Kisah Pemimpin Berhati Lembut dan Ibu Pemasak Batu

แชร์
ฝัง
  • เผยแพร่เมื่อ 4 ก.พ. 2024
  • Umar bin Khattab termasuk sahabat Rasulullah SAW yang dijamin masuk surga. Ia dikenal sebagai pemimpin yang adil dan sangat memperhatikan rakyatnya.
    isah Umar dan seorang ibu pemasak batu dituliskan dalam salah satu buku berjudul Kisah dan Hikmah oleh Dhurorudin Mashad. Dikisahkan pada suatu malam, menjelang dini hari, Khalifah Umar melakukan kebiasaan rutinnya, berjalan bersama pengawalnya untuk melihat kondisi rakyatnya.
    Sampailah Umar di sebuah dusun kecil terpencil, sayup-sayup telinga Umar menangkap suara tangis anak kecil. Tak lama kemudian, tangisan berhenti, namun sebentar terdengar lagi. Tangis anak kecil ini terdengar memilukan hati.
    Umar kemudian mencari sumber suara tangis yang mengarah pada sebuah rumah gubuk sederhana yang terbuat dari kulit kayu. Di dalamnya tampak seorang ibu tengah duduk di depan sebuah tungku seolah sedang memasak.
    Sesekali ibu ini sibuk mengaduk panci, sesekali pula ia membujuk anaknya untuk tidur.
    Anak ini dapat tidur sesaat mendengar perkataan ibunya, namun tak lama ia terbangun dan kembali menangis. Kejadian ini berulang kali sampai akhirnya membuat Umar penasaran dengan apa yang dikerjakan sang ibu.
    Perlahan Umar mendekat, lantas tangannya mengetuk pelan di daun pintu sambil mengucapkan salam. Umar tak ingin identitasnya diketahui, ia bertamu dalam keadaan menyamar.
    Umar lantas bersegera melontarkan pertanyaan tentang apa yang sedang dimasak si ibu, dan apa penyebab si putra tak henti-hentinya menangis pula.
    Dengan sedih, si ibu menceritakan keadaannya. Ia mengatakan bahwa anaknya menangis karena kelaparan sementara ia tak punya makanan apapun di rumahnya. Ibu ini juga mengatakan bahwa yang sedang dimasak adalah sebongkah batu untuk menghibur sang anak seolah-olah ibunya sedang membuat makanan.
    Ibu ini juga sempat mengumpat kekesalannya pada sang pemimpin masa itu. "Celakalah Amirul Mu'minin Umar ibnu Khattab yang membiarkan rakyatnya kelaparan."
    Mendengar kekesalan dari ibu ini, Umar lantas pergi dan menangis memohon ampun pada Allah SWT. Ia merasa menjadi pemimpin yang teledor hingga tak tahu ada rakyatnya yang kesusahan.

ความคิดเห็น •