Subhanallah. Menurut Buya Syakur: Logika kematian bagi orang yang beriman adalah sesuatu yang ditunggu-tunggu,kapan kita akan kembali. Jangan bersedih.Terimakasih Buya pencerahannya dan terimakasih pula pada tim kreatif Wamimma TV👍❤✍🙏
Dialog part 216 Sinuwun Gusti Prabu versus Jokowi si anak sapi mantan Pemimpin PKI senusantara Sinuwun Gusti Prabu : Sejatinya kehadiran saya sebagai Nabi akhir zaman telah dinyatakan dalam injil dalam kitab Ulangan 18 ayat 15 - 18 yang membicarakan tentang rencana Tuhan yang akan membangkitkan seorang nabi di tengah orang Israel. Ayat tersebut berbunyi, “ 18:15 Seorang nabi di antara kamu, di antara saudaramu, sama seperti aku , akan dibangkitkan bagimu oleh TUHAN, Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan. 18:16 Tepat seperti yang kamu minta dahulu kepada TUHAN, Allahmu, di gunung Horeb, pada hari perkumpulan, dengan berkata: Tidak mau aku mendengar lagi suara TUHAN, Allahku, dan api yang besar ini tidak mau aku melihatnya lagi, supaya jangan aku mati. 18:17 Lalu berkatalah TUHAN kepadaku: Apa yang dikatakan mereka itu baik; 18:18 seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku idalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya. Pokok persoalan di dalam pembahasan ini adalah adanya klaim dari warga Kristen dan sebagian warga Muhammad yang “memaknai” bahwa nubuat di dalam Ulangan 18:15 dan 18 ditujukan kepada Yesus putera Maria dan nabi Muhammad putera kyai Abdulloh. Klaim tersebut bertujuan untuk melegitimasi bahwa keduanya diutus bagi semua warga di dunia. Soal klaim mengklaim sering terjadi meski salah kaprah. Siapapun bisa mengklaim hanya saja apakah klaim tersebut disertai bukti valid atau hanya sekedar klaim tanpa melihat narasi secara utuh ataupun dengan memperhatikan realita. Dengan kata lain, sebuah klaim harus disertai oleh bukti valid. Untuk memahami suatu ayat tentu saja harus memperhatikan apa yang disebut dengan konteks. Di dalam ilmu hermeneutika atau ilmu tafsir ada yang dikenal dengan analisa konteks, yakni situasi di balik teks atau situasi yang ada hubungannya dengan peristiwa. Ketika suatu kalimat atau frase dicomot begitu saja tanpa memperhatikan konteks, maka makna kalimat atau frase menjadi bias dan menyimpang dari maksud sebenarnya. Umumnya penggunaan kalimat atau frase yang tidak sesuai dengan konteks memiliki maksud dan tujuan tertentu yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Oleh karena itu, makna dari Ulangan 18:15 dan 18 dapat diketahui dengan memperhatikan konteksnya, salah satunya adalah “Allah Akan Membangkitkan Seorang Nabi di tengah Israel”. Teks ini merupakan pernyataan Musa kepada orang Israel bahwa Allah telah mengikat perjanjian dengan mereka (umat Israel) di Gunung Horeb. Gunung Horeb, Bahasa Ibrani: חֹרֵב, Yunani dalam Septuaginta: χωρηβ, Latin dalam Vulgata: Horeb, adalah sebuah gunung dimana Kitab Deuteronomika dalam Alkitab Ibrani menyatakan bahwa Sepuluh Perintah Allah diberikan kepada Musa oleh Allah. Gunung tersebut dideskripsikan dalam dua tempat (Keluaran 3:1, 1 Raja -Raja 19:8) sebagai הַר הָאֱלֹהִים, "Gunung Allah" atau Gunung YHWH. Diceritakan Tuhan berbicara dengan segenap umat Israel (Ul. 5:2-4). Selanjutnya Musa menjelaskan kembali ketetapan yang difirmankan Alah kepada segenap umat Israel. Oleh