FILSAFAT EKSISTENSIALISME (Jessica Layantara, M.Th.)

แชร์
ฝัง
  • เผยแพร่เมื่อ 26 ก.พ. 2021
  • KEJU (Kelas Jumat) CIRCLES Indonesia 26 Februari 2021
    #CirclesIndonesia #Filsafat #JessicaLayantara

ความคิดเห็น • 25

  • @dennycharollus.2292
    @dennycharollus.2292 3 ปีที่แล้ว +2

    Ini Saya, Bung/ Mas Denny Charollus, S.Sos, M.AP. Saya Sekarang ini, sedang Tinggal di Kelurahan: Bendogerit, Kecamatan: Sanan Wetan di Kota Blitar, Provinsi: Jawa Timur (Jatim) Sekarang ini ya, Mbak. Puji Tuhan, Halleluyah. Terima kasih atas Perhatiannya. Tuhan Yesus Kristus Memberkati dan Melindungi kita semua. Salam Merdeka ya, Mbak.

  • @dennycharollus.2292
    @dennycharollus.2292 3 ปีที่แล้ว +1

    Iya, Mbak. Siap ya, Mbak. Saya Sekarang ini, sedang mengikuti Pertemuan Rohani atau Forum Diskusi Kita, sekarang ini ya, Mbak. Ini Saya, Bung/ Mas Denny Charollus, S.Sos, M.AP. Puji Tuhan, Halleluyah. Terima kasih atas Perhatiannya. Tuhan Yesus Kristus Memberkati dan Melindungi kita semua. Salam Merdeka ya, Mbak.

  • @AQilAkhyar00
    @AQilAkhyar00 4 หลายเดือนก่อน

    Sy ingin melontarkan krtikan nih. Soal bahwa kaum eksistensialis mskipun individualis namun tetap ada rasa tanggungjawab, menurut sy tanggjng jawab itu bukan ciri dari seorang eksistensialis. Ciri eksistensialis adlh spntan tanpa mengandaikan konsekuensi dari tindakannya (otentik), sedang orang yang tidak otentik selalu mncul pertkmbangan dlm pilihannya. Tanggng jawab itu adl sikap yg lahir dari pertimbangan, orng yg bertanggjng jawab blm dpt disebut otentik sbb msh dirundung olh pertimbangan. Jadi sikap bertanggjng jawab itu sikap orang yg belum otentik sebab msh berjarak dgn sikapnya

  • @andmh2009
    @andmh2009 ปีที่แล้ว

    Terimakasih. Presentasinya jelas dan simple. Bisa menyederhanakan hal yg rumit

  • @yuedikumariyanto7888
    @yuedikumariyanto7888 3 ปีที่แล้ว +2

    Trimakasih, materi ini merefresh...

  • @sofyanyan-nh8it
    @sofyanyan-nh8it 2 หลายเดือนก่อน

    Terimakasih saya tercerahkan

  • @fransiskusambon3288
    @fransiskusambon3288 2 ปีที่แล้ว

    Terima kasih mbak, penjelasan yg sangat renyah, sehingga mudah dikunyah👏

  • @daviddareng1496
    @daviddareng1496 3 ปีที่แล้ว +3

    😇🤝

  • @AQilAkhyar00
    @AQilAkhyar00 4 หลายเดือนก่อน

    Materi spt ini tidak memungkinkan dibahas serba ringkas. Bahkan pertema aja membutuhkan waktu tertentu untuk paling tdk menjelaskan. Istilah istilah seperti "keterlempara, dasein dll" sgt tdk boleh dibahas hanya sepintas lalu, sebab ini akan membebani ditambah materinya yang demikian sulit karna tidak lazim. Walaupun bgt, sudah sgt keren, paling tidak narasumber tlh memikat dan memberi kesan pertama terkait topik tsb walau dgn penuh tanda tanya untuk menggali lebih jauh. Thanks

  • @AQilAkhyar00
    @AQilAkhyar00 4 หลายเดือนก่อน

    I think, tuhan yang mereka pertanyakan yang akhirnya dinafikan adalah tuhan dalam pandangan orang tertentu yang mungkin dipahami secara keliru, bukan tuhan sebagaimana tuhan. Dan sangat mungkin para atheis itu bertuhan dalam mana tuhan sebagaimana tuhan, dan anti terhadap tuhan yang dipahami secara keliru tadi❤

  • @samuelsarjono9603
    @samuelsarjono9603 2 ปีที่แล้ว +1

    Trimakasih untuk materinya

  • @aprilianiea3320
    @aprilianiea3320 3 ปีที่แล้ว +2

    Terimakasih 😍😍

  • @donnyk1740
    @donnyk1740 2 ปีที่แล้ว +3

    Saya izin menggunakan video ini sebagai referensi saya untuk tugas di mata kuliah filsafat manusia 🙏🏻

  • @Raven28Pisces
    @Raven28Pisces 2 ปีที่แล้ว

    1:00:00
    Justru, manusia modern sekarang bisa toxic karena orang lain bisa saja mempengaruhi orang lain sesukanya... padahal diri sendiri maunya apa..
    lah kan aneh.. wong hidup kita yang hidupi kog yang lain sewot😂😂 itulah bisa terjadinya kehilangan jati diri seseorang dan akhirnya dunia menjadi gelap dan absurd! karena seseorang tidaklah bebas, sebagaimana mestinya...
    *"Hell's other people"* ~Sartre

