Anomali Fenomena Mahfud MD “Kalau dulu di jaman Gus Dur, pak Mahfud MD ini dikenal peluru tak terkendali, jadi memang tidak ada yang bisa mengendalikan beliau, sampai sekarang sepertinya,” begitulah yang dikatakan oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah dalam sambutannya pada Musyawarah Besar II Alumni dan Simpatisan Syaichona Moh. Cholil Bangkalan pada 25 September 2022. Memang jika dilihat rekam jejak Mahfud MD di ajang kehidupan bernegara begitulah adanya seperti dikatakan di atas. Kita masih ingat ijtihadnya sebagai ketua Mahkamah Konstitusi untuk membolehkan publik mendengar bareng percakapan Anggodo Widjojo yang berhubungan dengan kasus Cicak vs Buaya di tahun 2009. Pada kasus pembunuhan Brigadir Josua "peluru tak terkendali" itu beraksi lagi. Kali ini sebagai Ketua Kompolnas dengan segala keberaniannya melawan tekanan-tekanan demi membela hati nurani rakyat dan akal sehat. Hasil yang paling berguna untuk bangsa Indonesia dari kasus ini adalah dibubarkannya Satgasus Merah Putih di tubuh Polri, bukan vonis hukuman mati Ferdy Sambo itu sendiri. Sayangnya kasus beking judinya tidak dilanjutkan. Sejak kasus Sambo ini beberapa orang mulai melihat adanya Tangan Tuhan yang intervensi langsung kehidupan bernegara di RI. Terkadang Tangan Tuhan juga bekerja lewat suatu hal yang tidak kita duga dan dianggap remeh seperti lewat kasus cinta ABG yang berujung penganiayaan berat. Siapa sangka lewat kasus seperti itu masalah-masalah Kemenkeu jadi terbuka ke publik. Lewat solidaritas warga Nahdliyin yang melihat David sang korban sebagai anaknya, maka kasus ini tidak bisa dikesampingkan dengan mudah. Bahkan Rafael Alun sang ayah si penganiaya sekarang telah menjadi tersangka KPK. Sebagai Ketua Komite Koordinasi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan TPPU Mahfud MD pun tak segan untuk memanfaatkan momen ini untuk mengajak Kemenkeu untuk berbenah diri. Saya bukan mau membahas perkara-perkara itu, tapi terusik oleh pertanyaan mantan politisi PAN Abdillah Toha di twitter: "Kenapa ya nama @mohmahfudmd sejauh ini tidak ada partai politik yang menyebutnya sebagai potensial capres 2024?," Sebenarnya Wakil Rais Aam PBNU Afifuddin Muhaji pernah mengajukan wacana ini , dia menilai, Menko Polhukam Mahfud MD cocok menjadi salah satu capres alternatif parpol untuk 2024. Menurut dia, Mahfud memiliki kapabilitas dan integritas. Komentar itu merujuk hasil survei Indopol Survey and Consulting yang dilakukan dari tanggal 24 Juni sampai 1 Juli 2022 yang menunjukkan bahwa 17,48 persen warga NU memilih Mahfud sebagai pemimpin Indonesia selanjutnya. Pada posisi kedua pilihan nahdliyin jatuh pada Khofifah Indar Parawansa dengan 11,87 persen dan ketiga Muhaimin Iskandar 9,02 persen. Sebagai catatan, polling itu dilakukan sebelum kasus Sambo. Prestasi-prestasi Mahfud MD itu seharusnya membuat partai-partai berebutan meliriknya sebagai calon Presiden, setidaknya untuk partai-partai yang kental ke-NU-annya seperti PKB dan PPP serta juga kental keislamannya seperti PKS dan PAN. Ini yang saya maksud dengan anomali pada judul di atas. Ada ketidaknormalan dalam proses politik bangsa kita, seakan-akan ada sesuatu yang menghalang-halangi partai-partai tersebut untuk berfikir ke arah situ. Padahal jika saja PKB-PAN-PPP sepakat untuk mencapreskan Mahfud MD, syarat 20 % sudah terpenuhi. Untuk mencoba menjawab keheranan Abdillah Toha, saya berfikir mungkin jika Mahfud MD