karena itu kitab kelima di dalam Pentateukh disebut dengan Ulangan, yang berakar dari kitab perjanjian. Jadi kitab perjanjian adalah ringkasan pembicaraan Musa dengan Tuhan di atas gunung Horeb. Mencermati kitab Ulangan, maka dapat diketahui bahwa kebanyakan kontennya berbicara tentang hukum Allah yang harus ditaati oleh umat Israel. Jadi jelas sekali bahwa latar belakang teks berisikan pernyataan Allah yang diterima Musa dan ditransmisikan kembali kepada umat Israel. Artinya dari sisi konteks, maka apa yang disampaikan Musa di dalam Ulangan 18 harus dalam ruang lingkup umat Israel. Frase “di antara saudara kamu” pada ayat 15 di dalam bahasa Ibrani adalah מִקִּרְבְּךָ֤ (miqirevekha) yang berarti di antara kamu. Berdasarkan konteksnya, maka yang dimaksud adalah di antara umat Israel bukan orang di luar Israel. Adapun yang dimaksud “aku” adalah Musa. Musa merupakan nabi yang berasal dari daerah Lewi. Kata lewi merupakan serapan dari bahasa jawa ‘lawu’. Begitu juga dengan frase “Seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka di antara saudara mereka, seperti engkau ini” pada ayat 18. Kata “engkau” ditujukan kepada Musa sebagai individu yang diajak berbicara oleh Tuhan. Sementara kata “mereka” harus dipahami sebagai umat Israel. Karena kitab Ulangan sebagai piagam perjanjian antara umat Israel dengan Allah tentu saja yang menjadi pokok pembicaraan adalah umat Israel. Ada beberapa yang harus diperhatikan dalam upaya memahami ayat tersebut bahwa hanya Tuhan yang bisa memahami firmanNya. Sementara makhluk / warga hanya sebatas perkiraan yang masih bisa diperdebatkan. Sinuwun Gusti Prabu Alloh Eyang Bopo swt pernah berfirman, ‘saya tidak menyampaikan masalah tafsir, tafsir hanya sekedar perkiraan, aku hanya menyampaikan urusan kekuasaan’. Dalam ayat yang kita bahas ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Pertama, Nabi Musa dari mesir tidak pernah menerima perjanjian seperti yang dinyatakan ayat tersebut. Tuhan menurunkan kitab taurat yang diturunkan kepada Musa dari Mesir hanya berupa cerita yang menjelaskan peristiwa di tanah jawa, namun mengandung petunjuk bagi bani israil yang tinggal di mesir. Tuhan hanya menjanjikan kepada Nabi Musa Muhammad Syahrul Munir yang hidup sekitar 90 ribu tahun silam di tanah jawa karena terkait langsung dengan kehadiran Beliau sebagai Maha Raja di akhir zaman. Kedua, saya juga pernah menjelaskan bahwa bani israil yang dimaksud dalam kitab suci adalah bani si ragil alias orang jawa bukan bani israil yang tinggal di mesir. Ketiga, Gunung Horeb disebut sebagai gunung Alloh, berada di tanah jawa, di era ini dikenal sebagai gunung lawu. Kata lawu serapan dari bahasa arab ‘lahu’,artinya gunung milik Tuhan. Kata ‘horeb’ merupakan serapan dari bahasa jawa ‘urip’. Gunung lawu disebut gunung urip (hidup) karena Tuhan pernah hidup dan menetap di sini. Ketika itu Tuhan bermukim di gunung lawu maka wajar bila janji tersebut diturunkan di sini. Nabi Musa Muhammad Syahrul Munir yang akan menjadi Maha Raja di akhir zaman sebagai penerima perjanjian. Keempat, kalimat ‘sama seperti aku’ hanya bisa dipahami bahwa antara musa dan nabi akhir zaman adalah identik karena menunjuk figur yang sama hanya beda zaman. Musa telah mengajarkan agama islam, agama yang mengutamakan urgensi penyerahan. Sementara nabi