BUDHA UPAKARANA - Piranti Pemujaan Sulinggih Budha

แชร์
ฝัง
  • เผยแพร่เมื่อ 25 ต.ค. 2024

ความคิดเห็น • 24

  • @igededharmawan1818
    @igededharmawan1818 ปีที่แล้ว

    Sukseme tu aji..
    Rahayu rahayu rahayu 💚🤝🙏

  • @igededharmawan1818
    @igededharmawan1818 ปีที่แล้ว

    Sukseme jro rahayu rahayu rahayu 💚🤝🙏

  • @Hellobalii
    @Hellobalii 2 ปีที่แล้ว

    Rahayu ratu...

  • @HeriDarmawan-n7p
    @HeriDarmawan-n7p 26 วันที่ผ่านมา

    Dalam lontar candrabherawa, naraka wijaya, bubuksah gagak aking, bagaimana penerapan ajaran bhaerawa sangat mendominasi ajaran kebodhan, terutama di bali, hal itu dicermin kan saat ini pedeta budha rayunannya tidak mengenal pantangan, tetapi keindentikan ajaran budha saat ini dibali menurut saya semakin berkurang mengikuti ajaran kasaiwan dikarenakan penyeragaman agama hindu, yang berbeda saat lampau 2 ajaran ini berdiri sendiri dengan pesraman2nya masing2 dengan berdampingan

  • @sm_7878
    @sm_7878 11 หลายเดือนก่อน +1

    Ada baiknya pake bhs Indonesia agar masarakat di luar bali bisa mengerti.

  • @dewisnu9168
    @dewisnu9168 7 หลายเดือนก่อน

    Om Swastiastu-Namo Buddhaya
    Pada Zaman Hindu-Buddha Nusantara dulu, sebenarnya yg dimaksud dengan Kasogathan adalah Ka-Buddha-an yg mencakup Theravada-Mahayana dan Vajrayana tapi berbahasa Sansekerta, Jawa Kuna/Nusantara Kuna dan Berbudaya Nusantara Kuna, sehingga pada hakekatnya Kasogathan ini adalah Buddhayana 🙏😇
    Kasogathan=buddhayana mencakup
    A. Theravada berbahasa Kawi dan berbudaya Jawa Kuna
    B. Mahayana berbahasa Sansekerta dan Kawi dan berbudaya Jawa Kuna
    C. Tantrayana berbahasa Sansekerta dan Kawi dan berbudaya Jawa Kuna
    Theravada sebagai dasarnya, kemudian Mahayana sebagai pengembangan ke-2 dan Tantrayana sebagai puncak perkembangan ajaran Buddha
    Kasogathan/Buddhayana mengajar kan bahwa pada hakekatnya semua aliran Buddhis memiliki Tri Ratna yg sama yaitu : Buddha, Dharma dan Sangha.
    Theravada: Tri Ratna:
    Buddha : Sakyamuni
    Dharma: Tri Pitaka
    Sangha: Bikkhu dan Bikkhuni
    Mahayana: Tri Ratna :
    Buddha : Amitabha
    Dharma : Tri Pitaka
    Sangha : Biksu dan Biksuni
    Tantrayana : Wairocana
    Dharma : Tri Pitaka
    Sangha : Biksu-Biksuni, Lama, Riponce
    Buddha Tantrayana Nusantara Kuno
    Tri Ratna:
    Buddha : Wairocana
    Dharma : Sri Vajraprani
    Sangha : Sri Lokeshwara
    Mengapa begitu?
    Karena Buddha Gautama bermanifestasi menjadi banyak buddha secara simbolis, sehingga Buddha Amitabha(Mahayana) dan Wairocana itu sejatinya adalah Buddha Gautama itu sendiri
    Sri Wajraprani adalah sebagai Bodhisattva Pelindung Dharma yaitu Ajaran Sang Buddha yg tersusun dalam Tri Pitaka
    Sri Lokeshwara sejatinya adalah Bodhisattva Awalokiteswara atau Dewi Kwam Im adalah sebagai Simbol Pemimpin Sangha
    Sehingga karena memiliki Tri Ratna yg sama sehingga Theravada-Mahayana dan Tantrayana sejatinya adalah Satu Dharma karena bersumber dari sumber yg sama(Sang Buddha)
    Pada Zaman Jawa Kuna dulu pernah ada ajaran Buddha bercorak Theravada-Mahayana dan Tantrayana tapi berbahasa Kawi dan Berbudaya Jawa Kuna mirip seperti umat hindu di Bali saat ini tapi dalam versi Buddhis
    Sehingga Buddha Wajrayana Kasogathan da Peranda Buddha Wajrayana Kasogathan di Bali dan jawa sebenarnya adalah Buddhis cuma banyak orang ga tahu atau keliru dalam memahaminya
    Lalu klo Buddha Tantrayana Kasogathan di Bali adalah Buddhis mengapa pandita buddha di bali mau muput saat karya gede meskipun karya gede itu ada mecaru/kurban hewan?
    Sebenarnya Tidak ada pakem yg pasti tapi yg jelas selama pandita buddha tidak terlibat dan tidak melihat prosesi penyembelihan hewannya, karena pandita buddha hanya fokus kepada mendoakan upacara tsb saja
    Jika Buddha Tantrayana Kasogathan di Bali adalah Buddhis, lalu mengapa tidak ada biksu dan biksuni?
    Pada zaman Bali Kuno dulu pernah ada biksu dan biksuni di Bali yaitu Biksu Siwa Nirmala, Biksu Siwa Prajna, Biksu Siwa Sanghita dan Biksuni Buddhis bahkan Guru Bodhidharma dari India pernah berkunjung ke Bali kuna dan Biksu-Biksuni bertempat tinggal di "Bale Basare" yaitu "Kuti" Sebagai tempat peristirahatan para biksu-biksuni zaman dulu, hanya saja ada perbedaan peran antara Biksu-Biksuni dengan Pandita, dimana Biksu-Biksuni fokus bertapa dan mendalami Dharma, sedangkan Pandita Fokus muput karya dan membimbing umat.
    Zaman itu juga ada Jro Mangku Buddhis yg juga sebagai perwakilan muput upacara
    Jadi Siwa-Buddha itu sebenarnya apa?
    Sama Seperti Tri Dharma di Klenteng, ketika Klenteng ada perayaan tidak bisa dibedakan yg mana umat buddha, tao dan Konghucu karena semuanya disembahyangin, sehingga Tri Dharma di Klenteng adalah Buddha, Tao dan Konghucu yg sembahyang bareng dan ritual bareng di tempat ibadah yg sama(Klenteng) meskipun tetap fokus kepada dharma masing-masing
    Siwa-Buddha di Jawa Kuno dan Bali Kuno konsepnya juga sebenarnya sama seperti itu dan disebut juga Siwa-Sogatha(Siwa-Buddha)
    Kenapa ga masuk Walubi?
    Karena Waktu itu Agama Hindu lebih dulu diakui di RI dan otomatis PHDI lebih dulu ada sebelum WALUBI, sehingga otomatis peranda buddha masuk ke PHDI dan buddha kasogathan di Bali diakui sebagai Hindu, sedangkan agama buddha diakuinya belakangan, padahal jika waktu itu Agama Hindu dan Buddha diakui bersamaan, dan WALUBI ada barengan dengan PHDI, maka besar kemungkinan pandita buddha kasogathan di Bali masuk WALUBI karena Sasana kepanditaan beliau memang Buddhis atau memang ajaran Buddha. Apa buktinya sasana kepanditaan beliau memang ajaran Buddha? Lihat dan dengarkan Lontar Purwaka Weda Buddha atau Sasana Mantra pandita Buddha pasti awalnya menyebut Tri Ratna
    Om Namo Buddhaya, Om Namo Dharmaya, Om Namo Sanghaya yg artinya adalah Tri Ratna dan semua mantra buddha baik Theravada, Mahayana ataupun Tantrayana lainnya pasti mantranya diawali dengan menyebut Tri Ratna dan tidak ditemukan mantra yg seperti itu dalam semua pustaka hindu dimanapun berada karena Tri Ratna ini memang pure mantra Buddhis dan disebutkan dalam pembukaan sembahyang di semua mahzab buddhis terutama Theravada-Mahayana dan Tantrayana 🙏😇
    (Sumber: Romo Padma Vhira Dharma Sogatha, Pandita Buddha Wajrayana Kasogathan Jawa dari Jogjakarta yg sebenarnya satu silsilah dengan peranda buddha di Bali 🙏😇😇😇😇😇😇😇😇😇)
    Rahayu 🙏😇

