Karya ini mengusung konsep 'Galang Atangi', di mana 'Atangi' berasal dari istilah Bahasa Bali 'Matangi', yang berarti "bangun atau bangkit", sementara 'Galang' berarti "terang". Konsep ini mencerminkan harapan agar masyarakat desa Gobleg dapat bangkit dari ketidakpedulian terhadap kekayaan budaya mereka,seperti matahari yang bersinar terang. Penata karya berupaya mengajakmasyarakat untuk menyadari potensi seni yang ada dan mendorong mereka untuk aktif berpartisipasi dalam pelestarian seni.Dalam proses penciptaan karya ini, penata menuangkan ide-ide tersebut kedalam garapan tabuh petegak Bebarongan. Struktur gending dalam karya ini menekankan pada permainan pelitan kotekan dan ubitan gegambangan, serta dinamika gending dengan variasi beat tempo dan irama melodi yang mengacu pada nuansa klasik. Pendekatan ini bertujuan untuk menciptakan alunan musik yang tidak hanya menggugah perasaan penonton tetapi juga mengajak mereka untuk merenungkan pentingnya pelestarian budaya (Ardini et al., 2022) Penulis memilih sanggar seni Werdhi Suara sebagai mitra untuk membangkitkan minat generasi muda dalam melestarikan kesenian Gamelan Bebarongan, khususnya gending bebarongan dalam tradisi gaya Bali Selatan. Selama ini, banyak generasi muda enggan bergabung dengan sekaa gamelan bebarongan klasik karena merasa kurang heroik dibandingkan dengan gending bebarongan yang lebih modern dan populer saat ini. Terinspirasi oleh dedikasi sanggar seni Werdhi Suara yang berkomitmen mempertahankan pakem seni tabuh bebarongan klasik, kami melihat kurangnya minat generasi muda dalam melestarikan kesenian ini sebagai tantangan baru bagi seni karawitan di Desa Gobleg. Oleh karena itu, penulis sebagai mahasiswa ISI Denpasar, merasa perlu berkontribusi dalam misi pelestarian seni gamelan bebarongan tradisional di Desa Gobleg.Penulis berencana menciptakan tabuh kreasi petegak bebarongan yang mengusung konsep klasik yang dikembangkan, tanpa mengubah esensi dan instrumen pokok dalam barungan gamelan bebarongan. Tujuan kami adalah untuk menarik minat generasi muda agar lebih terlibat dalam seni Gamelan Bebarongan, mengingat keberadaan gamelan bebarongan di Buleleng sangatlah langka.