วีดีโอ

🚇AT-TA'ANNI SIKAP INDAH YANG MULAI PUDAR { Faidah singkat // Bgn. 2 } 25:03 [ Kedua ] Ta'anni fil akhbar Ta'ani dalam bab berita - Ada beberapa poin harus ta'anni, harus tatsabbut terkait bab khabar, - bisa jadi pada khabarnya (muatan substansinya) - bisa jadi pada mukhbirnya (pembawa khabar). 1. Pada kabarnya - terkadang kita harus ta'anni terkait dengan sebuah kabar yg sampai Misal: - kabarnya aneh, tdk mahsyur, ada kejanggalan, - bertentangan dengan hal yang maklum, - berita²nya ada simpang siur / tumpang tindih - terlebih berita yang muncul di ayyamul fitan / banyak terjadi fitnah = maka harus lebih² utk ta'anni. 2. Pada mukhbirnya (org yg membawa berita) - bisa jadi beritanya pas, tp harus ta'anni lg kerena yang membawa beritanya ini misal: - orgnya dikenal al-'ajaalah (terburu-buru) - orgnya makruf bi tadlis (suka menyamarkan berita) au fisik (org yg dikenal fasik) - orgnya suka membikin makar, talaub, dusta dll = harus lebih² utk ta'anni dlm menerima beritanya. 29:04 Dhabitnya: “Wahai orang² yg beriman, apabila datang kepada kamu seorang fasiq (membawa suatu berita, pen), maka tabayunlah (carilah kebenaran berita / tatsabbut) sebab dikhawatirkan kamu nanti menimpakan kepada suatu kaum sebuah tuduhan dengan kejahilan, nanti kamu akan menyesal di kemudian hari.” [QS Al-Hujuraat: 6] Ayat ini adalah dasar pijakan para ulama dalam bab at-tatsabbut wa tabayyul fil khabar. 30:35 Bisa dilihat dalam tafsir as-Sa'dy rahimahullah dan tafsir lainnya, dari ayat ini bisa disimpulkan bahwa sesorang yg membawa berita, selain beritanya Rasulullah [ﷺ], dibagi menjadi 3: 🔬 - [ Pertama ] Yang membawa berita orangnya jujur, masyhur dikenal dengan kejujurannya = hukum asal beritanya diterima. Disebutkan oleh para ulama beberapa pengecualian (yakni tetap harus tatsabbut wa tabayyun lagi, walaupun beritanya dari seorang yg jujur): - [ 1 ] Ditabayyun dan ditatsabbut lagi utk menta'qid (menekankan) / utk memastikan kebenaran berita, bukan utk menuduh pembawa berita yg jujur ini dusta atau fasik. Biasanya pada perkara yg besar atau yg menerima berita ssorg yg lebih alim namun dia lupa, maka dia tatsabbut dan tabayyun lagi sbgmn kisah - dlm peristiwa tha'un, haditsnya umar bin al-khattab - dlm bab mengucap salam 3 kali meminta idzin utk bertamu, haditsnya abu musa al-asy'ari 38:10 - [ 2 ] Kondisi lain yg dikecualikan - Beritanya simpang siur / banyak versi, walaupun yg membawa berita adalah org yg jujur tetap harus tatsabbut, tetap ta'anni dlm menerima berita. Terlebih lagi ketika beritakan yg dia bawa itu terkait sosok sesorg yg dikenal dgn kebaikannya selama ini, diberitakan dia salah atau tergelincir dll, terasa aneh bg yg mendengarnya maka ini ditatsabbut. Bentuk tatsabbutnya ialah dgn mengecek sanad. - kamu tsiqah dpt berita dari fulan wa fulan, juga tsiqah = maka diterima. - Atau kamu tsiqah, tapi dpt beritanya dari fulan wa fulan, dia musta'jil atau dia tidak jelas = maka ditolak.

🚇AT-TA'ANNI SIKAP INDAH YANG MULAI PUDAR { Faidah singkat // Bgn. 3 } 40:58 [ Kedua ] - Yang membawa berita ma'rul bil kadzib / dikenal seorang dengan kedustaannya = hukum hasal beritanya ditolak. Namun para ulama memberikan sebuah pengecualian: - Terkadang seorang dikenal dustanya (berkata) jujur menyampaikan beritanya. - berdasarnya kisah iblis yg berkata jujur dlm mengkabarkan kpd Abu Hurairah tentang amalan membaca ayat qursi sebelum tidur. Maka cara memastikan kebenaran beritanya adalah dgn merujuk kpd pihak yg berkompetan, ahlul ilmi, para ulama para masyayikh, org yg dikenal keilmuannya, org yg berkompetan utk mengkroscek, sebagaimana Abu Hurairah yg bertanyakan kpd Rasulullah utk memastikan keabsahan berita yg disampaikan oleh iblis tersebut. 45:10 [ Yang Ketiga ] - Org yg membawa berita adalah orang yg fasik, juga dikatakan oleh para ulama termasuk org yg majhul = maka hendaknya ditabayyun beritanya (artinya tdk langsung diterima atau ditolak namun dikroscek dulu). Ada dua kemungkinan: 1 - beritanya memiliki penguat-penguat dr ahlu shidqi (org yg jujur), bahwa pembawa berita ini benar beritanya - wajib kamu terima berita tersebut walaupun pembawa asal beritanya tadi sorg fasik atau majhul. 2. Ada penguat-penguat dari ahlu shidqi bahwa pembawa berita ini salah atau dusta beritanya = maka berita tersebut ditolak. Ini semua terkait dengan kaidah tabayyun, yakni terkait dgn orgnya. 48:04 Terkait dengan masalah khabar setelah yakin dan dipastikan dari khabar shadiq atau dari murajihat (penguat-penguat lain dr org yg shadiq) bahwa itu adalah khabar yg shahih: Ada satu poin lagi yg harus diperhatikan baik², terkait dgn masalah khabar yg sudah diketahui kesahihannya: Yakni terkait menyebarkan berita ini, maka ini babnya lain lagi. Ini masuk dlm bab pertama yg dibahas di atas tadi, ta'anni dalam berbicara. Yakni tdk semua berita yg kamu tahu disebarkan, harus ditimbang dulu sbgmn proses ta'anni fil kalam, - ikhlaskah atau tidak, - shahihkah atau tidak, dan - dampak menyebarkannya maslahat atau tidak. 50:17 Dari sinilah para ulama memberikan kaidah at-tafriqu baina majalis (membedakan majlis) - ada majalis khassah (khusus) dan majalis ammah (umum) majalis ammah = yg dihadiri berbagai kalangan, yg disampaikan adalah faidah ilmiyyah umum yg bisa ditangkap/diserap oleh pemikiran mereka dlm bab akidah, akhlak, abdab, muamalah dll. ( Bukan tempatnya menyampaikan yg sifatnya interen / sifatnya privasi / rahasia / hal² yg menjadi ranahnya ulama & para duat = tidak utk konsumsi umum. ) majalis khassah = ini org2 yg berkompetan dibidangnya (yg bicara) = para uqala (org2 yg berakal), shahibu ta'anni yg berkompetan dlm bidangnya dr kalangan para duat, asatidzah tertentu saja. Disampaikan kpd sekumpulan org saja / forumnya terbatas. Selengkapnya bisa mendengarkan audio video di atas: - th-cam.com/video/OrYqOJFkBDo/w-d-xo.html - t.me/Mp3_kajian/2375

Amin

Barakaallah