  • @remongtarmadi3408
    @remongtarmadi3408 3 หลายเดือนก่อน

    Judulnya Budha upakarana, saya koreksi, yg benar penulisannya adalah Buddha Upakarana. Kalau budha gak ada artinya, tapi kalau Buddha, bud-dha itu artinya yang tercerahkan, yang bangkit kesadaran agung. Jangan asal pakai kata, harus dasar bahasa yg tepat.

  • @bagussaputrawijayaagra2592
    @bagussaputrawijayaagra2592 ปีที่แล้ว

    Ngangge sirat lingga?

  • @kadekpastika8004
    @kadekpastika8004 2 ปีที่แล้ว +1

    Wenten taler nak lingsir ngangge kekasang /kain segi empat putih kuning kecil Tuaji? Anggena kebat ring atas paha .sapunapi nike Tuaji ?

    • @purwasidemen4138
      @purwasidemen4138  2 ปีที่แล้ว +1

      Kekasang punika taler patut keanggen, punika pinaka busana kasulinggihan sane patut keanggen ring sajeroning Ida Sang Sadhaka ngastawa.
      Matur suksma 😊🙏🏼

    • @dewisnu9168
      @dewisnu9168 ปีที่แล้ว +2

      ​@@purwasidemen4138: Om Swastiastu-Namo Buddhaya
      Ampure tyg mohon izin berpendapat, berdasarkan dialog tyg bersama sulinggih buddha saking jawi/jogja bernama Romo Padma Vhira Dharma Sogatha saking Jogja. Kasogathan nike adalah Theravada/Hinayana, Mahayana dan Vajrayana yg ketiganya itu dipraktikkan dengan budaya Nusantara dimana waktu itu leluhur nusantara belajar Buddhisme secara lengkap dan menyeluruh sampai ke puncak perkembangan ajaran buddha, yaitu:
      A. Theravada/Hinayana sbg Dasar sehingga bagi yg baru mengenal ajaran buddha diawali dengan belajar dan mengenal Buddhisme awal/Theravada/Hinayana sbg dasar
      B. Kamanikan/Ka-Mahayana-an(Mahayana) seperti yg dianut Mpu Kuturan dulu. Buddha Mahayana adalah perkembangan dari Theravada dimana setelah mengenal Theravada kemudian mulai belajar Mahayana. Ida Mpu Kuturan adalah menganut ajaran Buddha Mahayana bahkan sebagai Sulinggih Buddha Mahayana.
      C. Kabajrayanaan/Wajrayana(Vajrayana) adalah Puncak Perkembangan agama buddha yg mempraktikkan 8 ruas jalan kehidupan dengan metode Tantra, Yantra, Mantra dan Sadhana (Tantrisme/Tantrik). Setelah memahami dan mahir di Theravada dan Mahayana kemudian baru belajar ke puncak ajaran buddha yaitu Vajrayana.
      Sehingga demikianlah urutan dan cara leluhur kita belajar ajaran buddha, sehingga pada hakekatnya Kasogathan itu adalah Buddhayana yg mencakup Theravada-Mahayana dan Vajrayana tapi dipraktikkan dengan budaya Nusantara waktu itu sehingga Kasogathan adalah buddhayana yg artinya adalah Ka-Buddha-an 🙏😇 Dang Hyang Astapaka menganut Buddhisme ini atau Vajrayana
      Sehingga pandita buddha di Bali memang menjalankan sasana pandita buddha dan memang ajaran buddha yg berasal dari Sang Buddha sendiri.
      Apa buktinya?
      Baca lontar purwaka weda buddha dan perhatikan mantra pandita buddha di Bali ketika mepuja dimana mantra pembukaan pasti diawali dengan
      Om Namo Buddhaya
      Om Namo Dharmaya
      Om Namo Sanghaya
      Silahkan cari mantra ini di semua weda dan di semua kitab suci hindu dan semua lontar" Hindu dan semua sastra" Hindu pasti ga akan ketemu, karena mantra ini memang mantra buddha yg memang berasal dari ajaran Buddha adalah "Tri Ratna" Atau "Tiratana"(dalam Theravada/Hinayana) yg memang mantra berarti penghormatan kepada Buddha, Dharma dan Sangha
      Dan semua aliran agama buddha ketika sembahyang pasti diawali dengan Tri Ratna atau Tiratana dan agama buddha ber akulturasi dengan budaya lokal setempat dimanapun berada
      Sehingga sulinggih buddha di bali memang adalah pandita buddha yg menjalankan ajaran buddha tapi berbudaya Bali sebagaimana di tempat lain dan negara lain agama buddha juga dipraktikkan sesuai budaya setempat masing-masing
      Meskipun budaya berbeda dan tradisi berbeda namun sama" Beragama buddha atau menjalankan dharma sang buddha
      Dimana Romo Padma Vhira Dharma Sogatha adalah sulinggih buddha juga dari jogja menjalankan ajaran buddha Wajrayana dengan tradisi Jawa dan berbudaya jogja yg sama beliau adalah satu perguruan dan sama dengan sulinggih buddha di Bali
      Di Jawa juga agama buddha Mahayana yg prakteknya mirip atau sama seperti umat hindu di Bali bahkan simbil ongkaranya juga sama dengan hindu di Bali karena menggunakan huruf kawi/Jawa kuno tapi agama buddha yg saya maksud adalah buddha Mahayana tapi tradisinya Jawa sekilas mirip dan sama seperti hindu di Bali tapi dalam versi Buddhis terutama Mahayana atau disebut kejawen buddhis dan ada di channel youtube "Buddha Budhi Jawi" Atau Kejawen Buddha atau Buddha Jawa atau Buddha tradisi Jawa
      Selain itu di Jawa juga ada agama buddha Vajrayana yg mirip dengan umat hindu Bali bahkan juga pakai banten dan upakara yg mirip" dengan hindu di Bali dan juga identik dengan ritual upacara agama, dimana agama buddha Vajrayana yg dimaksud adalah agama buddha Vajrayana Khadam Choeling Indonesia dimana dari silsilah Guru Khadam yg berasal dari Tibet tapi jika dicari silsilahnya ya berasal dari silsilah Guru Dharmakirthi Sriwijaya bahkan Khadam Choeling Indonesia menggunakan gambelan slonding saat sembahyang dan ritual upacara agama buddha
      Sehingga jika dicari dari segi silsilah sulinggih buddha di Bali dari segi "Parampara" Adalah satu perguruan dengan Kasogathan Jawa, satu perguruan dengan Khadam Choeling Indonesia, Buddha Tantra Nepal dan Buddha Shingon Jepang
      Dan untuk Mahayana sebenarnya juga satu perguruan dengan Buddha Buddhi Jawi(Buddha Mahayana Tradisi Jawa), dengan Guru Bodhidharma dan dengan Biksu I-tsing/Yijing di China dimana Mpu Kuturan menganut buddha Mahayana juga
      Bahkan di Lombok Utara juga ada agama Buddha Theravada yg prakteknya sangat mirip seperti hindu di Bali 🙏😇😇😇
      Jadi waktu zaman dulu di Bali ketika siwa dan buddha masih berdiri sendiri" Praktek agama buddha di Bali juga mirip seperti praktek hindu di Bali karena sama" pakai banten dan sama" berbudaya Bali bahkan tempat ibadah juga mirip dan mengapa pakai banten? Banten itu adalah sebagai metode Tantra yaitu sebagai simbol untuk melakukan visualisasi dimana praktek Tantra erat kaitannya dengan visualisasi dan identik upacara, sehingga yg hindu juga pakai banten dan yg Buddhis juga pakai banten dan sama" identik dengan upacara dan sama" berbudaya Bali sedangkan di Jawa ya berbudaya Jawa

