Pada tahun 2021, diketahui dari data survei status gizi nasional prevalensi stunting Indonesia berada di angka 24,4% kemudian menurun ditahun 2022 menjadi 21,6% angka ini masih berada diatas standard WHO yakni dibawah 20%.
Penyebab utama terjadinya stunting pada anak Indonesia berasal dari kurangnya asupan gizi protein hewani. Pemberian asupan gizi anak masa kini lebih condong memberikan makanan siap saji seperti junk food atau makanan tidak sehat dalam kemasan yang mengandung tinggi gula dan lemak jenuh yang sangat inflamatif.
Stunting turut diperparah dengan tingginya angka ibu yang mengalami anemia sejak usia remaja. Dalam data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 milik Kementerian Kesehatan, prevalensi anemia pada remaja sebesar 32 persen atau sebanyak tiga hingga empat orang dari 10 remaja dengan anemia.
Dari penemuan itulah, berbekal rekomendasi para ahli di bidangnya didukung Pendataan Keluarga 2021 (PK-21) milik BKKBN yang terus dimutakhirkan secara by name by address, pemerintah terus mengencangkan koordinasi dan sinerginya.
Kini, program percepatan penurunan stunting mulai memasuki tahun ketiga. Waktu pemerintah untuk mewujudkan target sebesar 14 % di tahun 2024 kian menipis, namun kompleksnya penyebab stunting harus diatasi.
Pemerintah Daerah Kabupaten Siak menjalankan langkah sinkronisasi sesuai dengan arahan baik ditingkat pemerintah Pusat dan Provinsi Riau didalam penyelesaian permasalahan Stunting di daerah. Kabupaten Siak membetuk tim percepatan penurunan stunting (TPPS) yang rutin setiap bulan melaksanakan rembuk untuk mengevaluasi, sekaligus pemetaan upaya penurunan tengkes. Kampung kampung yang menjadi titik lokus stunting mendapatkan perhatian penuh, mengupayakan jalan pendekatan melalui sosialisasi, meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap bahayanya stunting yang berdampak jangka panjang pada tumbuh kembang anak.
Sementara untuk memperbaiki pola pikir dan revolusi asupan gizi di tingkat keluarga, pemerintah melakukan pendekatan keluarga dengan memberikan pendampingan bersama anggota TPK yang merupakan bidan, kader PKK dan kader KB dan juga kerjasama dengan CSR perusahaan untuk membantu pemenuhan makanan tambahan (PMT) pada anak stunting, bahkan beberapa perusahaan telah menjadi bapak asuh dari keluarga anak stunting.
TP-PKK Kabupaten Siak memiliki beberapa program yang telah dilaksanakan, salah satunya adalah Program Sedekah Subuh.
Setiap pengurus PKK Kabupaten Siak diberikan celengan untuk diisi setiap harinya setelah Salat Subuh. Celengan tersebut dibuka setiap Kamis pada awal bulan. Kemudian digunakan untuk membeli sembako bagi masyarakat dan membantu anak yang terindikasi stunting atau tengkes atau stunting.
Sebagai mitra dari pemerintah TP PKK menerapkan evaluasi program dan pembinaan secara berjenjang. Mulai dari PKK kampung atau desa, hingga PKK kecamatan.
Adapun data kasus stunting, kurun waktu tiga tahun terakhir pada 2021 ada 2.000 anak menderita tengkes kemudian berangsur menurun angkanya ditahun 2022 lalu menjadi 1457 dan di tahun 2023 sebanyak 742 anak. Ini berarti
Sejak kurun waktu tiga tahun 2021 - 2023 Kab.Siak berhasil menurunkan angka stunting menjadi 10,40%, Apresiasi terhadap penurunan prevalensi stunting ini menghantarkan Kab Siak meraih berbagai tingkatan penghargaan.
Pemerintah Kabupaten Siak Optimis koordinasi dan sinkronisasi dari hulu ke hilir dari seluruh pemangku kepentingan yang berada di tingkat daerah sampai ketingkat pusat mendukung segala upaya penurunan stunting, evaluasi dan kontrol harus dilakukan melalui percepatan penyerapan DAK yang terkait dengan penyelesaian stunting, sehingga sesuai dengan arahan pemerintah pusat agar pelaksanaan program penurunan stunting dapat tercapai tepat waktu, efektif, dan efisien.