yang lain justru enggan menyerah kepada Tuhan Bapa Swt. Musa telah mengalami beragam proses reinkarnasi hingga hari akhir. Di era ini Beliau dikenal sebagai Yesus Kristus atau Sinuwun Gusti Prabu Alloh putero swt. Dengan kata lain, Sinuwun Gusti Prabu Muhammad Syahrul Munir nabi akhir zaman adalah Musa yang hidup di masa silam. Aneh bila ayat tersebut dimaknai Yesus anak Maria. Warga kristen menganggapnya anak Alloh atau yang lebih ekstrim menganggap sebagai Tuhan putera dan bukan seorang Nabi. Kelima, Tuhan menyatakan ‘ Aku akan menaruh firman-Ku i dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya’. Kita mengetahui bahwa Yesus putera Maria mati disalib karena ditinggalkan Tuhan Bapa, jadi mustahil bila Tuhan meletakkan firmanNya ke dalam mulutnya. Ketika berada di tiang salib, Yesus anak maria berkata ‘elli lamma sabahtani’, Tuhan mengapa Kamu tinggalkan aku’. Perkataan ini bisa dipahami sebagai ucapan yesus putera Maria bukan firman Tuhan Bapa. Harus dipahami bahwa maksud dari firman Tuhan ‘Aku akan menaruh firman-Ku i dalam mulutnya’ adalah ucapannya identik dengan firman Tuhan. Oleh karena itu pujangga tempo dulu menyebutnya sebagai Satria Pinandito Sinisihan Wahyu. Dalam bahasa al quran adalah ‘innama amruhu idza aroda syaian an yakula lahu kun fa yakun’ (Sejatinya urusan Tuhan ketika menghendaki sesuatu cukup berfirman ‘jadi’ maka jadi nyata). Andai Tuhan meletakkan firmanNya kepada Yesus Putera Maria niscaya mustahil akan mati disalib. Yesus bisa berkata untuk menyelamatkan hidupnya dengan metode kun fayakun ‘tidak akan ada yang bisa mengalahkan diriku dan semua musuhku binasa saat ini juga’. Maka semua warga yang bermufakat jahat niscaya akan binasa sebelum berhasil menangkap, menyiksa dan menyalibnya. Andai fenomena itu yang terjadi, warga Kristen tidak perlu tersesat dan merasa benar dengan keyakinan salah. Bagaimana mungkin Tuhan putera alias Yesus mengorbankan dirinya untuk menebus dosa umat kristen yang tidak pernah dikenalinya. Demikian halnya mustahil ayat ini menjelaskan Nabi Muhammad dengan alasan yang kurang lebih serupa. Andai Tuhan meletakkan firmanNya ke dalam mulut beliau niscaya perang melawan kaum quraisy dan yahudi mustahil bisa terjadi. Beliau cukup berkata, ‘warga quraisy dan yahudi yang melakukan makar binasa tanpa sisa’. Sayangnya, ucapan beliau tidak mampu membawa pengaruh seperti itu. Beda dengan Sinuwun Gusti Prabu Muhammad Syahrul Munir Swt yang berjuang sendirian namun mampu mengalahkan seluruh makhluk hanya dengan modal omong doang. Dalam bahasa sederhana, klaim warga kristen ataupun warga Muhammad merupakan suatu kesalahan, memaksakan penafsiran alias cocoklogi. Jokowi si anak sapi : Sebelumnya saya mohon ampunan sebesar besarnya kepada Paduka Yang Mulia andai ucapan saya kurang berkenan di hati. Saya sangat gembira dengan penjelasan barusan. Warga Kristen dan warga Muhammad telah salah dalam memahami teks kitab suci. Kesalahan tersebut lebih disebabkan ketololan, kebebalan, kedunguan dan kebodohan.
Haul itu budaya memperingati kematian orang yang berjasa besar, nama lainnya adalah syahadah (peringatan kesyahidan atau kematian orang baik). Kalau memperingati kelahiran lebih sering disebut wiladah atau maulid. Yang aneh kenapa kita tidak memperingati kematian (haul) Nabi Muhammad SAW.