    • @dewisnu9168
      @dewisnu9168 ปีที่แล้ว

      ​@@purwasidemen4138: sesi diskusi,
      Lalu mengapa waktu itu di Bali tidak ada wihara atau cetiya?
      Menurut Romo, waktu itu tidak ada wihara dan cetiya karena waktu itu belum ditemukan teknologi semen sehingga wihara waktu zaman itu berbentuk candi (Candi:Bihar:Wihara) dan Cetiya berbentuk Stupa sehingga umat buddha di Bali waktu itu sembahyang di Candi, di Stupa, di alam terbuka dan sembahyang langsung di depan buddha rupang dibawah pohon bodhi di tempat terbuka.
      Waktu zaman itu juga belum ada pura seperti sekarang dan padmasana karena zaman itu pura berbentuk candi dan ketika itu umat hindu sembahyang di candi, di alam tempat terbuka, sembahyang dengan menggunakan media arca dan lingga siwa dan punden. padmasana baru ada ketika Pedande Sakti wawu rauh datang ke Bali sehingga hindu di Bali sekarang bisa disebut sebagai bentuk baru pengembangan dari hinduisme sebelumnya, sebab sebelumnya waktu zaman 9 sekte praktek agama Hindu di Bali adalah sama seperti di Jawa Kuno dan sama seperti di India kuno yaitu berupa banyak sekte dan arca dan lingga tapi dipraktikkan dengan budaya Nusantara dan waktu itu nama "Hindu" belum dikenal
      Mengapa tidak ada biksu?
      zaman Bali kuno pernah ada biksu. Misalnya:Biksu Guna dharma, dsb tapi Biksu dan Pandita memiliki peran yg berbeda, dimana Peran biksu adalah bertapa, mendalami agama dan mengajarkan agama, sedangkan peran pandita adalah membina umat dan muput upacara. Sehingga peran pandita adalah sebagai Dharmadyaksa yg membina umat dan muput upacara
      Dharmadyaksa ring Kasiwan artinya Majelis pandita siwa
      Dharmadyaksa ring Kasogathan artinya Majelis pandita Ka-Buddha-an
      Lalu dalam upacara besar di Bali ada ritual korban hewan atau mecaru, lalu mengapa pandita buddha mau ikut muput?
      Menurut romo, karena ini adalah suatu bentuk toleransi maha tinggi. Yg penting pandita tidak melihat prosesi penyembelihan hewan tsb karena pandita buddha hanya berfokus kepada muput upacara, duduk bersama pandita siwa dan bhujangga waisnawa untuk mendoakan upacara tsb demi kedamaian dan kesejahteraan bangsa. Ini adalah suatu bentuk toleransi maha tinggi sejak zaman Majapahit bahkan sebelum zaman Majapahit
      Di klenteng Tri Dharma saat ini juga ada upacara yg menggunakan sesajen daging seperti kambing, babi, ayam dan kepiting yang diadakan oleh agama Tao meskipun hewan tsb tidak disembelih di dalam klenteng dan hewan tsb ketika masuk ke klenteng sudah berupa sesajen namun pandita buddha juga ikut datang ke perayaan tsb dan ikut mendoakan upacara tsb dan ini juga suatu bentuk toleransi maha tinggi 🙏😇
      Sehingga konsep Siwa-Buddha di Bali adalah 2 agama yg sembahyang bareng dan ritual bareng di tempat ibadah yang sama dan konsep ini sama seperti Klenteng Tri Dharma dimana umat Buddha, Tao dan Konghucu sembahyang bareng dan ritual bareng di tempat ibadah yg sama dan sama" berbudaya yg sama dan ketika ada upacara besar di klenteng maka rohaniawan agama Tao, Konghucu dan Buddha juga duduk bersama mendoakan upacara tsb 🙏😇
      Demikian menurut informasi yg saya dapatkan
      Mengenai sinkritisme 9 sekte di Bali menjadi siwa siddhanta menurut tyg pribadi sebenarnya 8 sekte Hindu tsb bukan di sinkritisme ke Siwa Siddhanta, tetapi dikonversi ke Siwa Siddhanta namun proses konversi itu sambil membawa sebagian tradisi dari sekte" sebelumnya sehingga prosesinya banyak karena semuanya dijalankan
      Sehingga meskipun buddha di Bali tidak diakui sebagai agama tapi hanya sebagai ajaran, ya itu tidak masalah, tapi dari mantra pembukaan sulinggih buddha di Bali sudah jelas bermakna Tri Ratna atau Tiratana (dalam Theravada) yg mana memang adalah mantra buddha yg berasal dari Ajaran Buddha dan semua aliran buddha ketika sembahyang bersama pasti diawali dengan Tri Ratna yaitu penghormatan kepada Buddha, Dharma dan Sangha 🙏😇 namun dipraktikkan dengan budaya Bali 🙏😇 sama seperti agama buddha yg lainnya juga melakukan penghormatan kepada Tri Ratna dan praktek agama buddha nya juga dijalankan sesuai tradisi setempat masing-masing
      Sehingga ajaran buddha di Bali adalah memang ajaran buddha tapi dipraktikkan dengan Budaya Bali
      Pandita di Buddha di Bali adalah memang pandita buddha yg menjalankan sasana ajaran Buddha
      Klo di Thailand sebaliknya, di Thailand meskipun mayoritas Buddha Theravada namun disana juga ada Pandita Hindu lokal sama seperti pandita buddha di Bali dan pandita Hindu di Thailand disebut "Thai Brahmin" Misalnya : Phra Rishi Ananda(Brahmana Ananda/ida pedanda Ananda), ada Resi Kalong, dsb dan ketika ada upacara besar dan perayaan" Besar di Thailand, "Thai Brahmin" (Sulinggih Thailand) juga ikut muput bersama para bhikku mendoakan kedamaian dan kesejahteraan bangsa 🙏😇 bahkan brahmana india juga ikut mendoakan namun brahmana india yg ikut adalah memang benar" Brahmana Hindu india dan bukan sampradaya dan saling menghormati tradisi masing-masing tanpa niat saling menghilangkan tradisi satu sama lain 🙏😇 dan dalam upacara tsb juga menggunakan persembahan hewan dalam sesajennya meskipun hewan tsb tidak disembelih di tempat ibadah tsb tapi dipersembahkan sudah berupa daging dalam sesajen untuk upacara tsb 🙏😇

