Umat Islam memiliki ukuran dan kriteria tertentu dalam menilai sesuatu, menentukan, dan mengukur sesuatu. Tidak sekedar berdasarkan akal maupun logikanya, namun berdasarkan Wahyu dan sunnah Nabi SAW. Segala sesuatu yang sejalan dengan al-Quran dan al-Hadith itulah yang kita ikuti, sebaliknya, sesuatu yang bertentangan dengan al-Quran dan al-Hadith itulah yang kita tinggalkan. Mengapa? Karena cara pandang umat Islam ditentukan dengan al-Quran dan al-Hadith. Rasulullah menyatakan dalam hadithnya bahwa kita harus tunduk dan mengikuti ajaran yang terkandung dalam al-Quran dan al-Hadith. Dalam menafsirkan ajaran Islam, umat Islam mengandalkan ayat-ayat suci al-Quran yang merupakan firman Allah SWT dan sunnah-sunnah Rasulullah yang menggambarkan praktek-praktek yang diterapkan oleh Nabi Muhammad SAW. Hal ini menjadikan al-Quran dan al-Hadith sebagai sumber utama dalam mengambil keputusan dan menentukan pandangan hidup umat Islam.
تركت فيكم أمرين، لن تضلوا ما تمسكتم بهما: كتاب الله، وسنة رسول الله
Aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya. (Hadits Shahih Lighairihi, HR. Malik; al-Hakim, al-Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm. Dishahihkan oleh Syaikh Salim al-Hilali di dalam At Ta’zhim wal Minnah fil Intisharis Sunnah, hlm. 12-13).
Kitab Allah, yaitu Al-Qur’an, adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad. Al-Qur’an adalah sumber utama ilmu pengetahuan, karena kebanarannya sudah tidak diragukan lagi.
Sunnah Rasul-Nya, yaitu semua perkataan, perbuatan, dan persetujuan Rasulullah Muhammad, merupakan contoh teladan yang harus diikuti oleh setiap Muslim.
Sunnah adalah penjelasan dan penjabaran lebih lanjut dari ajaran Al-Qur’an, serta cara hidup yang dianjurkan oleh Rasulullah.
Keduanya, Al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya, saling melengkapi dan memberikan petunjuk yang jelas kepada umat Islam. Al-Qur’an adalah sumber utama hukum Islam, sementara Sunnah memperjelas dan menjelaskan ajaran-ajaran yang terkandung di dalam Al-Qur’an.
Sebagai seorang muslim, hendaknya memiliki pandangan hidup yang baik dan benar sesuai dengan al-Qur’an dan as-Sunnah, agar tidak mudah terkecoh dan terombang-ambing di tengah krisis moral dan pengaruh peradaban Barat. Oleh karena itu, Pandangan hidup yang Islami akan membentuk sikap, perilaku, dan tindakan yang Islami pula begitupula sebaliknya.
Secara bahasa, worldview berasal dari kata weltanschauung yang merupakan bahasa Jerman, kemudian diserap ke dalam ingris. Oleh Immanuel kant pertama kali menggunakan istilah weltanschauung dalam critique og judment tahun 1790
berasal dari dua kata world (Dunia)& View (Pandangan). Worldview berarti pandangan dunia, pandangan alam maupun pandangan hidup. Namun istilah yang popular adalah falsafah hidup, filsafat hidup, Prinsip Hidup, Paradigma,
Secara terminologis: cara pandang yang secara sistematik berdampak terhadap seluruh kehidupan (M. Khalid Muslih, 2018: 29)
Worldview islam
Dalam kasus islam, apa yang disebut sebgai worldview sebaenarnya tak lain adalah akidah itu sendiri.
Kalimat syahadat menjadi gerbang masuk islam, yang memiliki konsekuensi terhadap perubahan pandangan hidup seseorang.
Lantas apa definisi worldview islam?
1. Abu al-A’la Al-maududi (nazariyyah/paradigma): Pandangan Hidup yg dimulai dari konsep keesaan tuhan (syahadah) yang berimplikasi pada seluruh kegiatan manusia.
2. Sayyid qutub (cendekiawan Ikhwanul Muslimin), tasawwur/persepsi: Akumulasi dari keyakinan asasi yang terbentuk dalam pikiran dan hati setia muslim
3. Samih Athif al-Zain, mantan cendekiawan hizbut tahrir, Mabda/ideologi: Kesatuan iman dan akal. Karena itu ia mengartikan mabda’ sebagai aqidah fikriyah yaitu kepercayaan yang berdasarkan akal
4. Syed muhammad Naquib al attas, ru’yah/pandangan: Pandangan islam tentang realitas dan kebenaran yang tampak oleh mata hati kita.
@supraha
#islamicworldview #uikabogor #nesanovrizal