Assalamu'@laikum kyai ?!.maaf rada mlenceng pertanyaan saya...BISAKAH KYAI MENJELASKAN MENGENAI JIN AZAZZIL/IBLIS.. APAKAH MENURUT KEYAKINAN KYAI,IBLIS SERIBU OERSEN MASUK NERAKA ?????...
DAN MENJELASKAN : PANTASKAH NAMA ALLAH SWT AZZA WAA JAALA BERSANDING SEJAJAR DENGAN NAMA BAGINDA NABI RASULULLAH SAYYIDINA WA MAULANA MUHAMMAD SAW ???...KALAW HATI SAYA MENOLAK..POSISI YANG SEHARUSNYA,SEMESTINYA DAN MEMANG SEMESTINYA,NAMA ALLAH SWT AZZA WAA JAALA DI ATAS DAN NAMA NABI MUHAMMAD SAW DI BAWAH SEBELAH KANAN..ITULAH PENEMPATAN YANG SEHARUSNYA DAN SE ADAB ADABNYA...
Ngaji dan ngaji bersama .buya sakur .semoga buya sehat selalu.amin
Hadirr...ngajii...teruss
Ma Kasih Buya
Tercerahkan.. mtrnuwun buya
Al hamdullilah sehat selalu buya
Alhamdulillah 🌷🌷🌷
Alhamdulillah nyimak. Terima Kasih ilmunya KH Buya Syakur Yasin MA yg di Mulyakan ALLAH SWT.
Pendekatan bahasa lebih dapat memahami maksud nya! Trima kasih pa kyai Semoga Alloh memberkahi kita semua Amin
Subhanallah. Menurut Buya Syakur: Logika kematian bagi orang yang beriman adalah sesuatu yang ditunggu-tunggu,kapan kita akan kembali. Jangan bersedih.Terimakasih Buya pencerahannya dan terimakasih pula pada tim kreatif Wamimma TV👍❤✍🙏
Salam, Hormat. Buya Syakur. Sehat Selalu. Sejak Saya. Pensiun. Jarang Ke Jadangpinggan. Banyak Ilmu dari Buya terimakasih 🙏
Alhamdulillah
MasyaALLAH Terima kasih KH Buya syakur..
Saya sangat bxak mdaptkn ilmu dari Prof Buya..walau tdak saling bertatap muka dlm satu ruangan.semoga berkah ilmunya.
Assallamualaikum Buya moga Buya sehat selalu
MasyaAllah.. terimakasih Buya, somoga Allah SWT senantiasa menaungi Buya rahmat kesehatan.. Aamiin..
Dalam lain perkataan...
Katam Ho Gaya...Berakhir
Sudah Segala Kebaikan
Kebaikan yg dilakukan..
Sewaktu Hidup...di Dunia..!!
Buya, undang bang rocky gerung dong.. . 🙏😊
Ikut
Dialog part 216 Sinuwun Gusti Prabu versus Jokowi si anak sapi mantan Pemimpin PKI senusantara
Sinuwun Gusti Prabu : Sejatinya kehadiran saya sebagai Nabi akhir zaman telah dinyatakan dalam injil dalam kitab Ulangan 18 ayat 15 - 18 yang membicarakan tentang rencana Tuhan yang akan membangkitkan seorang nabi di tengah orang Israel.
Ayat tersebut berbunyi, “
18:15 Seorang nabi di antara kamu, di antara saudaramu, sama seperti aku , akan dibangkitkan bagimu oleh TUHAN, Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan.
18:16 Tepat seperti yang kamu minta dahulu kepada TUHAN, Allahmu, di gunung Horeb, pada hari perkumpulan, dengan berkata: Tidak mau aku mendengar lagi suara TUHAN, Allahku, dan api yang besar ini tidak mau aku melihatnya lagi, supaya jangan aku mati.
