Melawan Lupa - Mochtar Lubis: Nurani wartawan Jihad
ฝัง
- เผยแพร่เมื่อ 19 มี.ค. 2018
- Dunia pers Indonesia pernah melahirkan sejumlah legenda yang bisa menjadi teladan profesionalisme dan idealisme dalam menjalankan kerja-kerja jurnalistik yang mencerahkan dan bermartabat. Diantara sejumlah legenda yang hingga kini masih dikenang dengan penuh hormat adalah Mochtar Lubis, wartawan cum sastrawan yang pernah dipenjara dua rezim penguasa karena sikap kritisnya terhadap berbagai bentuk penyelewengan kekuasaan.
Kami orang Sumatra barat dari masa penjajahan sampai sekarang emang slalu kritis terhadap yang tidak berkeadilan/mau memperkaya sendiri.
Tokoh Indonesia idola saya selain Bung Hatta...Pak Mochtar Lubis. Buku-bukunya tidak pernah saya hanya baca dari perpustakaan, melainkan harus menjadi koleksi.
Namatay dahil sa Alzheimer's Disease si Mochtar Lubis pumanaw sa edad na 82 ito po siyang Indonesian Journalist sa Padang Indonesia noong 1922 noong una panahon si Lubis ay manunulat sa bayan ng Indonesia. Sa huling hantungan ni Lubis noong 2004 sa bayan ng Jakarta Funeral Cementery, Indonesia
aku baru nyadar sekarang. saat membaca buku sejarah nasional Indonesia. saya sangat terharu saat membaca tentang sosok Mochtar Lubis. sya terharu dengan sosok Lubis
Antara wartawan Indonesia yang sangat saya kagumi! Sebagai siswa jurusan kewartawanan, saya menjadikan Pak Mochtar Lubis sebagai salah seorang idola saya
Salam hormat dari Malaysia
Semoga Alm Mochtar Lubis masuk syurga
Wartawan yang dirindukan indonesia saat ini, yang kritis dan apa adanya
Idealnya jurnalis metro tv belajar ttg arti idealisme dari mochtar lubis.....
Trimakasih
our savior
Saya pelanggan buku2 obor 😎
Sosok yng memberikan 2 koper bukti penyelewengan kekuasan ibnu sutowo sewaktu memimpin pertamina yang merugikan negara 10.5 milyar dollar amerika thun 60 an, tpi kasus ditutup, jika dunia bertanya pada presiden orde baru di mdnjawab agr dijadikan pelajaran pahit bagi negara, usaha psmenjaraan ibnu sutowo pun tidak pernah trjd sampai akhir hayatna, ya dia mertua Dian Sastrowardoyo
Keturunan Ningrat, I guess....?