gaji nya
kalo pns belajar lagi twk tiu tkp dll, blum tentu pns buka
Lihat ini, Aku dosen Honorer yang.diGaji Pertengah Semester, Dan Per UAS. Suamiku dosen tetap Non PNS Gaji 700 perbulan..
dulu ilmu hanya dari buku yg dibaca dosen, dosen sumber ilmu, sekarang tdk lagi, ilmu ad di internet
Cb belajar mtk atau teknik di inet. Modarr bro. Ada pengetahuan yang mmg harus diajar.
2,5jt masih relatif besar. Di beberapa daerah, di PTS² kecil, ada yang digaji 900rb... terbantukan klo dah serdos...klo belum, ya segitu...
dan di kasih tugas mencerdaskan kehidupan bangsa. hahah
Betul dosen di Indonesia gajinya kecil, serdos cuma 2,5 jt tambah honor ngajar dan gajih dari yayasan sekedarnya padalal S2
saya lulusan s2... di s2 teknik sipil tidak diajari marketing bagaimana mencari konsumen....maka saya kalah dengan irfani grup yang pemiliknya cuma lulusan smp tapi punya banyak konsumen dan proyek swastanya keren sekali...
Gaji sebenarnya bukan motivasi tapi memang kita yang s3 aja kalau balik Indo susah. Di luar sangat dihargai berdsarkan skills dan knowledge, di Indo mau melamar kerja aja susahnya minta ampun banyak banget requirement, belum tes psikologi dll yang gak tahu buat dosen misalnya tujuannya apa ya? Susah buat bangun Indonesia jadi malas pulang semua akademisi diluar.
Di sisi lain ada lulusan S3 dari kampus luar negeri yang bahkan tidak memiliki kepekaan kecendekiaan. Selama cuma bisa ngomong teori ini itu tanpa ada realitasnya, ya omdo 😊
s3 mending kerja di luar lah bg , kerja senin ampe jumat , sabtu minggu hiling keluar kota
di indo waduh , senin ampe jumat di kampus , sabtu minggu kerjain side job buat bayar anak sekolah , alamak
Mungkin beda orang beda motivasi ya. Aku pribadi motivasi kerja ya ke gaji juga, soalnya pernah dapat gaji yang bener-bener underpaid bgt dan kerjanya harus overtime sangat tidak manusiawi
Benar. Kalau disini karena kebanyakan gaji sudah lebih dari cukup, jadi kalau kerja atau kuliah itu mengikuti passion. Kalau di Indonesia mmg agak lain. Uang memang penting tapi bkn segalanya😊
Sekarang konten kreator d youtube kebanyakan bkn lu2san dgn pendi2kan tinggi tp bs hidup mewah jd mainse kita ga usah hrs kuliah tinggi2 jg bnyk yg sukses..org indo senengnya d suguhin hal2 semacam itu soalny baru tranding..
Wah ce risa, ketemu di channel ini juga akhirnya wkwwkwk. Good Job Ko Leon & Ce Risa. Insightnya luar biasa.
Damn, she is so smart and genuine
Yup! Bener kalau di AS nggak harus “pagi2” alias awal2 mulai di SMA udah wajib keren lah nilai nya di ilmu IPA kalau mau jadi dokter (misalnya)… di AS nggak begitu.
Bener bro... saya pas di Indo anak IPS, kuliah akuntansi, kerja akuntansi. Pindah ke AS, kuliah lagi di teknik elektro, kerja di software :)
Iya di Amerika rata-rata untuk sekolah S1 berbiaya sekira US$ 50 ribu per tahun, belum termasuk akomodasi dan makan. Tapi kalau S2 dan S3 bisa cuma US$ 40 ribuan. Tapi akan beruntung jika dapat graduate assistantship--- kuliah sambil kerja ngajar atau kerja riset dibiayai professornya. Begitu. Saya begitu caranya... tidak pakai LPDP dan sekarang kerja di USA.
Oh, ini dapat jadi pedoman yang bagus. Memiliki lebih banyak alternatif dalam tindakan.