    • @dewisnu9168
      @dewisnu9168 11 หลายเดือนก่อน

      ​@@purwasidemen4138 Begini ya, sebenarnya di Nusantara tidak ada penduduk asli karena semuanya pendatang dari Yunnan dan peradaban Tepi Singai Mekong, China Selatan yg disebut sebagai orang-orang Austronesia yaitu Melayu Mongoloid kemudian bermigrasi ke Nusantara dalam 2 gelombang yaitu Gelombang pertama dengan jalan kaki disebut "Proto Melayu" (Melayu tua) dan gelombang kedua lewat laut dengan perahu bercadik yg disebut "Deutro Melayu" (Melayu Muda). Makanya ada lagu "Nenek Moyang ku Seorang Pelaut" karena leluhur kita memang pendatang dari luar negeri yg migrasi ke Nusantara sehingga migrasi penduduk telah terjadi ratusan dan ribuan tahun lalu ke Nusantara secara bertahap
      Sebelum Hindu-Buddha Masuk ke Nusantara, orang-orang Austronesia sudah punya keyakinan yg menyembah Roh Leluhur yg dianggap sebagai Dewa dan menyembahnya kekuatan alam yg juga dipersonifikasikan sebagai Dewa-dewi dan memiliki tradisi penguburan jenazah dengan peti batu yg disebut "Sarkofagus".
      Agama orang Austronesia Kuno pra-Hindu-Buddha ini cenderung mirip seperti agama Taoisme di Klenteng yg juga menyembah Dewa-dewi tapi pengertian Dewa-dewi dalam Taoisme adalah roh leluhur dianggap sebagai dewa, tokoh yg dulunya berjasa setelah meninggal diangkat sebagai Dewa-dewi, Kekuatan alam yg dipersonifikasikan sebagai Dewa-dewi seperti warga chinese malaysia menyembah dewa bumi lokal penguasa tanah Melayu yg disebut Dewa Datuk Gong, dan Dewa-dewi juga ada yg berasal dari Langit. Sehingga Agama Taoisme fokus kepada Pemujaan kepada Dewa-dewi dan memiliki tradisi penguburan jenazah dengan peti kayu tapi mungkin agama Taoisme menerima kremasi juga
      Agama Shinto di Jepang juga konsepnya sama begitu yaitu menyembah Dewa-dewi sebagai personifikasi dari kekuatan alam yg disebut sebagai "Kamisama" 🙏😇
      Kemudian ratusan tahun lalu di Zaman Bali Kuno sudah ada kontak dengan dunia luar dan sudah ada perdagangan internasional dan juga kontak dengan dunia luar yaitu dengan India, China, Yunani Kuno dan Mesir Kuno dan sudah terjadi Akulturasi silang Budaya dengan dunia luar sehingga budaya bali adalah hasil akulturasi antara budaya Austronesia dengan budaya China dan India Kuno
      Kemudian datang orang-orang dari India mengajarkan agama ke Bali kuno, mengajarkan Agama, mengajarkan Aksara dan mengajarkan sistem monarki dan kepala suku mangkat jadi Raja
      Menurut catatan sejarah mengatakan bahwa agama pertama yg datang ke Bali adalah Agama Buddha
      Dan zaman itu juga datang agama Hindu yg diajarkan oleh orang-orang dari India ke Zaman Bali Kuno dan Agama Hindu di Bali Kuno zaman itu juga sama seperti di India yaitu pemujaan dengan Lingga, Arca, Candi, Sekte nya banyak dan tidak ada istilah "Hindu" tapi dipraktikkan dengan Budaya Bali Kuno dan waktu itu belum ada pura, pelinggih rong tiga, khayangan tiga dan padmasana dan zaman itu upacara Hindu sangat" simple
      Bahkan di zaman awal" Agama Hindu masuk ke Bali Kuno pernah Ngaben hanya dengan sarana Bunga, Buah, Air dan Api saja sudah puput tapi mantra nya banyak.
      Kemudian seiring berkembangnya waktu 9 sekte Hindu dikonversi massal ke Siwa Siddhanta semua tapi proses perpindahan tsb sambil membawa sebagian tradisi dari sekte-sekte sebelumnya sehingga menjadi lah seperti sekarang, sehingga Hindu tradisi Bali adalah sekte tapi Siwa Siddhanta garis perguruan parampara Rsi Markandeya yg dipraktikkan dengan Budaya Bali dan dulunya pasca disatukan, upacara di Bali masih sederhana meskipun tak sesederhana sewaktu zaman Bali Kuno dulu, namun seiring berkembangnya zaman dan ekonomi semakin membaik upacara agama di Bali dibesarkan lagi sehingga membutuhkan banyak biaya, waktu, tenaga dan melibatkan banyak orang bahkan adat semakin kedepannya dikembangkan ke arah yg semakin ribet dan saklek, sehingga kadang kita mesti seringkali minta izin libur untuk ikut upacara agama
      Semestinya seiring berkembangnya zaman dan ekonomi semakin baik, kegiatan semakin padat karena orang-orang sibuk kerja dan berkompetisi di zaman modern yg kadang sulit minta izin libur kerja dan jadi ga bagus kesannya bila sering minta izin libur kerja, sehingga seiring berkembangnya zaman dan ekonomi yang semakin baik semestinya upacara agama dikembangkan ke arah yg semakin simple bahkan adat juga semestinya dikembangkan ke arah yg semakin simple dan fleksibel tidak kaku/saklek
      Dan sejak zaman Bali Kuno, tanpa adanya orang-orang India yg mengajar kan agama Hindu ke Nusantara maka tidak akan mungkin kita di Nusantara kenal agama Hindu dan tanpa adanya orang-orang India yg menyebarkan Hindu ke Bali maka tidak akan mungkin kita orang Bali kenal Agama Hindu sehingga Hindu dimanapun ajarannya sama, karena akarnya sama, yg berbeda hanya budayanya saja, sehingga karena akarnya sama sehingga sesama Hindu tidak elok bila saling mengklaim bahwa hanya Hindu milik kita yg terbaik dan paling sempurna, tidak ada itu!! Karena Hindu dimanapun ajarannya sama karena akarnya sama dan sama-sama berakar dari India dan jika bukan karena orang-orang dari India yg menyebarkan dan mengajar kan Hindu ke Bali sejak zaman Bali Kuno dulu maka Hindu tidak akan sampai ke Bali dan sebagai orang Bali kita tidak akan kenal dengan Hinduisme jika bukan dari India yg mengajar kan kesini waktu zaman Bali Kuno dulu