menjadi capres suara-suara floating dari Nahdliyin yang konon mencapai 90 juta itu tidak akan mengambang lagi karena warga NU melihat Mahfud MD sebagai one of us yang pantas untuk didukung sebagai capres. Jika suara warga NU tidak floating, akan banyak pihak yang merasa kecewa dan patah hati karena telah berinvestasi banyak merebut simpati para warga NU. Semua itu bisa hapus dalam sekejap jika Mahfud MD menjadi capres. Sesederhana itu masalahnya. Maka selalu saja ada tangan-tangan yang berusaha memalingkan muka partai-partai tersebut dari Mahfud MD. Itu bukan omong kosong, karena dalam diri Mahfud MD ini ada potensi kuat untuk menjadi titik temu komponen-komponen NU yang selama ini berseteru, antara NU garis lurus dengan NU liberal, antara Gusdurian di sekeliling putri-putri Gus Dur dengan PKB nya Muhaimin Iskandar, juga antara cebong dan kadrun di kalangan nahdliyin. Mahfud MD juga menjalin hubungan baik dengan semua spektrum poltik mulai dari PSI dan PDIP hingga PKS dan Partai Ummat. Sebagai murid Gus Dur semua itu tak perlu diragukan lagi. Walhasil Mahfud MD ini berpotensi menjadi pemersatu bangsa Indonesia. Suatu saat anomali ini bisa jadi hilang ketika Tangan Tuhan mengepal lalu menjulurkan telunjuknya ke arah Mahfud MD. Bisa jadi tahun 2024 nanti, 25 tahun setelah Gus Dur terpilih menjadi Presiden RI di MPR, shalawat badar kembali bergema tapi bukan di MPR melainkan di seluruh Indonesia yang menandakan terpilihnya Mahfud MD sebagai Presiden RI 2024-2029. (Ahmad Fahmi)
Bms hadir
Hadir gus
Anomali Fenomena Mahfud MD
“Kalau dulu di jaman Gus Dur, pak Mahfud MD ini dikenal peluru tak terkendali, jadi memang tidak ada yang bisa mengendalikan beliau, sampai sekarang sepertinya,” begitulah yang dikatakan oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah dalam sambutannya pada Musyawarah Besar II Alumni dan Simpatisan Syaichona Moh. Cholil Bangkalan pada 25 September 2022.
Memang jika dilihat rekam jejak Mahfud MD di ajang kehidupan bernegara begitulah adanya seperti dikatakan di atas. Kita masih ingat ijtihadnya sebagai ketua Mahkamah Konstitusi untuk membolehkan publik mendengar bareng percakapan Anggodo Widjojo yang berhubungan dengan kasus Cicak vs Buaya di tahun 2009.
Pada kasus pembunuhan Brigadir Josua "peluru tak terkendali" itu beraksi lagi. Kali ini sebagai Ketua Kompolnas dengan segala keberaniannya melawan tekanan-tekanan demi membela hati nurani rakyat dan akal sehat. Hasil yang paling berguna untuk bangsa Indonesia dari kasus ini adalah dibubarkannya Satgasus Merah Putih di tubuh Polri, bukan vonis hukuman mati Ferdy Sambo itu sendiri. Sayangnya kasus beking judinya tidak dilanjutkan. Sejak kasus Sambo ini beberapa orang mulai melihat adanya Tangan Tuhan yang intervensi langsung kehidupan bernegara di RI.
Terkadang Tangan Tuhan juga bekerja lewat suatu hal yang tidak kita duga dan dianggap remeh seperti lewat kasus cinta ABG yang berujung penganiayaan berat. Siapa sangka lewat kasus seperti itu masalah-masalah Kemenkeu jadi terbuka ke publik. Lewat solidaritas warga Nahdliyin yang melihat David sang korban sebagai anaknya, maka kasus ini tidak bisa dikesampingkan dengan mudah. Bahkan Rafael Alun sang ayah si penganiaya sekarang telah menjadi tersangka KPK. Sebagai Ketua Komite Koordinasi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan TPPU Mahfud MD pun tak segan untuk memanfaatkan momen ini untuk mengajak Kemenkeu untuk berbenah diri.