Lagipula kewajiban pulang ke Indonesia bagi semua penerima beasiswa LPDP setelah lulus secara akademik sangat tidak masuk akal karena di jaman sekarang yang namanya perkembangan ilmu dan teknologi bisa lintas negara, atau mewajibkan untuk berada di luar negeri selama bertahun-tahun 😊
@@myname7037 gimana mau maju fasilitas di Indo aja di korupsi
di indonesia, makin tinggi profesi seseorang, apalagi lulusan S3, bahkan Prof banyak memanfaatkan jabatan utk menipu level dibawahnya, halus bahkan tak sadar , disuruh S3 sampai publikasi internasional biaya ribuan dollar tapi tanggung sendiri biayanya, sampai terpaksa dosen2nya terpaksa "menipu" mahasiswanya.
*GILA GELAR SKANDAL GURU BESAR*
Sejumlah dosen dan pesohor memanipulasi gelar guru besar. Bersekongkol dengan asesor lewat jurnal predator.
profesor ecek-ecek masih bergentayangan. Mereka mendapatkan gelar tersebut tak lagi memakai cara Djokosutomo, melainkan lewat pintu belakang jalur akademik. Syarat menjadi profesor antara lain menulis karya akademik di jurnal ilmiah internasional bereputasi sebagai penulis pertama. Lewat jalur ilegal mereka mempublikasi tulisan di jurnal predator-jurnal yang menayangkan tulisan tanpa tinjauan sejawat. Berikutnya, mereka main mata dengan asesor di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi yang menilik pemenuhan syarat menjadi guru besar.
Kegilaan akan gelar guru besar ini tak lepas dari cara berpikir pemerintah yang sungsang. Sejak enam tahun lalu, pemerintah berambisi mencetak banyak guru besar agar jumlahnya mencapai 20 persen dari total dosen. Tujuannya adalah mendongkrak peringkat pendidikan kita yang terpuruk, antara lain karena jumlah profesor hanya sekitar 2 persen pada 2022. Kebijakan pendidikan kita yang mengukur segala hal secara kuantitatif tersebut akhirnya menciptakan “pasar”. *Mereka yang kebelet menjadi guru besar bertemu dengan para pengasong gelar akademik.*
majalah.tempo.co/amp/opini/171863/skandal-gelar-guru-besar
Raiitt
@@warunkanalytics2896jangan dibongkar mas bro
Inilah knpa kuliah wajib murah karena gaji lulusan kan juga murah. 😂😂😂😂
7:24 tapi ini rawan banget. cz internet kan siapa saja bisa nulis. semakin kita ketergantungan suatu product semakin mudah pula kita dimanipulasi. apalagi kecenderungan orang yang gak baca artikel sampai selesai dan gak mau repot repot nelusur dan crosscheck informasi.
2010 saya sekolah di Belanda, setahun habis 300-400JT, yg terjadi disana malah sekolah mengijinkan student mereka untuk merusak hasil kerja student lainnya bila mereka tidak suka atau mereka mengganggap hasil kerja student lainnya itu SAMPAH.... Dua kali student lain menghancurkan hasil kerja saya karena mereka tidak suka & mereka pikir hasil karya saya sampah. Saya nangis2 minta tolong ke sekolah, mereka enggak bantu sama sekali.... kesimpulan. sekolah di uar negri belom tentu semuanya bagus. mesti lebih hati2 dlm memilih sekolah. jangan sampai senasib dgn saya. saya berani bayar mahal utk belajar biar bisa pinter dikit kyk Rem Koolhas. Namun disana, saya malah diinjek2 oleh student lainnya. its like my work not worth anything until they not allowed me to bring it hometo make it better....
Masih mending donk 2,5 jt/bulan. Aku lulusan S1, digaji di awal mengajar digaji 250rb/bulan. Aku bisa beli apa dengan uang segitu. Alhamdulilah disyukuri.
Tidak melulu standart gaji disesuaikan dgn tingkat pendidikan. Bisa juga disesuaikan dgn budaya & kehidupan masyarakat.
usia 17 tahun harusnya sudah mengerti tujuan....kesalahan pendidikan membuat manusia indonesia menjadi tidak faham dengan dirinya (JATI DIRI)
tetapi pengajarnya kurang ready untuk mengajari murid cara berpikir kritis
sekarang ngga cukup bhs inggris, tapi mulai butuh bhs mandarin
keren sih, risa santoso dan michael suaminya are very talented young people
Saya S.Pd. pindah2 kerja dulu pernah dapat sejutaan, dua jutaan, skrg malah ngajar les per sesi 35rb, itupun dalam seminggu paling banyak 4-5 sesi, kalau di Indo kayknya kalau niatnya kerja banyak duit mending ambil Diploma aja, terutama yg kesehatan atau teknik.