    • @dewisnu9168
      @dewisnu9168 11 หลายเดือนก่อน

      ​@@purwasidemen4138Kemudian tentang bukti sejarah yg menyatakan bahwa agama buddha sebagai agama pertama yg datang ke Bali dimana asalnya juga dari India
      Jadi, zaman Bali Kuno dulu pernah ada Buddhisme Kuno yg sembahyang nya di tempat terbuka didepan patung Buddha dibawah Pohon Bodhi dan Stupa disana mereka duduk bermeditasi dan setelah itu membaca Sutra dan Paritta berbentuk Daun Lontar dan setelah itu mereka mendapat wejangan dari Para Biksu dan Biksuni atau wejangan dari Para Mpu Buddhis dan Para Dang Hyang Buddhis
      Agama Buddha Kuno ini ada di Zaman Bali Kuno dan juga Jawa Kuno berbahasa Kawi dan berbudaya Nusantara dan tempat sembahyang nya terbuka seperti pura tapi berupa patung buddha, pohon bodhi dan stupa sekilas mereka terlihat seperti kejawen atau seperti umat Hindu tradisi Bali saat ini tapi dalam versi Buddhis dan kadang mereka disebut "Buddha Phaksa" atau "Buddhagama"
      Zaman dulu pernah ada Praktek Buddhisme yg seperti itu di Nusantara terutama di Bali Kuno dan Jawa Kuno
      Dan zaman Bali Kuno juga ada Biksu dan Biksuni bernama Biksu Siwa Prajna, Biksu Siwa Nirmala, Biksu Siwa Sanghita, dsb bahkan Guru Bodhidharma pernah datang ke Bali zaman Bali Kuno dulu dan juga ada "Kuti" berupa "Bale Basare" tempat peristirahatan para biksu dan biksuni
      Agama Buddha yg berkembang di Nusantara Kuno zaman itu adalah Kasogathan yang artinya ka-Buddha-an yg mencakup Theravada, Mahayana dan Wajrayana tapi berbahasa Kawi dan berbudaya Nusantara Kuno
      Sama seperti Hindu tadi yg dimanapun ajarannya sama, tapi berbeda budaya saja, begitu juga Kasogathan/Buddhisme zaman Nusantara Kuno pada hakekatnya Ajaran Buddha dimanapun ajarannya sama, baik zaman dulu maupun zaman sekarang ajarannya sama karena akarnya sama yaitu dari perkataan Sang Buddha, karena prinsip Buddhisme adalah meskipun berbeda-beda alirannya, namun satu dharma nya karena "Tri Ratna" Nya sama yaitu
      Buddha: Siddharta Gautama
      Dharma : ajaran beliau yaitu kata-kata buddha yg ditulis dan dibukukan menjadi Kitab Suci Tripitaka
      Sangha: Murid-murid Buddha yg mewarisi ajaran beliau yg kemudian sebagai perwakilan yg mengajar kan kembali kepada masyarakat awam. Yaitu Theravada oleh Ananda, Mahayana oleh Nagarjuna dan Tantrayana oleh tergantung guru silsilahnya.
      Jadi, baik zaman dulu maupun zaman sekarang, apapun mahzab nya dan dimanapun berada ajaran Buddha dimanapun tetaplah sama karena akarnya sama yaitu dari Sang Buddha Gautama, yg berbeda hanya bahasa dan budaya nya saja
      Sehingga "Buddha" dalam Konsep Siwa-Buddha di Bali sebenarnya bukan 2 agama yg digabung jadi 1 agama baru, karena Kitab sucinya berbeda jadi gimana agama bisa digabung, sehingga Siwa-Buddha sejatinya adalah 2 agama yg sembahyang bareng dan ritual bareng di tempat ibadah yg sama
      Konsep ini sama seperti Tri Dharma di Klenteng yaitu Buddha, Tao dan Konghucu sembahyang bareng dan ritual bareng di tempat ibadah yg sama
      Dan ini adalah suatu bentuk toleransi maha tinggi sejak zaman Majapahit
      Bahkan Pandita Buddha di Bali sebenarnya adalah Buddhis, karena klo dilihat dari mantranya pasti menyebut
      Om Namo Buddhaya
      Om Namo Dharmaya
      Om Namo Sanghaya
      Cari mantra ini di semua Pustaka Hindu yg ada di Bali dan India pasti ga akan ketemu, karena ini bukan mantra Hindu, tapi Mantra Buddhis yaitu "Tri Ratna" atau "Tiratana" (Dalam Theravada) yg mana semua Mahzab Buddhisme pasti menyebut mantra ini dalam upacara dan sembahyang mereka.
      Dan secara silsilah perguruan, Pandita Buddha di Bali adalah Satu Perguruan dengan Pandita Buddha Wajrayana Kasogathan Jawa dan adalah satu Perguruan dengan Khadam Choeling Indonesia dan satu Perguruan dengan Buddha Shingon Jepang karena Sasana Kepanditaan nya sama meskipun dipraktikkan dalam bahasa dan budaya yg berbeda tapi Kepanditaan nya sama dan intisari ajarannya sama yaitu "Buddha Dharma"
      Demikianlah sejarah Buddhisme di Nusantara zaman Jawa Kuno s/d Bali Kuno bahwa dulu pernah ada Buddhisme demikian di zaman PerungguNusantara Kuno 🙏😇

  • @dewaari2136
    @dewaari2136 2 ปีที่แล้ว +1

    Om swastiastu....
    Apa ada Pemangku Buddha nggih?
    Kalau ada,, dimana belajarnya?
    Suksma banget🙏

    • @dediferdiansyah6844
      @dediferdiansyah6844 ปีที่แล้ว

      Setuju, adakah pemangku budha?

