Sebuah prosesi yang dibuat menyesuaikan dengan hambatan atau penetralisir yang Sesuaikan dengan sasih-sasih tertentu. Pada kepercayaan umat Hindu khususnya di Bali disetiap sasih dipercaya akan adanya bencana atau wabah, contoh dari sasih kalima hingga Sasth kesanga. Masing-masing sasih tersebut memerlukan tawur-tawur khusus yang puncaknya pada sasih kesanga. Tawur dilaksanakan di sesuaikan kanista, madya, utama dari sebuah upacara dan Wilayah.
Dalam pelaksanaan tawur ini di awali oleh prosesi mekiyis atau Melasti, Mapepade, dan Tawur yang di akhiri dengan prosesi pangremekan yang mempunyai filosofi pamupukan tanah yang di simbolisasi kan dengan bhuta dan kala yang di wujudkan dengan bentuk Ogoh-Ogoh. Seluruh prosesi diatas memiliki makna tersendiri.
Dimulai dari mekiyis yang dimana fungsi nya untuk membersihkan Bhuana Agung dan Bhuana Alit. Sebelum prosesi Melasti di Bali terdapat prosesi yang di sebut "Ngelungang ke Bale Agung'". Pratima di setiap pura di iring ke Pura Bale Agung yang berada di setiap desa dan di linggih kan, sebelum di iring ke pantai. Sehari setelah itu dilaksanakan mepepade yang dilaksanakan di Pura Bale Agung di setiap desa, prosesi ini hanya sebagian desa yang melaksanakannya.
Keesokan hari barulah di laksanakan Tawur Agung Kesanga yang dilaksanakan di perempatan atau di Pura Bale Agung yang di tapak oleh seluruh pretima yang berstana di desa. Pada malam harinya baru lah dilaksanakan pengrupukan atau pengremekan yang memiliki makna menetralisir atau memendam hawa nafsu atau sifat bhuta yang di simbolkan dengan Ogoh-ogoh. Disini komposer memadukan moment yang ada di setiap upacara Nyasih tersebut, dan terbentuk lah suatu karya yang berjudul Nyasih.
WONG SAMAR
-ASTA-
#nyasih #sman8denpasar #wongsamar