Aduh, diploma kesehatan juga gajinya miris, Bro. Perawat dan bidan gaji di bawah sejuta sebulan tuh masih banyak, kecuali PNS ya, biasanya gaji+jaspel bisa 2 digit sebulan
Persesi mahal juga ya...aku ngajar les juga perbulan 100rb 😅
TKI lebih banyak gaji nya. Guru PNS.
Simpel aja sih, karena orang menjadi dosen orientasinya mungkin bukan uang, tapi mengamalkan ilmu pengetahuan? Nggak perlu dibicarakan panjang lebar, kan?
Dana desa diambil dari dana pendidikan itu ngaco banget sih. Harus dibenahi.
Jadi ingat lulusan UI kalah bersaing seleksi kerja di PT PAL dengan lulusan STM tapi punya pengalaman/sertifikasi keahlian di luar negeri bertahun tahun___ pendidikan penting tapi pendidikan tinggi tidak primer banget
semua pendidikan itu penting. yg dipilih itu pasti yg skillnya paling oke. lah itu yg STM punya sertifikasi dari luar negeri. berarti pendidikan penting dong.
Univ itu lulusan teoritis base on textbook.
STM & certifications lebih kearah praktek lapangan dg keahlian khusus.
Seharusnya ke2nya saling mendukung, tanpa ilmu teoritis gelar praktis hanya akan bertahan sementara karena dasar (basic fundamental) ada di penelitian.
Semakin tinggi strata pendidikan akan semakin sempit ilmunya tapi mempunyai pendalaman yang spesifik.
Meanwhile sertikasi lebih karena standar kebutuhan industri.
Si A punya sertifikat ngeLas akan lebih dipercaya di bidang nge-las. Si B lulusan univ mana bisa ngeLas kalau di kampus hanya pegang buku ?
Si A yg lulusan STM disuruh riset di laboratorium akan dipastikan kalah telak dengan mahasiswa bangku kuliah.
Ke2nya saling mendukung, ga ada yg superior. Liat contoh di Jerman, pendidikan praktis sampai S2 (fsch) lulusan nya ke arah praktis kebutuhan industri. Sedangkan, lulusan Univ akan kuat di bidang riset ke industri spesifik.
Kalau di Indonesia, praktis (max di STM) & basic riset (univ/institut) ga ada yang nyambung dengan industri. Why ? Yah karena Indonesia adalah hasil akhir dari sebuah produk penjualan (supply chain ⛓️)
Jelas tidak Apple to Apple bandinginnya. Org baru lulus vs orang yg pengalaman kerjanya sudah tahunan 😑
Ngga surprise...S2 lulusan Amrik aja bisa jd customer service di kntr gw dl
Di Indonesia, talent dan pendidikan itu tidak dihargai oleh mayoritas perusahaan terutama perusahaan lokal
kalau vokasi 70 % praktek, 30% teori....jadi bisa langsung kerja
Cb pikir jika rakyat pinter , besok demokrasi tidak langsung. Trus ngapain gabung ama Jawa kalau bisa kelola sendiri.
saya sering diskusi dengan beberapa teman-teman dosen swasta banyak yang mengeluh persoalan gaji bahkan ada yg mendapatkan gaji dibawah 2 juta dengan lulusan S2 dalam negeri terbaik. waktu saya menjalani proses perkuliahan S2 saya sering diskusi dgn bbrapa teman dan rata-rata jawaban mereka untuk melanjutkan studi karena kekhawatirannya untuk tidak mendapatkan kerja jika bermodalkan ijazah S1, nah pertanyaan kemudian bgaimana kita mau mengajar mahasiswa S1 tentang masa depan yang lebih layak sedangkan kita sendiri belum mendapatkannya. sedangkan untuk menjadi dosen itu memerlukan biaya publikasi karena suatu kewajiban sebagai dosen untuk menjalankan Tridharma Perguruan Tinggi.