    • @krisnasubratawaisnawa5024
      @krisnasubratawaisnawa5024 ปีที่แล้ว

      Wenten,Tyg Pengayah ring Pura Buddha Goa Gajah Bedulu Gianyar, Tyg polih pemahan Hindu Budha ring Pice Ida Peranda Gunung Sari 🙏

    • @dewisnu9168
      @dewisnu9168 7 หลายเดือนก่อน

      ​@@krisnasubratawaisnawa5024 Om Swastiastu-Namo Buddhaya
      Pada Zaman Hindu-Buddha Nusantara dulu, sebenarnya yg dimaksud dengan Kasogathan adalah Ka-Buddha-an yg mencakup Theravada-Mahayana dan Vajrayana tapi berbahasa Sansekerta, Jawa Kuna/Nusantara Kuna dan Berbudaya Nusantara Kuna, sehingga pada hakekatnya Kasogathan ini adalah Buddhayana 🙏😇
      Kasogathan=buddhayana mencakup
      A. Theravada berbahasa Kawi dan berbudaya Jawa Kuna
      B. Mahayana berbahasa Sansekerta dan Kawi dan berbudaya Jawa Kuna
      C. Tantrayana berbahasa Sansekerta dan Kawi dan berbudaya Jawa Kuna
      Theravada sebagai dasarnya, kemudian Mahayana sebagai pengembangan ke-2 dan Tantrayana sebagai puncak perkembangan ajaran Buddha
      Kasogathan/Buddhayana mengajar kan bahwa pada hakekatnya semua aliran Buddhis memiliki Tri Ratna yg sama yaitu : Buddha, Dharma dan Sangha.
      Theravada: Tri Ratna:
      Buddha : Sakyamuni
      Dharma: Tri Pitaka
      Sangha: Bikkhu dan Bikkhuni
      Mahayana: Tri Ratna :
      Buddha : Amitabha
      Dharma : Tri Pitaka
      Sangha : Biksu dan Biksuni
      Tantrayana : Wairocana
      Dharma : Tri Pitaka
      Sangha : Biksu-Biksuni, Lama, Riponce
      Buddha Tantrayana Nusantara Kuno
      Tri Ratna:
      Buddha : Wairocana
      Dharma : Sri Vajraprani
      Sangha : Sri Lokeshwara
      Mengapa begitu?
      Karena Buddha Gautama bermanifestasi menjadi banyak buddha secara simbolis, sehingga Buddha Amitabha(Mahayana) dan Wairocana itu sejatinya adalah Buddha Gautama itu sendiri
      Sri Wajraprani adalah sebagai Bodhisattva Pelindung Dharma yaitu Ajaran Sang Buddha yg tersusun dalam Tri Pitaka
      Sri Lokeshwara sejatinya adalah Bodhisattva Awalokiteswara atau Dewi Kwam Im adalah sebagai Simbol Pemimpin Sangha
      Sehingga karena memiliki Tri Ratna yg sama sehingga Theravada-Mahayana dan Tantrayana sejatinya adalah Satu Dharma karena bersumber dari sumber yg sama(Sang Buddha)
      Pada Zaman Jawa Kuna dulu pernah ada ajaran Buddha bercorak Theravada-Mahayana dan Tantrayana tapi berbahasa Kawi dan Berbudaya Jawa Kuna mirip seperti umat hindu di Bali saat ini tapi dalam versi Buddhis
      Sehingga Buddha Wajrayana Kasogathan da Peranda Buddha Wajrayana Kasogathan di Bali dan jawa sebenarnya adalah Buddhis cuma banyak orang ga tahu atau keliru dalam memahaminya
      Lalu klo Buddha Tantrayana Kasogathan di Bali adalah Buddhis mengapa pandita buddha di bali mau muput saat karya gede meskipun karya gede itu ada mecaru/kurban hewan?
      Sebenarnya Tidak ada pakem yg pasti tapi yg jelas selama pandita buddha tidak terlibat dan tidak melihat prosesi penyembelihan hewannya, karena pandita buddha hanya fokus kepada mendoakan upacara tsb saja
      Jika Buddha Tantrayana Kasogathan di Bali adalah Buddhis, lalu mengapa tidak ada biksu dan biksuni?
      Pada zaman Bali Kuno dulu pernah ada biksu dan biksuni di Bali yaitu Biksu Siwa Nirmala, Biksu Siwa Prajna, Biksu Siwa Sanghita dan Biksuni Buddhis bahkan Guru Bodhidharma dari India pernah berkunjung ke Bali kuna dan Biksu-Biksuni bertempat tinggal di "Bale Basare" yaitu "Kuti" Sebagai tempat peristirahatan para biksu-biksuni zaman dulu, hanya saja ada perbedaan peran antara Biksu-Biksuni dengan Pandita, dimana Biksu-Biksuni fokus bertapa dan mendalami Dharma, sedangkan Pandita Fokus muput karya dan membimbing umat.
      Zaman itu juga ada Jro Mangku Buddhis yg juga sebagai perwakilan muput upacara
      Jadi Siwa-Buddha itu sebenarnya apa?
      Sama Seperti Tri Dharma di Klenteng, ketika Klenteng ada perayaan tidak bisa dibedakan yg mana umat buddha, tao dan Konghucu karena semuanya disembahyangin, sehingga Tri Dharma di Klenteng adalah Buddha, Tao dan Konghucu yg sembahyang bareng dan ritual bareng di tempat ibadah yg sama(Klenteng) meskipun tetap fokus kepada dharma masing-masing
      Siwa-Buddha di Jawa Kuno dan Bali Kuno konsepnya juga sebenarnya sama seperti itu dan disebut juga Siwa-Sogatha(Siwa-Buddha)
      Kenapa ga masuk Walubi?
      Karena Waktu itu Agama Hindu lebih dulu diakui di RI dan otomatis PHDI lebih dulu ada sebelum WALUBI, sehingga otomatis peranda buddha masuk ke PHDI dan buddha kasogathan di Bali diakui sebagai Hindu, sedangkan agama buddha diakuinya belakangan, padahal jika waktu itu Agama Hindu dan Buddha diakui bersamaan, dan WALUBI ada barengan dengan PHDI, maka besar kemungkinan pandita buddha kasogathan di Bali masuk WALUBI karena Sasana kepanditaan beliau memang Buddhis atau memang ajaran Buddha. Apa buktinya sasana kepanditaan beliau memang ajaran Buddha? Lihat dan dengarkan Lontar Purwaka Weda Buddha atau Sasana Mantra pandita Buddha pasti awalnya menyebut Tri Ratna
      Om Namo Buddhaya, Om Namo Dharmaya, Om Namo Sanghaya yg artinya adalah Tri Ratna dan semua mantra buddha baik Theravada, Mahayana ataupun Tantrayana lainnya pasti mantranya diawali dengan menyebut Tri Ratna dan tidak ditemukan mantra yg seperti itu dalam semua pustaka hindu dimanapun berada karena Tri Ratna ini memang pure mantra Buddhis dan disebutkan dalam pembukaan sembahyang di semua mahzab buddhis terutama Theravada-Mahayana dan Tantrayana 🙏😇
      (Sumber: Romo Padma Vhira Dharma Sogatha, Pandita Buddha Wajrayana Kasogathan Jawa dari Jogjakarta yg sebenarnya satu silsilah dengan peranda buddha di Bali 🙏😇😇😇😇😇😇😇😇😇)
      Rahayu 🙏😇