18:17 Lalu berkatalah TUHAN kepadaku: Apa yang dikatakan mereka itu baik; 18:18 seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku idalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya.
Pokok persoalan di dalam pembahasan ini adalah adanya klaim dari warga Kristen dan sebagian warga Muhammad yang “memaknai” bahwa nubuat di dalam Ulangan 18:15 dan 18 ditujukan kepada Yesus putera Maria dan nabi Muhammad putera kyai Abdulloh.
Klaim tersebut bertujuan untuk melegitimasi bahwa keduanya diutus bagi semua warga di dunia.
Soal klaim mengklaim sering terjadi meski salah kaprah. Siapapun bisa mengklaim hanya saja apakah klaim tersebut disertai bukti valid atau hanya sekedar klaim tanpa melihat narasi secara utuh ataupun dengan memperhatikan realita. Dengan kata lain, sebuah klaim harus disertai oleh bukti valid.
Untuk memahami suatu ayat tentu saja harus memperhatikan apa yang disebut dengan konteks. Di dalam ilmu hermeneutika atau ilmu tafsir ada yang dikenal dengan analisa konteks, yakni situasi di balik teks atau situasi yang ada hubungannya dengan peristiwa.
Ketika suatu kalimat atau frase dicomot begitu saja tanpa memperhatikan konteks, maka makna kalimat atau frase menjadi bias dan menyimpang dari maksud sebenarnya.
Umumnya penggunaan kalimat atau frase yang tidak sesuai dengan konteks memiliki maksud dan tujuan tertentu yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.
Oleh karena itu, makna dari Ulangan 18:15 dan 18 dapat diketahui dengan memperhatikan konteksnya, salah satunya adalah “Allah Akan Membangkitkan Seorang Nabi di tengah Israel”.
Teks ini merupakan pernyataan Musa kepada orang Israel bahwa Allah telah mengikat perjanjian dengan mereka (umat Israel) di Gunung Horeb.
Gunung Horeb, Bahasa Ibrani: חֹרֵב, Yunani dalam Septuaginta: χωρηβ, Latin dalam Vulgata: Horeb, adalah sebuah gunung dimana Kitab Deuteronomika dalam Alkitab Ibrani menyatakan bahwa Sepuluh Perintah Allah diberikan kepada Musa oleh Allah.
Gunung tersebut dideskripsikan dalam dua tempat (Keluaran 3:1, 1 Raja -Raja 19:8) sebagai הַר הָאֱלֹהִים, "Gunung Allah" atau Gunung YHWH.
Diceritakan Tuhan berbicara dengan segenap umat Israel (Ul. 5:2-4). Selanjutnya Musa menjelaskan kembali ketetapan yang difirmankan Alah kepada segenap umat Israel.
Oleh karena itu kitab kelima di dalam Pentateukh disebut dengan Ulangan, yang berakar dari kitab perjanjian. Jadi kitab perjanjian adalah ringkasan pembicaraan Musa dengan Tuhan di atas gunung Horeb.
Mencermati kitab Ulangan, maka dapat diketahui bahwa kebanyakan kontennya berbicara tentang hukum Allah yang harus ditaati oleh umat Israel.
Jadi jelas sekali bahwa latar belakang teks berisikan pernyataan Allah yang diterima Musa dan ditransmisikan kembali kepada umat Israel.
Artinya dari sisi konteks, maka apa yang disampaikan Musa di dalam Ulangan 18 harus dalam ruang lingkup umat Israel.
Frase “di antara saudara kamu” pada ayat 15 di dalam bahasa Ibrani adalah מִקִּרְבְּךָ֤ (miqirevekha) yang berarti di antara kamu. Berdasarkan konteksnya, maka yang dimaksud adalah di antara umat Israel bukan orang di luar Israel.
Adapun yang dimaksud “aku” adalah Musa. Musa merupakan nabi yang berasal dari daerah Lewi. Kata lewi merupakan serapan dari bahasa jawa ‘lawu’.
