MENGUBAH TANTANGAN MENJADI PELUANG | REVIEW BUKU ADVERSITY QUOTIENT PART-1 | CAMPER CLIMBER QUITTER

แชร์
ฝัง
  • เผยแพร่เมื่อ 13 ม.ค. 2025

ความคิดเห็น • 9

  • @WidadSyavirayana
    @WidadSyavirayana 4 ปีที่แล้ว +2

    Terima kasih videonya, pak. Menarik!

    • @Bang_Fanny
      @Bang_Fanny  4 ปีที่แล้ว

      Terimakasih. Semoga bermanfaat ya :)

  • @kacamatabangimad1986
    @kacamatabangimad1986 6 หลายเดือนก่อน +1

    Paling berat malah membiasakan sabar/tenang ketika menghadapi masalah teknis, seperti padamnya listrik atau terputusnya koneksi internet. Bagaimana tidak meledak ketika aliran listrik atau koneksi internet tiba-tiba terputus. Atau ketika menghadapi anak kecil yang rewel/tantrum, kemudian ayah/ibu bisa bersikap tenang dan tidak meledak marah. Ini tantangan terberatnya menurut saya.

    • @kacamatabangimad1986
      @kacamatabangimad1986 6 หลายเดือนก่อน

      Belakangan ada postingan tentang seorang ayah yang tidak nyaman menyaksikan acara wisuda/kelulusan SD anaknya. Ini membuktikan juga level adversity quotient yang bersangkutan.

    • @Bang_Fanny
      @Bang_Fanny  6 หลายเดือนก่อน

      Betul sekali, ujian itu ada dalam keseharian kita. disini tantangan kita bukan masalah intelijensi, tetapi masalah emosi. dimana kalau emosi sudah bermain, intelijensi jadi terpinggirkan. Terima kasih sudah berbagi pengalaman dan pendapatnya.

  • @adekabdulmajid600
    @adekabdulmajid600 ปีที่แล้ว +1

    Tantangan saya adalah saya merasa kesulitan utk menjadi pribadi yg sukses dalam bisnis jaringan dan belum mampu utk menjadi leader

    • @Bang_Fanny
      @Bang_Fanny  ปีที่แล้ว +1

      Setiap orang punya talent dan takdirnya sendiri. Selamat mencari dan mengeksplorasi bakat dan takdir kita

  • @enyoktaviani8151
    @enyoktaviani8151 ปีที่แล้ว +2

    Pak, bagaimana menumbuhkan keyakinan pada team yang sangat merasa insecure, sehingga takut untuk mencoba

    • @Bang_Fanny
      @Bang_Fanny  ปีที่แล้ว +1

      Insecure adalah bentuk ketergantungan dan tanda belum mandiri. Tugas pemimpin adalah membangun kemandirian anggota tim nya.
      Pertanyaan Bu Eny mengingatkan saya bagaimana dulu orang tua saya membangun kemandirian pada kami anaknya. Mereka menjelaskan bahwa suatu waktu nanti mungkin beliau tidak selalu berada bersama kami. sehingga kami pelan-pelan perlu membangun kemandirian kami.
      Beliau mengantarkan saya untuk sekolah. kemudian menunggui saya di sekolah. kemudian mulai menjaga jarak dan cukup memantau dari jauh saja. kemudian mulai mengurangi intensitas nya dalam mengantar dan menemani saya dalam bersekolah. sehingga pelan-pelan saya bisa bersekolah sendiri. tanpa perlu diantar dan ditemani lagi.
      Dari proses ini saya belajar bahwa pemimpin perlu mengurangi intensitas ketergantungan anggota tim pada dirinya dengan menjelaskan terlebih dahulu maksud dan tujuannya.
      Itu saja yang bisa saya bagi dalam chat yang terbatas ini. semoga bisa membantu dan memudahkan Ibu dalam memimpin.
      Salam sehat dan bahagia selalu dalam menyebarkan manfaat 🙏