    • @dewisnu9168
      @dewisnu9168 7 หลายเดือนก่อน

      ​@@dediferdiansyah6844 Om Swastiastu-Namo Buddhaya
      Pada Zaman Hindu-Buddha Nusantara dulu, sebenarnya yg dimaksud dengan Kasogathan adalah Ka-Buddha-an yg mencakup Theravada-Mahayana dan Vajrayana tapi berbahasa Sansekerta, Jawa Kuna/Nusantara Kuna dan Berbudaya Nusantara Kuna, sehingga pada hakekatnya Kasogathan ini adalah Buddhayana 🙏😇
      Kasogathan=buddhayana mencakup
      A. Theravada berbahasa Kawi dan berbudaya Jawa Kuna
      B. Mahayana berbahasa Sansekerta dan Kawi dan berbudaya Jawa Kuna
      C. Tantrayana berbahasa Sansekerta dan Kawi dan berbudaya Jawa Kuna
      Theravada sebagai dasarnya, kemudian Mahayana sebagai pengembangan ke-2 dan Tantrayana sebagai puncak perkembangan ajaran Buddha
      Kasogathan/Buddhayana mengajar kan bahwa pada hakekatnya semua aliran Buddhis memiliki Tri Ratna yg sama yaitu : Buddha, Dharma dan Sangha.
      Theravada: Tri Ratna:
      Buddha : Sakyamuni
      Dharma: Tri Pitaka
      Sangha: Bikkhu dan Bikkhuni
      Mahayana: Tri Ratna :
      Buddha : Amitabha
      Dharma : Tri Pitaka
      Sangha : Biksu dan Biksuni
      Tantrayana : Wairocana
      Dharma : Tri Pitaka
      Sangha : Biksu-Biksuni, Lama, Riponce
      Buddha Tantrayana Nusantara Kuno
      Tri Ratna:
      Buddha : Wairocana
      Dharma : Sri Vajraprani
      Sangha : Sri Lokeshwara
      Mengapa begitu?
      Karena Buddha Gautama bermanifestasi menjadi banyak buddha secara simbolis, sehingga Buddha Amitabha(Mahayana) dan Wairocana itu sejatinya adalah Buddha Gautama itu sendiri
      Sri Wajraprani adalah sebagai Bodhisattva Pelindung Dharma yaitu Ajaran Sang Buddha yg tersusun dalam Tri Pitaka
      Sri Lokeshwara sejatinya adalah Bodhisattva Awalokiteswara atau Dewi Kwam Im adalah sebagai Simbol Pemimpin Sangha
      Sehingga karena memiliki Tri Ratna yg sama sehingga Theravada-Mahayana dan Tantrayana sejatinya adalah Satu Dharma karena bersumber dari sumber yg sama(Sang Buddha)
      Pada Zaman Jawa Kuna dulu pernah ada ajaran Buddha bercorak Theravada-Mahayana dan Tantrayana tapi berbahasa Kawi dan Berbudaya Jawa Kuna mirip seperti umat hindu di Bali saat ini tapi dalam versi Buddhis
      Sehingga Buddha Wajrayana Kasogathan da Peranda Buddha Wajrayana Kasogathan di Bali dan jawa sebenarnya adalah Buddhis cuma banyak orang ga tahu atau keliru dalam memahaminya
      Lalu klo Buddha Tantrayana Kasogathan di Bali adalah Buddhis mengapa pandita buddha di bali mau muput saat karya gede meskipun karya gede itu ada mecaru/kurban hewan?
      Sebenarnya Tidak ada pakem yg pasti tapi yg jelas selama pandita buddha tidak terlibat dan tidak melihat prosesi penyembelihan hewannya, karena pandita buddha hanya fokus kepada mendoakan upacara tsb saja
      Jika Buddha Tantrayana Kasogathan di Bali adalah Buddhis, lalu mengapa tidak ada biksu dan biksuni?
      Pada zaman Bali Kuno dulu pernah ada biksu dan biksuni di Bali yaitu Biksu Siwa Nirmala, Biksu Siwa Prajna, Biksu Siwa Sanghita dan Biksuni Buddhis bahkan Guru Bodhidharma dari India pernah berkunjung ke Bali kuna dan Biksu-Biksuni bertempat tinggal di "Bale Basare" yaitu "Kuti" Sebagai tempat peristirahatan para biksu-biksuni zaman dulu, hanya saja ada perbedaan peran antara Biksu-Biksuni dengan Pandita, dimana Biksu-Biksuni fokus bertapa dan mendalami Dharma, sedangkan Pandita Fokus muput karya dan membimbing umat.
      Zaman itu juga ada Jro Mangku Buddhis yg juga sebagai perwakilan muput upacara
      Jadi Siwa-Buddha itu sebenarnya apa?
      Sama Seperti Tri Dharma di Klenteng, ketika Klenteng ada perayaan tidak bisa dibedakan yg mana umat buddha, tao dan Konghucu karena semuanya disembahyangin, sehingga Tri Dharma di Klenteng adalah Buddha, Tao dan Konghucu yg sembahyang bareng dan ritual bareng di tempat ibadah yg sama(Klenteng) meskipun tetap fokus kepada dharma masing-masing
      Siwa-Buddha di Jawa Kuno dan Bali Kuno konsepnya juga sebenarnya sama seperti itu dan disebut juga Siwa-Sogatha(Siwa-Buddha)
      Kenapa ga masuk Walubi?
      Karena Waktu itu Agama Hindu lebih dulu diakui di RI dan otomatis PHDI lebih dulu ada sebelum WALUBI, sehingga otomatis peranda buddha masuk ke PHDI dan buddha kasogathan di Bali diakui sebagai Hindu, sedangkan agama buddha diakuinya belakangan, padahal jika waktu itu Agama Hindu dan Buddha diakui bersamaan, dan WALUBI ada barengan dengan PHDI, maka besar kemungkinan pandita buddha kasogathan di Bali masuk WALUBI karena Sasana kepanditaan beliau memang Buddhis atau memang ajaran Buddha. Apa buktinya sasana kepanditaan beliau memang ajaran Buddha? Lihat dan dengarkan Lontar Purwaka Weda Buddha atau Sasana Mantra pandita Buddha pasti awalnya menyebut Tri Ratna
      Om Namo Buddhaya, Om Namo Dharmaya, Om Namo Sanghaya yg artinya adalah Tri Ratna dan semua mantra buddha baik Theravada, Mahayana ataupun Tantrayana lainnya pasti mantranya diawali dengan menyebut Tri Ratna dan tidak ditemukan mantra yg seperti itu dalam semua pustaka hindu dimanapun berada karena Tri Ratna ini memang pure mantra Buddhis dan disebutkan dalam pembukaan sembahyang di semua mahzab buddhis terutama Theravada-Mahayana dan Tantrayana 🙏😇
      (Sumber: Romo Padma Vhira Dharma Sogatha, Pandita Buddha Wajrayana Kasogathan Jawa dari Jogjakarta yg sebenarnya satu silsilah dengan peranda buddha di Bali 🙏😇😇😇😇😇😇😇😇😇)
      Rahayu 🙏😇