Saya bukan mau membahas perkara-perkara itu, tapi terusik oleh pertanyaan mantan politisi PAN Abdillah Toha di twitter:
"Kenapa ya nama @mohmahfudmd sejauh ini tidak ada partai politik yang menyebutnya sebagai potensial capres 2024?,"
Sebenarnya Wakil Rais Aam PBNU Afifuddin Muhaji pernah mengajukan wacana ini , dia menilai, Menko Polhukam Mahfud MD cocok menjadi salah satu capres alternatif parpol untuk 2024. Menurut dia, Mahfud memiliki kapabilitas dan integritas. Komentar itu merujuk hasil survei Indopol Survey and Consulting yang dilakukan dari tanggal 24 Juni sampai 1 Juli 2022 yang menunjukkan bahwa 17,48 persen warga NU memilih Mahfud sebagai pemimpin Indonesia selanjutnya. Pada posisi kedua pilihan nahdliyin jatuh pada Khofifah Indar Parawansa dengan 11,87 persen dan ketiga Muhaimin Iskandar 9,02 persen. Sebagai catatan, polling itu dilakukan sebelum kasus Sambo.
Prestasi-prestasi Mahfud MD itu seharusnya membuat partai-partai berebutan meliriknya sebagai calon Presiden, setidaknya untuk partai-partai yang kental ke-NU-annya seperti PKB dan PPP serta juga kental keislamannya seperti PKS dan PAN. Ini yang saya maksud dengan anomali pada judul di atas. Ada ketidaknormalan dalam proses politik bangsa kita, seakan-akan ada sesuatu yang menghalang-halangi partai-partai tersebut untuk berfikir ke arah situ. Padahal jika saja PKB-PAN-PPP sepakat untuk mencapreskan Mahfud MD, syarat 20 % sudah terpenuhi.
Untuk mencoba menjawab keheranan Abdillah Toha, saya berfikir mungkin jika Mahfud MD menjadi capres suara-suara floating dari Nahdliyin yang konon mencapai 90 juta itu tidak akan mengambang lagi karena warga NU melihat Mahfud MD sebagai one of us yang pantas untuk didukung sebagai capres. Jika suara warga NU tidak floating, akan banyak pihak yang merasa kecewa dan patah hati karena telah berinvestasi banyak merebut simpati para warga NU. Semua itu bisa hapus dalam sekejap jika Mahfud MD menjadi capres. Sesederhana itu masalahnya. Maka selalu saja ada tangan-tangan yang berusaha memalingkan muka partai-partai tersebut dari Mahfud MD.
Itu bukan omong kosong, karena dalam diri Mahfud MD ini ada potensi kuat untuk menjadi titik temu komponen-komponen NU yang selama ini berseteru, antara NU garis lurus dengan NU liberal, antara Gusdurian di sekeliling putri-putri Gus Dur dengan PKB nya Muhaimin Iskandar, juga antara cebong dan kadrun di kalangan nahdliyin. Mahfud MD juga menjalin hubungan baik dengan semua spektrum poltik mulai dari PSI dan PDIP hingga PKS dan Partai Ummat. Sebagai murid Gus Dur semua itu tak perlu diragukan lagi. Walhasil Mahfud MD ini berpotensi menjadi pemersatu bangsa Indonesia.
Suatu saat anomali ini bisa jadi hilang ketika Tangan Tuhan mengepal lalu menjulurkan telunjuknya ke arah Mahfud MD. Bisa jadi tahun 2024 nanti, 25 tahun setelah Gus Dur terpilih menjadi Presiden RI di MPR, shalawat badar kembali bergema tapi bukan di MPR melainkan di seluruh Indonesia yang menandakan terpilihnya Mahfud MD sebagai Presiden RI 2024-2029.
(Ahmad Fahmi)
Seharusnya admin lebih kreatif menggunakan AI, sehingga suara gus baha lebih jelas dan jernih