Disain Perkerasan Kaku Part#3 Material pada Lajur Lalu Lintas dan Bahu Jalan
#MDP2024
#perkerasanjalan
#jalankaku
#materialjalan
#bahujalan
Pengertian Perkerasan Kaku
Perkerasan kaku adalah suatu perkerasan jalan menggunakan bahan beton semen sebagai struktur perkerasan jalan.
Tipe 1 Perkerasan Kaku pada Permukaan Tanah Asli (At Grade
Tipe 2 Perkerasan Kaku pada Timbunan
Tipe 3 Perkerasan Kaku pada Galian
Jenis perkerasan kaku
 JPCP Jointed Plain Concrete Pavements, Perkerasan beton semen bersambung tanpa tulangan (PBSTT)
 JRCP Jointed Reinforced Concrete Pavements, Perkerasan beton semen bersambung dengan tulangan (PBST)
 CRCP Continuously Reinforced Concrete Pavements, perkerasan beton semen menerus dengan tulangan (PBMT)
Material Beton Semen pada jalur lalu lintas
 Mutu beton semen harus dinyatakan dalam nilai kuat tarik lentur (flexural strength) umur 28 (dua puluh delapan) hari, yang didapat dari hasil pengujian balok dengan pembebanan tiga titik (ASTM C-78) yang besarnya minimal 4,5 MPa.
 Kekuatan rencana harus dinyatakan dengan kuat tarik lentur karakteristik yang dibulatkan hingga 0,25 MPa (2,5 kg/cm2) terdekat.
 Hubungan antara kuat tekan karakteristik dengan kuat tarik-lentur beton harus dilakukan berdasarkan pengujian laboratorium dengan material yang digunakan pada proyek yang akan dikerjakan.
 Namun, bilamana belum tersedia dapat didekati dengan rumus berikut:
 Kuat tarik lentur dapat juga ditentukan dari hasil uji kuat tarik belah beton yang dilakukan menurut SNI 2491:2014 sebagai berikut:
Material pada Bahu Beton
 Perbedaan kekuatan antara bahu dengan jalur lalu lintas akan memberikan pengaruh pada kinerja perkerasan.
 Sehingga, bahu harus terbuat dari bahan yang sama dengan perkerasan beton semen, hal ini dilakukan untuk meningkatkan kinerja perkerasan.
 Yang dimaksud dengan bahu beton semen dalam Bab ini adalah bahu yang dikunci dan diikatkan dengan lajur lalu lintas dengan lebar minimum 1,50 m, atau bahu yang menyatu dengan lajur lalu lintas selebar 0,60 m, yang juga dapat mencakup saluran dan kereb (creb and gutter).
Sambungan melintang
 Harus dipotong dengan kedalaman seperempat sampai dengan sepertiga tebal beton. Sambungan melintang Dipasang ruji (dowel), berupa baja tulangan polos (BjTP 280), dengan jarak antar tulangan 300 mm, panjang dowel 450 mm, dan diameter dowel minimal seperdelapan tebal beton.
Sambungan memanjang
 Dipasang batang pengikat (tie bar), berupa baja tulangan sirip (BjTS 420A), dengan jarak antar tulangan 600 mm, panjang tie bar 700 mm, dan diameter tie bar minimum 16 mm.
 Bahu jalan dalam bentuk satu kesatuan dengan pelat beton lajur lalu lintas (monolit) dengan lebar minimum 600 mm atau dengan batang pengikat (tie bar) untuk lebar bahu jalan minimum 1500 mm dan harus menggunakan beton dengan kereb dan saluran beton (cerb and gutter) kualitas yang sama dengan lajur utama.
 Lapis drainase berupa Lapis fondasi agregat kelas A yang berfungsi sebagai lapis drainase dengan tebal 200 mm untuk 2 lajur per arah dan untuk yang lebih dari 2 lajur per arah setebal 300 mm.
Lapis pemecah ikatan
fondasi bawah dengan pelat
(base bond breaker)
 Berupa membran kedap air dengan tebal minimum 125 mikron khusus pada lapis fondasi berupa beton kurus.
 Rasio dimensi slab beton (Panjang-Lebar) Sekitar 1,25 (khusus untuk beton semen bersambung tanpa tulangan (Jointed Plain Concrete Pavement).
 Misal: 4 m x 5 m  5/4 = 1,25  rasio dimensi slab = 1,25
Ketebalan beton minimum tergantung pada:
 Jenis perkerasan
 JSKN