Baleganjur Ngarap
Sekaa Gong Aristha Bhuana Br. Kenderan, Tegallalang, Gianyar
Pengeger Sarining Bhuana
Kontemplasi keberadaan yang mempengaruhi alam bawah sadar manusia. Pengeger adalah ilmu kawisesan yang berarti penggerak atau pencetus, sedangkan sarining Bhuana adalah esensi atau inti dari alam semesta. Konsep ini menunjukan fundamental yang memfisualisasikan keberadaan unsur Panca Maha Bhuta sebagai elemen yang membentuk serta mengembalikan alam semesta beserta isinnya ke alam suci yang disebut dengan ngaben. Dalam prosesi ini mencerminkan keyakinan bahwa kematian bukanlah akhir, tetapi sebagai transisi dalam kehidupan yang akan
datang. Maka dari itu suasana ini kerap menciptakan euforia yang tidak lepas dari gemuruh dan suasana sakral yang ditimbulkan oleh berbagai bunyi nyanyian dan juga gambelan baleganjur sebagai iringan penghantar layon menuju kremasi.
Fenomena tersebut menggugah intuisi komposer untuk mengkomposisi sebuah gending baleganjur sebagai pengiring prosesi ngarap dengan judul “Pangeger Sarining Bhuana”. Pengolahan elemen-elemen intramusikal didasari atas kepekaan dalam tafsir tanpa mengesampingkan unsur ekstramusikal yang menjadi kerangka berpikir dalam berkomposisi. Dentuman gong, kendang, cengceng, dan kilitan reong dari barungan baleganjur mempengaruhi alam bawah sadar manusia yang secara tidak langsung “menggegerkan” penyandang bade dan lembu yang seolah-olah merasa terhasut dalam emosional yakni “nundun bayu”. Hal inilah yang disebut dengan penggerak dan membawa esensi atau inti alam semesta pada ambang gemuruh serta keriuhan dan euforia yang disebut dengan “Pangeger Sarining Bhuana”
Pembina : Ida Bagus Anom Mandhara Giri
Komposer : I Dewa Gede Wijaya
Penanggung Jawab : Kelihan Banjar Adat Kenderan