    • @dewisnu9168
      @dewisnu9168 7 หลายเดือนก่อน

      Om Swastiastu-Namo Buddhaya
      Pada Zaman Hindu-Buddha Nusantara dulu, sebenarnya yg dimaksud dengan Kasogathan adalah Ka-Buddha-an yg mencakup Theravada-Mahayana dan Vajrayana tapi berbahasa Sansekerta, Jawa Kuna/Nusantara Kuna dan Berbudaya Nusantara Kuna, sehingga pada hakekatnya Kasogathan ini adalah Buddhayana 🙏😇
      Kasogathan=buddhayana mencakup
      A. Theravada berbahasa Kawi dan berbudaya Jawa Kuna
      B. Mahayana berbahasa Sansekerta dan Kawi dan berbudaya Jawa Kuna
      C. Tantrayana berbahasa Sansekerta dan Kawi dan berbudaya Jawa Kuna
      Theravada sebagai dasarnya, kemudian Mahayana sebagai pengembangan ke-2 dan Tantrayana sebagai puncak perkembangan ajaran Buddha
      Kasogathan/Buddhayana mengajar kan bahwa pada hakekatnya semua aliran Buddhis memiliki Tri Ratna yg sama yaitu : Buddha, Dharma dan Sangha.
      Theravada: Tri Ratna:
      Buddha : Sakyamuni
      Dharma: Tri Pitaka
      Sangha: Bikkhu dan Bikkhuni
      Mahayana: Tri Ratna :
      Buddha : Amitabha
      Dharma : Tri Pitaka
      Sangha : Biksu dan Biksuni
      Tantrayana : Wairocana
      Dharma : Tri Pitaka
      Sangha : Biksu-Biksuni, Lama, Riponce
      Buddha Tantrayana Nusantara Kuno
      Tri Ratna:
      Buddha : Wairocana
      Dharma : Sri Vajraprani
      Sangha : Sri Lokeshwara
      Mengapa begitu?
      Karena Buddha Gautama bermanifestasi menjadi banyak buddha secara simbolis, sehingga Buddha Amitabha(Mahayana) dan Wairocana itu sejatinya adalah Buddha Gautama itu sendiri
      Sri Wajraprani adalah sebagai Bodhisattva Pelindung Dharma yaitu Ajaran Sang Buddha yg tersusun dalam Tri Pitaka
      Sri Lokeshwara sejatinya adalah Bodhisattva Awalokiteswara atau Dewi Kwam Im adalah sebagai Simbol Pemimpin Sangha
      Sehingga karena memiliki Tri Ratna yg sama sehingga Theravada-Mahayana dan Tantrayana sejatinya adalah Satu Dharma karena bersumber dari sumber yg sama(Sang Buddha)
      Pada Zaman Jawa Kuna dulu pernah ada ajaran Buddha bercorak Theravada-Mahayana dan Tantrayana tapi berbahasa Kawi dan Berbudaya Jawa Kuna mirip seperti umat hindu di Bali saat ini tapi dalam versi Buddhis
      Sehingga Buddha Wajrayana Kasogathan da Peranda Buddha Wajrayana Kasogathan di Bali dan jawa sebenarnya adalah Buddhis cuma banyak orang ga tahu atau keliru dalam memahaminya
      Lalu klo Buddha Tantrayana Kasogathan di Bali adalah Buddhis mengapa pandita buddha di bali mau muput saat karya gede meskipun karya gede itu ada mecaru/kurban hewan?
      Sebenarnya Tidak ada pakem yg pasti tapi yg jelas selama pandita buddha tidak terlibat dan tidak melihat prosesi penyembelihan hewannya, karena pandita buddha hanya fokus kepada mendoakan upacara tsb saja
      Jika Buddha Tantrayana Kasogathan di Bali adalah Buddhis, lalu mengapa tidak ada biksu dan biksuni?
      Pada zaman Bali Kuno dulu pernah ada biksu dan biksuni di Bali yaitu Biksu Siwa Nirmala, Biksu Siwa Prajna, Biksu Siwa Sanghita dan Biksuni Buddhis bahkan Guru Bodhidharma dari India pernah berkunjung ke Bali kuna dan Biksu-Biksuni bertempat tinggal di "Bale Basare" yaitu "Kuti" Sebagai tempat peristirahatan para biksu-biksuni zaman dulu, hanya saja ada perbedaan peran antara Biksu-Biksuni dengan Pandita, dimana Biksu-Biksuni fokus bertapa dan mendalami Dharma, sedangkan Pandita Fokus muput karya dan membimbing umat.
      Zaman itu juga ada Jro Mangku Buddhis yg juga sebagai perwakilan muput upacara
      Jadi Siwa-Buddha itu sebenarnya apa?
      Sama Seperti Tri Dharma di Klenteng, ketika Klenteng ada perayaan tidak bisa dibedakan yg mana umat buddha, tao dan Konghucu karena semuanya disembahyangin, sehingga Tri Dharma di Klenteng adalah Buddha, Tao dan Konghucu yg sembahyang bareng dan ritual bareng di tempat ibadah yg sama(Klenteng) meskipun tetap fokus kepada dharma masing-masing
      Siwa-Buddha di Jawa Kuno dan Bali Kuno konsepnya juga sebenarnya sama seperti itu dan disebut juga Siwa-Sogatha(Siwa-Buddha)
      Kenapa ga masuk Walubi?
      Karena Waktu itu Agama Hindu lebih dulu diakui di RI dan otomatis PHDI lebih dulu ada sebelum WALUBI, sehingga otomatis peranda buddha masuk ke PHDI dan buddha kasogathan di Bali diakui sebagai Hindu, sedangkan agama buddha diakuinya belakangan, padahal jika waktu itu Agama Hindu dan Buddha diakui bersamaan, dan WALUBI ada barengan dengan PHDI, maka besar kemungkinan pandita buddha kasogathan di Bali masuk WALUBI karena Sasana kepanditaan beliau memang Buddhis atau memang ajaran Buddha. Apa buktinya sasana kepanditaan beliau memang ajaran Buddha? Lihat dan dengarkan Lontar Purwaka Weda Buddha atau Sasana Mantra pandita Buddha pasti awalnya menyebut Tri Ratna
      Om Namo Buddhaya, Om Namo Dharmaya, Om Namo Sanghaya yg artinya adalah Tri Ratna dan semua mantra buddha baik Theravada, Mahayana ataupun Tantrayana lainnya pasti mantranya diawali dengan menyebut Tri Ratna dan tidak ditemukan mantra yg seperti itu dalam semua pustaka hindu dimanapun berada karena Tri Ratna ini memang pure mantra Buddhis dan disebutkan dalam pembukaan sembahyang di semua mahzab buddhis terutama Theravada-Mahayana dan Tantrayana 🙏😇
      (Sumber: Romo Padma Vhira Dharma Sogatha, Pandita Buddha Wajrayana Kasogathan Jawa dari Jogjakarta yg sebenarnya satu silsilah dengan peranda buddha di Bali 🙏😇😇😇😇😇😇😇😇😇)
      Rahayu 🙏😇