Begitu juga dengan frase “Seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka di antara saudara mereka, seperti engkau ini” pada ayat 18. Kata “engkau” ditujukan kepada Musa sebagai individu yang diajak berbicara oleh Tuhan.
Sementara kata “mereka” harus dipahami sebagai umat Israel. Karena kitab Ulangan sebagai piagam perjanjian antara umat Israel dengan Allah tentu saja yang menjadi pokok pembicaraan adalah umat Israel.
Ada beberapa yang harus diperhatikan dalam upaya memahami ayat tersebut bahwa hanya Tuhan yang bisa memahami firmanNya. Sementara makhluk / warga hanya sebatas perkiraan yang masih bisa diperdebatkan.
Sinuwun Gusti Prabu Alloh Eyang Bopo swt pernah berfirman, ‘saya tidak menyampaikan masalah tafsir, tafsir hanya sekedar perkiraan, aku hanya menyampaikan urusan kekuasaan’.
Dalam ayat yang kita bahas ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Pertama, Nabi Musa dari mesir tidak pernah menerima perjanjian seperti yang dinyatakan ayat tersebut.
Tuhan menurunkan kitab taurat yang diturunkan kepada Musa dari Mesir hanya berupa cerita yang menjelaskan peristiwa di tanah jawa, namun mengandung petunjuk bagi bani israil yang tinggal di mesir.
Tuhan hanya menjanjikan kepada Nabi Musa Muhammad Syahrul Munir yang hidup sekitar 90 ribu tahun silam di tanah jawa karena terkait langsung dengan kehadiran Beliau sebagai Maha Raja di akhir zaman.
Kedua, saya juga pernah menjelaskan bahwa bani israil yang dimaksud dalam kitab suci adalah bani si ragil alias orang jawa bukan bani israil yang tinggal di mesir.
Ketiga, Gunung Horeb disebut sebagai gunung Alloh, berada di tanah jawa, di era ini dikenal sebagai gunung lawu. Kata lawu serapan dari bahasa arab ‘lahu’,artinya gunung milik Tuhan.
Kata ‘horeb’ merupakan serapan dari bahasa jawa ‘urip’. Gunung lawu disebut gunung urip (hidup) karena Tuhan pernah hidup dan menetap di sini.
Ketika itu Tuhan bermukim di gunung lawu maka wajar bila janji tersebut diturunkan di sini. Nabi Musa Muhammad Syahrul Munir yang akan menjadi Maha Raja di akhir zaman sebagai penerima perjanjian.
Keempat, kalimat ‘sama seperti aku’ hanya bisa dipahami bahwa antara musa dan nabi akhir zaman adalah identik karena menunjuk figur yang sama hanya beda zaman.
Musa telah mengajarkan agama islam, agama yang mengutamakan urgensi penyerahan. Sementara nabi yang lain justru enggan menyerah kepada Tuhan Bapa Swt.
Musa telah mengalami beragam proses reinkarnasi hingga hari akhir. Di era ini Beliau dikenal sebagai Yesus Kristus atau Sinuwun Gusti Prabu Alloh putero swt.
Dengan kata lain, Sinuwun Gusti Prabu Muhammad Syahrul Munir nabi akhir zaman adalah Musa yang hidup di masa silam.
Aneh bila ayat tersebut dimaknai Yesus anak Maria. Warga kristen menganggapnya anak Alloh atau yang lebih ekstrim menganggap sebagai Tuhan putera dan bukan seorang Nabi.
Kelima, Tuhan menyatakan ‘ Aku akan menaruh firman-Ku i dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya’.
Kita mengetahui bahwa Yesus putera Maria mati disalib karena ditinggalkan Tuhan Bapa, jadi mustahil bila Tuhan meletakkan firmanNya ke dalam mulutnya.
Ketika berada di tiang salib, Yesus anak maria berkata ‘elli lamma sabahtani’, Tuhan mengapa Kamu tinggalkan aku’. Perkataan ini bisa dipahami sebagai ucapan yesus putera Maria bukan firman Tuhan Bapa.