Ngajarnya di kampus negara maju aja seperti Australia supaya gajinya layak 😊
kalo dosen swasta pedih lah bg , duitnya nga seberapa
di liat orang sebelah mata
muritnya dikit , nga dilulusin ntr nga ada lagi yg daftar ,
@@afrizal46162 Kebetulan aku kenal satu dosen kampus swasta yang ngajar materi tentang IT, dan dia merasa ahli di bidang Big Data tapi modalnya cuma kopas dari Internet; itu pun dari sumber ga jelas. Yang lebih parah adalah dosen ini asal kopas tanpa tau konteks dari materinya; mungkin karena dalam bahasa Inggris dan dia dengan modal sok tau digabung dengan mood dan cocokologi menerangkannya ke mahasiswa 😊
Hampir ratusan tahun Indonesia koloni VOC Belanda kaget rata² warga indo ga berbahasa belanda !
Tukang cuci di malaysia udah lebih 3 juta per bulan..malah dosen kita di bayar hanya segitu..pemerintah gak menghargai guru guru kita..
Pemerintah gak tau unsur kemajuan negara yaitu pendidikan secara lengkap termasuk gaji guru/dosen yg masih rendah. Taunya buat istana baru, ibukota baru yg hanya simbolis dan prestise semata. Padahal dana 600 triliun itu bisa mengatasi masalah gaji dosen/guru yg masih kecil di bawah UMR. Kalo bisa gajinya diatas UMR, karena ini demi kemajuan dan kemunduran negara.
Ini salah satu rektor kampus favorit juga udah cakep, pinter paket lengkap
Saran koh utk membahas pendidikan coba undang Dr. Bagus Muljadi, supaya lebih komperhensif bahas pendidikannya.
Temannya Mas Sabrang ya 😊
Segala pelajaran formal yg amat berguna buat kelangsungan bersaing di era globalisasi ini kalau mau DIGANTI sama pelajaran AGAMA adalah sebuah KETOLOLAN yg amat LUARBINASA.
Balek kita pelan2 jd jaman primitif.
Kunci di masa depan itu yang bisa menguasai Inggris dan Mandarin
谁能掌握英语和汉语会得到好的未来
Banyak orang Rusia yang tidak bisa berbahasa Cina atau Inggris tapi negaranya maju
om ga ada kepikiran buat undang Anies Baswedan buat podcast, kalau ngobrolin soal developing pendidikan cukup oke juga tuh
Duh jangan dha.. Anie ke Podcast Deddy aja
@@sunrevolver mending undang Anis daripada ngundang Gibran, nanti planga plongo
@@Bramstevenn ya sama.. dua2nya nga usa diundang ke overpost dha.. yg gitu2an ke close the door aj.. ngerusak podcast aja undang calon2 parpol2 gituan
Sekolah tetap diperlukan. Setidak nya melatih cara berpikir secara Systematic. Problem solving.
Networking juga penting.
Kalau pelajaran sejarah, PMP, PSPB dll itu gak penting2 amat lah.
artinya mapel nya yg harus diupdate sesuai kebutuhan zaman ya bang, kalau yg cuma pengetahuan aja , di google dan di yutub juga banyak, malah lebih lengkap lagi
@@RyanLabombaTV iya. Kurikulum sekolah umum di indo sih udah ketinggalan jaman banget. Gak tau deh menteri pendidikan dari dulu sampe yang skrg gak ada yang becus ngurusin beginian. Padahal syarat utama untuk maju suatu negara ya pendidikan yang bagus
Dulu sewaktu saya SD namanya EBTANAS. Nilai EBTANAS jadi passing grade untuk masuk ke SMP dan SMA.
Saya gaji pertama dosen kontrak di tahun 2017 1.700.000 seluruh keluarga shock berat. padahal mereka sendiri yang pengen saya jadi dosen. tapi berjuang 7 tahun dikit dikit naik. banyak bersyukur.
Sy dl 2008 Dosen pertama 1 juta, skrg sdh 16 an..
@@ninjamerjosari3913 udah banyak ya..
Sy 700 ribu di 97
@@ninjamerjosari3913kampus apa itu pak/bu?
kuliah sekolah itu nambah pengetahuan bukan nambah gaji S2 juga belum tentu bisa kerja mengatasi masalah perusahaan
Jdi pengen buat sekolah swasta di kampungku, yg pengajarnya pakai bahasa inggris semua pas ngajar dan berbicara. Bisa gk ya ?😊
Jujur ya, sebagai pendidik, aku melihat, sistem pendidikan di Indonesia semakin ngawur, beda dengan jaman saya masih 160 sks untuk S1, S2 48 sks. Di mana kemampuan analisa dan riset ditempa habis-habisan. Dengan S1 ditambah berbagai sertifikasi keahlian manajemen produksi dan inventory, saya bisa memimpin departemen pabrik di luar negeri. Karena kemampuan analisa dan prediksi benar-benar terasah semasa kuliah. Ke sini saya melihat anak sekarang kemampuan analisanya semakin kurang, dan semakin malas berfikir. Beberapa kali, saya menguji di mata kuliah global supply chain, banyak yang dapat jelek, padahal saya menghindari memberikan soal hitung-hitungan, saya ingin setidaknya mereka menguasai kemampuan analisa, itu saja banyak yang pusing.