  • @skeptisisme4261
    @skeptisisme4261 2 ปีที่แล้ว

    Terima kasih 🙏

  • @Raven28Pisces
    @Raven28Pisces 2 ปีที่แล้ว +2

    52:50
    Saya boleh memberi anti kritik?
    justru saya merasa konteks Nietzsche berdiri karena *kemuakan sosial..*
    dari contoh Anda, ada di masyarakat orang 'moralitas tuan' tapi juga merakyat atau turun ke bawah karena sosial dan alasan lainnya.
    Namun, yang akan *sering* terjadi adalah;
    1. Pejudice, dianggap lagak banyak dan pamer, pencitraan dan lain2.
    2. Kontradiksi macam Kecemburuan Sosial, maksudnya; misal orang ini membagi sembako atau nasi kotak itu tuh bertentangan dengan moral si mentalitas budak...
    Lucunya, Tuan memberi karena memang kehendaknya dia, memang dia mau, memang pilihan(keputusan).. sementara budak itu gak ada pilihan begitu.. boro2 ngasih, makanya timbulah berbagi, timbulah gotong royong...
    Justru, kalo melihat dari *sudut Eksistensialisme,* yang namanya Tuan, itu BEBAS. Bebas mau ngapain aja. Termasuk untuk turun atau gak turun. Semua ada di tangannya dia.
    Sementara, Mentalitas Budak, membuka tangan dan menunggu untuk menerima sesuatu.
    *Mohon maaf jika saya ada kurang atau salah konteks* , namun kata Nietzsche bahwa *tidak ada moral absolut* merujuk pada hal dinamis diantara 2 tipe moralitas tersebut.. Jadi bukan sebagai peng-hitam putihan..
    Justru, dengan adanya 2 moralitas tersebut, Eksistensialisme dapat lebih dilihat dan lebih dimengerti karena *di masyarakat sering memakai suara banyak untuk dasar sistem moral(yang padahal belum tentu bener)*
    Makanya, Nietzsche mengkritisi Kekristenan atau cara orang beragama karena sistemnya di bentuk atau didasari dengan *society flaws*
    Contoh lagi,
    Pertandingan Catur antara Dewa Kipas dan Irene Sukandar, banyak orang mendukung Dewa Kipas padahal jelas2 Irene itu Grandmaster dan Juara Se Asean.
    Akhirnya apa terjadi?? penolakan, bullying, kalo tidak membela Dewa Kipas.... BAHKAN diasingkan karena *tidak bersama sama budak atau setia kawan*
    .. itulah kemuakan, itulah anehnya dunia ini...
    Mengapa begitu? karena, namanya budak itu pasti lebih banyak daripada tuan...
    makasih :)

    • @murmurdiono8114
      @murmurdiono8114 ปีที่แล้ว

      Setiap orang punya penafsiran yg beda2 ttg karya orang lain termasuk jga dalam hal ini. Oleh karena pengaruh ideologi, agama, prasangka, budaya dll yg dimiliki oleh orang tersebut. Sedikit orang yg punya pemikiran terbuka, kebanyakan orang akan jdi hyper terhadap pandangan tersebut atau menjadi anti terhadap pandangan tersebut.

  • @AQilAkhyar00
    @AQilAkhyar00 4 หลายเดือนก่อน

    Saya pikir, agak sulit rasanya kit menerima bahwa ada seorng yg bertuhan namun meyakini bahwa tuhan tidak bermaksud apa apa dalam melangsungkan penciptaannya yakni keterlemparan. Sy bingung kok bisa seorang eksistensialis mengaku bertuhan? Konsekuensinya kan tuhan akhirnya dibatasi, dalam perbuatannya melakukan sesuatu yang sia sia

  • @AQilAkhyar00
    @AQilAkhyar00 4 หลายเดือนก่อน

    Pertanyaan inti saya, apakah mungkin menjadi eksistensialis yang bebas dengan mengakui ketuhanan?

  • @Nicolas-sx9sz
    @Nicolas-sx9sz 8 หลายเดือนก่อน

    Kalo tuhan saja bisa mati, kenapa kita masih hidup?
    Mang Asep

  • @AQilAkhyar00
    @AQilAkhyar00 4 หลายเดือนก่อน

    Mohon ditanggapi, bagaimana menjadi bertuhan dalam ttadisi eksistensialis? Gk mungkin, tuhan akan selalu hadi mengintai setiap rentetan gerak kita, jadinya gk bebas, kalau sdh gk bebas, itu bukan ciri eksistensialis. Jad gmn menjadi bebas pada saat yang sama mengakui tuhan?

  • @murmurdiono8114
    @murmurdiono8114 ปีที่แล้ว

    Seharusnya Who is God? Bukan what is god?

    • @AQilAkhyar00
      @AQilAkhyar00 4 หลายเดือนก่อน

      I think, tuhan yang mereka pertanyakan yang akhirnya dinafikan adalah tuhan dalam pandangan orang tertentu yang mungkin dipahami secara keliru, bukan tuhan sebagaimana tuhan. Dan sangat mungkin para atheis itu bertuhan dalam mana tuhan sebagaimana tuhan, dan anti terhadap tuhan yang dipahami secara keliru tadi❤