Harus dipahami bahwa maksud dari firman Tuhan ‘Aku akan menaruh firman-Ku i dalam mulutnya’ adalah ucapannya identik dengan firman Tuhan. Oleh karena itu pujangga tempo dulu menyebutnya sebagai Satria Pinandito Sinisihan Wahyu.
Dalam bahasa al quran adalah ‘innama amruhu idza aroda syaian an yakula lahu kun fa yakun’ (Sejatinya urusan Tuhan ketika menghendaki sesuatu cukup berfirman ‘jadi’ maka jadi nyata).
Andai Tuhan meletakkan firmanNya kepada Yesus Putera Maria niscaya mustahil akan mati disalib.
Yesus bisa berkata untuk menyelamatkan hidupnya dengan metode kun fayakun ‘tidak akan ada yang bisa mengalahkan diriku dan semua musuhku binasa saat ini juga’. Maka semua warga yang bermufakat jahat niscaya akan binasa sebelum berhasil menangkap, menyiksa dan menyalibnya.
Andai fenomena itu yang terjadi, warga Kristen tidak perlu tersesat dan merasa benar dengan keyakinan salah. Bagaimana mungkin Tuhan putera alias Yesus mengorbankan dirinya untuk menebus dosa umat kristen yang tidak pernah dikenalinya.
Demikian halnya mustahil ayat ini menjelaskan Nabi Muhammad dengan alasan yang kurang lebih serupa.
Andai Tuhan meletakkan firmanNya ke dalam mulut beliau niscaya perang melawan kaum quraisy dan yahudi mustahil bisa terjadi.
Beliau cukup berkata, ‘warga quraisy dan yahudi yang melakukan makar binasa tanpa sisa’. Sayangnya, ucapan beliau tidak mampu membawa pengaruh seperti itu.
Beda dengan Sinuwun Gusti Prabu Muhammad Syahrul Munir Swt yang berjuang sendirian namun mampu mengalahkan seluruh makhluk hanya dengan modal omong doang.
Dalam bahasa sederhana, klaim warga kristen ataupun warga Muhammad merupakan suatu kesalahan, memaksakan penafsiran alias cocoklogi.
Jokowi si anak sapi : Sebelumnya saya mohon ampunan sebesar besarnya kepada Paduka Yang Mulia andai ucapan saya kurang berkenan di hati.
Saya sangat gembira dengan penjelasan barusan. Warga Kristen dan warga Muhammad telah salah dalam memahami teks kitab suci. Kesalahan tersebut lebih disebabkan ketololan, kebebalan, kedunguan dan kebodohan.
Haul itu budaya memperingati kematian orang yang berjasa besar, nama lainnya adalah syahadah (peringatan kesyahidan atau kematian orang baik). Kalau memperingati kelahiran lebih sering disebut wiladah atau maulid. Yang aneh kenapa kita tidak memperingati kematian (haul) Nabi Muhammad SAW.
Assalamu'@laikum kyai ?!.maaf rada mlenceng pertanyaan saya...BISAKAH KYAI MENJELASKAN MENGENAI JIN AZAZZIL/IBLIS.. APAKAH MENURUT KEYAKINAN KYAI,IBLIS SERIBU OERSEN MASUK NERAKA ?????...
DAN MENJELASKAN : PANTASKAH NAMA ALLAH SWT AZZA WAA JAALA BERSANDING SEJAJAR DENGAN NAMA BAGINDA NABI RASULULLAH SAYYIDINA WA MAULANA MUHAMMAD SAW ???...KALAW HATI SAYA MENOLAK..POSISI YANG SEHARUSNYA,SEMESTINYA DAN MEMANG SEMESTINYA,NAMA ALLAH SWT AZZA WAA JAALA DI ATAS DAN NAMA NABI MUHAMMAD SAW DI BAWAH SEBELAH KANAN..ITULAH PENEMPATAN YANG SEHARUSNYA DAN SE ADAB ADABNYA...
Alhamdullilah sehat selalu buya