karena orang pintar nga begitu jadi contoh untuk sukses bg
banyak yg masuk bumn dll itu bukan orang pintar dan sekarang di lulus luluskan aja , jadi orang pintar dan sedang dan bodoh itu sama rata , strata 1
ipk min 3 ,
Tukang parkir atau juru puter di perempatan jalan sebulan dapat uang 7 -- 10 juta
Perlu jadi perhatian, terutama dosen kontrak, PPPK, yayasan ataupun kontrak dengan NIDK, jabatan mereka stuck bahkan ketika sudah strata-3 yang seharusnya lektor malah turun jadi asisten ahli, tentunya hal ini menyebabkan kecilnya gaji dari dosen bersangkutan.. ketika membandingkan dengan performa dosen dari kredit poin yang sudah dikumpulkan baik dari pengajaran, pengabdian masyarakat ataupun artikel ilmiah tidak sebanding, seharusnya dosen tersebut sudah lektor kepala malah ditahan tetap menjadi asisten ahli, alhasil pendapatan mereka tidak meningkat, terutama untuk universitas yang masih baru, karena untuk renumerasi dana dikeluarkan oleh PT bersangkutan.. perlu ada regulasi baru dari pemerintah, juga untuk menertibkan universitas2x abal2x yang banyak bermunculan (belum terakreditasi ataupun terakreditasi C ke bawah), karena tidak bisa untuk mendaftar pekerjaan 🫢🗿
Saya dosen gaji 1.5 bukan dosen PNS. Tapi sya sangat bersyukur
ini cara pemimpin untuk mewujudkan indonesia emas karatan
Betul
Pikir deh pengalaman kita bayar gaji tiap bulan
ART LULUSAN SMP
SMA
BAHKAN SD
GAJI JADI LEBIH TINGGI DRPD YG LULUSAN S1 & S2
MOHON MAAF ...INI NYATA
Selevel lulusan Harvard pun, ditanya A, msh jwbnya beda...buset...nga ngerti maksud pertanyaan nya
Lol, jadi keinget terus gw, paman kaya gara2 jadi selebgram.
Si narasumbernya, host nya nanya tentang ini jawabnya tentang hal lain😂
Gw orang awam gk bisa nangkap
Pembicaraanya
main aman bang. Infonya jadi kurang.
Ditanya setuju dengan iq 78 ga dijawab.
Trus ngomongin rata-rata gaji dosen di jkt dan Surabaya itu 20-30 jt. Kalau pejabat kampus sih iya. wkwkw
@@wahyuwfskalau yang iq 78 itu cuma sentimen richard lynn yang cenderung rasis terhadap negara2 muslim bang, tidak ada tes atau data ilmiahnya bang. Tapi soal kebijakan dan kesejahteraan tenaga pendidik beliau memang ada bias sehingga kurang tepat jawabnya.
Lebih tepatnya negara2 "religius"
Yang dibenarin menurut gw, gak usah muluk2.. basic nya aja dl.. JAGA KEBERSIHAN LINGKUNGAN, BUANG SAMPAH GAK SEMBARANGAN.. Ingat di Indonesia ada SEMANGAT GOTONG ROYONG yang harus kita kedepan kan.. GOTONG ROYONG untuk kebaikan bukan untuk KKN!!
TIDAK ADA HUBUNGANNYA SEKOLAH TINGGI DENGAN KEKAYAAN BOS, KALO DENGAN PEKERJAAN MASIH RELATE
Orang Jepang, Tiongkok, Korea, bahasa Enggresnya jelapretan juga maju2...
Meddoknya jelas nemge mbaknya ☺☺ hebat ya🎉🎉🎉
kok mau digaji segitu? employment itu take it or leave it...jgn ngomel dibelakang...yg ttd hitam diatas putih itu bukan orang lain