Konslet halus ya. Kontroversi . Semua mau serba gratis, tetapi tidak ada yang memiliki kepekaan berbakti. Di tununt cuma cerdas, tetapi mati hati nuraninya, pengembangan yang sangat amat buruk. Memiliki segalanya tetapi tidak di jalani, mana bukti gembala Aku lah bait Allah. Di muliakan tetapi menjadi pemalas, di susui tetapi tidak tau balas Budi, sampai sampai yang menyusui terkena Lamu merah. Macet sudah pasti, menui gak menabur kembali pun juga mati. Semua siswa jika di ajari hanya teori tetapi tidak dengan aksi nyata, mereka akan menjadi keras kepala. Jika jumlah siswa tangan pengharapan, tidak di imbangi lahan tempat produksi segala sesuatu sendiri, tidak semakin berkembang, justru akan semakin Mati. Memang semuanya seharusnya di atur oleh pemerintah Indonesia , tetapi siapa yang peduli terhadap derita rakyat atau pun keadaan warga pedalaman. Ujung ujungnya, jika tidak kita turun tangan sendiri, nunggu siapa? Sedangkan pajaknya lumayan besar. Pemasukan tidak ada, pengeluaran wajib dan pasti. Yang sudah lulus , lambaikan tangan cukup terimakasih, gak tau bales Budi, sudah di besarkan lupa yang membesarkan.
AMIIN AMIN Bu Pdt Henny 🙏♥️
OMG! This is such a relatable preaching!
Tetap semangat ibu Hennyku ❤🤗😘sehat2 bu🙏Tuhan Yesus berkati selalu❤🙏
Saya tidak boleh punya mental pengemis, Saya harus jadi berkat
Amin🙏🏻
aku setuju dengan firman ini dan salut dengan ibu pnd. Henny..
Aku salut dengan kotbah ibu henny.pedas tp mendidik kita biar punya mental anak Raja dan bukan mental pengemis.
Amin. terima kasih atas firman Tuhan yang telah di britakan oleh Ibu Pdt Henny Kristianus, Tuhan Yesus sayang
Shalom ibu Henny semoga selalu sehat walafiat 🫰
Konslet halus ya. Kontroversi .
Semua mau serba gratis, tetapi tidak ada yang memiliki kepekaan berbakti.
Di tununt cuma cerdas, tetapi mati hati nuraninya, pengembangan yang sangat amat buruk.
Memiliki segalanya tetapi tidak di jalani, mana bukti gembala Aku lah bait Allah.
Di muliakan tetapi menjadi pemalas, di susui tetapi tidak tau balas Budi, sampai sampai yang menyusui terkena Lamu merah. Macet sudah pasti, menui gak menabur kembali pun juga mati.
Semua siswa jika di ajari hanya teori tetapi tidak dengan aksi nyata, mereka akan menjadi keras kepala.
Jika jumlah siswa tangan pengharapan, tidak di imbangi lahan tempat produksi segala sesuatu sendiri, tidak semakin berkembang, justru akan semakin Mati.
Memang semuanya seharusnya di atur oleh pemerintah Indonesia , tetapi siapa yang peduli terhadap derita rakyat atau pun keadaan warga pedalaman.
Ujung ujungnya, jika tidak kita turun tangan sendiri, nunggu siapa?
Sedangkan pajaknya lumayan besar.
Pemasukan tidak ada, pengeluaran wajib dan pasti.
Yang sudah lulus , lambaikan tangan cukup terimakasih, gak tau bales Budi, sudah di besarkan lupa yang membesarkan.
😮😢 itulah manusia kak