Pilkada Jangan Cuma Ajang Gimik - Bedah Editorial MI

แชร์
ฝัง
  • เผยแพร่เมื่อ 25 ก.ย. 2024
  • MetroTV, Kemarin, sebagian besar KPU daerah telah melaksanakan pengundian nomor urut pasangan calon (paslon) pemimpin daerah. KPU RI mengungkapkan ada 1.553 paslon yang berkontestasi di Pilakada Serentak 2024. Sebuah jumlah yang tidak main-main, dan teramat sayang jika dijalankan dengan main-main.
    Tidak sedikit paslon yang menganggap nomor urut yang didapatkan memiliki keberuntungan tersendiri. Tidak jadi soal. Yang terpenting adalah setiap paslon menjalankan kontestasi dengan bersih, sehat, dan berkualitas.
    Hal itu harus benar-benar mereka tunjukkan di masa kampanye yang sudah akan dimulai 25 September ini. Bukan saja para paslon, penyelenggaran pilkada, yakni KPU dan Bawaslu, juga harus ketat memastikan kampanye berlangsung secara sehat hingga nanti selesai pada 23 November.
    Itu penting karena kualitas kampanye akan semakin menentukan jumlah partisipasi pemilih. Saat ini partisipasi di daerah tertentu, contohnya Jakarta, dikhawatirkan turun karena apatisme warga akan demokrasi Indonesia.
    Betul, kita menyadari jika pilihan untuk tidak menggunakan hak suara ataupun menolak memberikan suara untuk satu paslon, adalah bagian dari demokrasi. Sikap itu harus dihormati.
    Namun, kita juga menyadari bahwa negara dan para paslon, punya kewajiban untuk meminimalisasi hal tersebut. Sebab, demokrasi yang minim partisipasi bukanlah kondisi yang benar. Walau pemerintahan daerah tetap dapat berjalan, sejarah telah membuktikan bahwa lebih banyak program akan sia-sia tanpa dukungan rakyat.
    Untuk itu, kampanye yang sehat, yang bersih, dan memikat akan membuat partisipasi rakyat bisa digaet. Kampanye yang sehat, mesti menghindari kampanye hitam. Kampanye negatif jelas berbeda dengan kampanye hitam. Kampanye negatif berbasis fakta dan data, kampanye hitam menjurus ke insinuasi, bahkan fitnah.
    Hal lain yang menandakan bahwa pilkada berlangsung sehat ialah menghindari politik uang dan segala bentuk kecurangan lainnya. Soal politik uang, misalnya, baik masyarakat maupun paslon harus sama-sama cerdas. Program-program yang menjanjikan uang usai pemilu bisa mengarah ke bentuk politik uang. Di Jakarta, praktik semacam itu sudah muncul dengan bentuk janji anggaran ratusan juta untuk setiap RW.
    Memang, regulasi yang berlaku saat ini belum memasukkan janji anggaran sebagai politik uang. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum (Pemilu) baru mendefinisikan politik uang sebagai pemberian uang yang bersifat tunai.
    Celah itulah yang digunakan para paslon untuk melakukan politik uang dalam bentuk janji, alias pascabayar. Celakanya, taktik itu justru dipuji sebagian orang. Mereka mengganggapnya sebagai janji pro-rakyat.
    Padahal jelas-jelas, definisi politik uang secara prinsip adalah penjanjian/pemberian uang atau barang lainnya untuk memengaruhi pemilih. Sebab itu, pemberian usai pemilu pun bisa masuk kategori politik uang.
    Ketika paslon masih memasukkan janji-janji seperti itu pada masa kampanye, rakyat harus menolak. Rakyat bahkan pantas menunjukkan sikap protes kepada paslon yang menjanjikan seperti itu. Dengan begitu, para paslon dapat melihat bahwa mereka sudah menuai sendiri kekalahan tanpa perlu menunggu hari pencoblosan.
    Sebaliknya, terhadap kampanye yang berkualitas, yang memiliki program tanpa gimmick, masyarakat mestinya membuka hati. Apatisme jangan sampai menjadi kebencian.
    Bahkan, ketika program yang ditawarkan itu penting dan diyakini membawa perubahan, maka kelompok-kelompok masyarakat yang masih sangsi, dapat bersatu meminta surat komitmen dan semacamnya. Hal ini jauh lebih baik daripada tidak memberikan suara atau membuang hak suara. Dengan menjadi pemilih, masyarakat pantas menjadi yang terdepan menuntut pertanggung jawaban dari pemimpin pilihannya.
    Hal-hal itulah yang harus kita dorong di tahapan lanjutan pilkada ini. Usai mendapatkan ketetapan dan nomor urut, paslon jangan semata membuat jargon-jargon sesuai nomor itu. Terpenting adalah mematangkan program, yang nyata dan berkualitas. Tanpa itu, mereka hanya akan membuat pesta demokrasi ini sebagai pemborosan uang negara.
    #PilkadaSerentak2024 #demokrasi #perubahan #masyarakat #rakyat #politik #editorialmediaindonesia #mediaindonesia
    #Pilkada2024
    #IndonesiaMemilih2024 #Metrotv
    -----------------------------------------------------------------------
    Follow juga sosmed kami untuk mendapatkan update informasi terkini!
    Website: www.metrotvnew...
    Facebook: / metrotv
    Instagram: / metrotv
    Twitter: / metro_tv
    TikTok: / metro_tv
    Metro Xtend: xtend.metrotvn...

ความคิดเห็น •